backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Paracetamol, Aspirin, dan Ibuprofen, Apa Bedanya?

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm · Farmasi · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 03/02/2023

    Paracetamol, Aspirin, dan Ibuprofen, Apa Bedanya?

    Aspirin, acetaminophen (paracetamol), dan ibuprofen merupakan obat dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai pereda nyeri.

    Mungkin Anda menganggap bahwa ketiganya sama karena sama-sama merupakan obat untuk mengatasi nyeri. Namun ternyata, ada perbedaan antara aspirin, paracetamol, dan ibuprofen.

    Simak ulasan di bawah ini agar tahu obat jenis apa yang lebih cocok untuk meredakan rasa nyeri yang Anda alami. 

    Perbedaan antara paracetamol, aspirin, dan ibuprofen

    Ketika sakit kepala, punggung, atau bagian lainnya, mungkin Anda akan segera minum obat penghilang rasa nyeri. Sayangnya, tak semua jenis obat pereda nyeri itu sama.

    Obat pereda nyeri yang bisa dipilih harus menyesuaikan dengan kondisi Anda. Berikut adalah perbedaan antara paracetamol, aspirin, dan ibuprofen dari berbagai aspek yang perlu Anda pahami.

    1. Kegunaan

    nitrazepam

    Pada dasarnya, ketiga obat ini sama-sama dapat mengurangi demam serta rasa sakit yang ringan, seperti sakit kepala, nyeri haid, sakit gigi, dan rasa nyeri lainnya. Hanya saja, efektivitas ketiganya dalam mengatasi gejala-gejala tersebut tak sama.

    Aspirin dan ibuprofen yang termasuk ke dalam golongan obat nonsteroid anti-inflamasi (NSAID) disebut lebih efektif digunakan untuk meredakan nyeri haid dan sakit gigi.

    Rasa sakit yang terkait dengan sendi, otot, dan tendon, seperti sakit punggung, keseleo dan otot tegang, serta nyeri sendi, pun dapat lebih efektif teratasi dengan obat golongan NSAID tersebut.

    Selain sebagai pereda nyeri, pada kondisi tertentu, konsumsi aspirin juga dapat membantu mencegah serangan jantung.

    Sementara itu, paracetamol lebih efektif untuk meredakan nyeri ringan atau sedang. Ini terutama untuk sakit kepala, sakit gigi, keseleo, sakit perut, serta nyeri yang terkait dengan pilek dan flu.

    2. Cara kerja

    Pada dasarnya, cara kerja obat paracetamol, ibuprofen, dan aspirin tak jauh berbeda dalam meredakan nyeri.

    Ketiganya sama-sama menghambat produksi prostaglandin yang merupakan hormon penyebab rasa sakit dan peradangan.

    Meski begitu, jenis prostaglandin yang dihambat oleh masing-masing obat pereda nyeri ini tak sama.

    Paracetamol diketahui lebih menghambat prostaglandin COX 3 yang ada di sistem saraf pusat.

    Sementara obat golongan NSAID, yaitu aspirin dan ibuprofen, menghambat reseptor nyeri prostaglandin COX 1 dan COX 2 yang ada di seluruh tubuh.

    3. Dosis penggunaan

    phenylpropanolamine

    Hal lainnya yang menjadi perbedaan antara aspirin, paracetamol, dan ibuprofen adalah dosis penggunaannya.

    Berikut adalah masing-masing ketentuan dosis ketiga obat pereda nyeri tersebut. 

    • Aspirin: dosis aspirin tablet rata-rata orang dewasa adalah 300 miligram (mg) setiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan. Jika Anda minum obat ini, jangan sampai minum lebih dari 4 gram per hari.
    • Ibuprofen: dosis ibuprofen tablet rata-rata orang dewasa adalah 800 – 1.200 mg per hari atau 200 – 400 mg setiap 4 – 6 jam. Dosis maksimal obat ini, yaitu 1.800 – 2.400 mg per hari. Dosis maksimal ini umumnya diresepkan oleh dokter untuk pengobatan jangka panjang atau kondisi kronis.
    • Paracetamol: dosis paracetamol tablet rata-rata orang dewasa, yaitu dua kapsul atau tablet 500 mg yang diminum setiap 4 – 6 jam. Dosis maksimal per hari adalah 4.000 mg.

    4. Efek samping

    Selain tiga perbedaan di atas, efek samping yang mungkin ditimbulkan dari minum obat pereda nyeri aspirin, ibuprofen, dan paracetamol pun bisa berbeda.

    Secara umum, paracetamol terbilang sebagai pereda nyeri yang relatif lebih aman untuk banyak orang ketimbang aspirin dan ibuprofen.

    Ini termasuk untuk ibu hamil, anak-anak, serta yang memiliki maag atau GERD (Gastroesophageal reflux disease).

    Pasalnya, melansir laman UT Medical Center, prostaglandin dapat memberi efek perlindungan pada lapisan perut.

    Bila hormon ini dihambat dengan mengonsumsi aspirin dan ibuprofen, risiko munculnya efek samping pada perut lebih besar, seperti sakit perut dan mulas.

    Selain itu, aspirin juga tidak direkomendasikan untuk anak-anak karena berisiko menimbulkan Reye’s syndrome.

    Di samping risiko-risiko di atas, ketiga pereda nyeri ini pun memiliki efek sampingnya masing-masing, terutama jika dikonsumsi tak sesuai anjuran dokter. Berikut beberapa di antaranya.

    • Aspirin: diare, gatal-gatal, mual, ruam kulit, serta sakit perut.
    • Ibuprofen: pusing, mengantuk, berkeringat, kesemutan, telinga berdenging, sakit perut, mual, muntah, diare, dan sembelit.
    • Paracetamol: reaksi alergi, ruam, mual, nafsu makan menurun, atau memar.

    Jika perbedaan antara aspirin, paracetamol, dan ibuprofen di atas masih membuat Anda bingung harus memilih yang mana, tanyakan kepada dokter atau apoteker ketika membeli obat.

    Bolehkah minum aspirin dan ibuprofen berbarengan?

    isosorbide dinitrate, obat isosorbide dinitrate, obat isdn, isdn adalah, isosorbid dinitrat

    Sebaiknya, jangan mengonsumsi aspirin dan ibuprofen secara bersamaan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

    Pasalnya, kedua obat ini sama-sama termasuk ke dalam golongan obat NSAID yang kemungkinan memiliki efek samping serupa, salah satunya sakit perut. 

    Jika aspirin dan ibuprofen dikonsumsi secara bersamaan, maka risiko kemunculan efek sampingnya akan meningkat.

    Bukan cuma itu, FDA (badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat) menyebutkan bahwa konsumsi aspirin dan ibuprofen secara bersamaan bisa mengurangi efektivitas aspirin dalam mencegah serangan jantung.

    Meski begitu, jika Anda memang perlu mengonsumsi kedua obat ini secara bersamaan, misal aspirin untuk mencegah serangan jantung dan ibuprofen sebagai pereda nyeri, sebaiknya konsultasikan pada dokter terlebih dahulu.

    Dokter mungkin akan memberi informasi lebih lanjut mengenai waktu yang tepat untuk mengonsumsi kedua obat ini agar keduanya dapat bekerja secara efektif mengatasi masalah kesehatan Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

    Farmasi · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 03/02/2023

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan