backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

4 Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Endometriosis

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    4 Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Endometriosis

    Endometriosis terjadi karena jaringan dinding dalam rahim bernama endometrium tumbuh melapisi bagian luar rahim. Sebagian wanita tidak menyadari bahwa mereka memiliki endometriosis, tetapi banyak juga yang kerap merasakan nyeri saat menstruasi atau berhubungan seksual. Bagi Anda yang memiliki endometriosis, berikut adalah berbagai pengobatan yang bisa Anda lakukan.

    Berbagai pilihan pengobatan endometriosis

    penyebab resistensi antibiotik

    Pengobatan untuk endometriosis dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan, usia, serta rencana Anda untuk mendapatkan kehamilan.

    Namun, perlu diketahui bahwa endometriosis tidak dapat disembuhkan.

    Oleh karena itu, pengobatan ini hanya akan dilakukan untuk mengatasi rasa sakit, mengurangi dan menghambat pertumbuhan jaringan, serta meningkatkan kesuburan.

    Berikut adalah berbagai obat dan pengobatan yang umum dokter lakukan untuk membantu mengatasi endometriosis.

    1. Obat pereda nyeri

    Jika gejala endometriosis masih ringan, Anda dapat menggunakan obat nyeri haid untuk mengatasi rasa sakit yang timbul saat menstruasi tiba.

    Biasanya, obat yang disarankan adalah obat golongan NSAID (obat antiinflamasi non-steroid) seperti ibuprofen atau naproxen.

    Obat pereda nyeri ini bisa dibeli di apotek. Perpaduan dua jenis obat seperti ibuprofen dan parasetamol juga bisa digunakan untuk nyeri yang lebih parah.

    Jika rasa nyeri tak kunjung hilang, dokter mungkin akan memberikan resep obat khusus yang lebih kuat.

    2. Terapi hormon

    Endometriosis dapat terjadi karena adanya hormon estrogen yang mendorong pertumbuhan jaringan endometrium dalam tubuh.

    Maka dari itu, pengobatan dengan terapi hormon mencegah implan baru jaringan endometrium dengan membatasi atau menghentikan produksi estrogen dalam tubuh.

    Namun, terapi hormon tidak akan meningkatkan kesuburan dan kebanyakan malah akan mengurangi kesempatan untuk hamil selama Anda menggunakannya.

    Gejala endometriosis juga masih bisa muncul lagi setelah Anda menghentikan pengobatan. Berikut adalah berbagai jenis terapi hormon yang bisa Anda lakukan:

    • Kontrasepsi hormonal. Pil, implan, dan cincin KB dapat membantu mengendalikan hormon yang menyebabkan penumpukan jaringan endometrium. Selama menggunakan kontrasepsi hormonal, durasi menstruasi menjadi lebih pendek dan volume darah yang keluar lebih sedikit. Efeknya, nyeri saat haid pun berkurang.
    • Terapi progestin. Serupa dengan kontrasepsi hormonal, bedanya terapi ini hanya mengandung progestin. Beberapa jenisnya bisa berupa pil, suntikan, dan IUD.
    • Analog hormon pelepas gonadotropin, Pengobatan endometriosis dengan analog hormon pelepas gonadotropin akan menghambat ovarium dalam memproduksi estrogen. Hasilnya, jaringan endometrium akan menyusut. Namun, pengobatan ini akan berdampak pada menopause sementara sehingga tidak disarankan bagi Anda yang sedang merencanakan program kehamilan.
    • Danazol. Danazol berfungsi untuk menghentikan pelepasan hormon yang menyebabkan menstruasi. Obat ini juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda. Sayangnya, danazol tidak disarankan pada ibu hamil karena dapat menimbulkan efek yang berbahaya untuk janin.

    3. Operasi endometriosis

    Jalan terakhir untuk pengobatan endometriosis adalah dengan melakukan operasi.

    Operasi endometriosis dilakukan dengan mengangkat atau menghancurkan jaringan endometrium. Dua jenis operasi yang sering menjadi pilihan adalah sebagai berikut.

    • Laparoskopi. Selain untuk pengobatan, operasi ini bisa berupa laparoskopi diagnostik untuk mendiagnosis endometriosis. Operasi ini dilakukan dengan memasukkan tabung kecil ke dalam perut melalui sayatan kecil yang akan menghancurkan jaringan endometrium dengan bantuan dari laser atau panas.
    • Histerektomi atau pengangkatan rahim. Operasi ini hanya disarankan jika Anda sudah tidak memiliki rencana untuk memiliki anak sebagai salah efek samping histerektomi.

    4. Pengobatan lainnya

    Jika endometriosis hanya muncul selama beberapa saat dan tidak terlalu parah, Anda mungkin dapat mencoba pengobatan lainnya.

    Salah satu yang sering disebut, yaitu akupunktur. Melansir Mayo Clinic, beberapa pasien dikabarkan berhasil mengurangi rasa nyeri setelah menjalani akupuntur.

    Selain akunpunktur, Anda juga dapat mengurangi rasa nyeri dengan berendam dalam air hangat.

    Air hangat disebut dapat membantu membuat otot-otot di sekitar panggul menjadi lebih rileks sehingga akan mengurangi kram.

    Perlu Anda Ketahui

    Meski disebut efektif, penelitian yang dilakukan untuk melihat efek pengobatan alternatif, termasuk akunpunktur, untuk mengobati endometriosis masih sedikit. Konsultasikan kepada dokter jika Anda punya keinginan untuk menjalani pengobatan ini.

    Hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani pengobatan endometriosisDokter memeriksa gejala hepatitis B

    Seperti yang sudah dijelaskan, ada baiknya bagi Anda untuk mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memilih jenis pengobatan endometriosis yang tepat.

    Berbagai faktor tersebut meliputi usia, gejala yang Anda alami, serta rencana Anda untuk menjalani program kehamilan.

    Beberapa metode pengobatan seperti operasi tentunya sangat memerlukan diskusi dengan dokter Anda.

    Perawatan yang lebih intens tidak akan diperlukan bila gejala endometriosis yang Anda alami masih ringan atau bila Anda sudah mendekati menopause.

    Kondisi ini dapat membaik dengan sendirinya. Meski demikian, Anda tetap harus sadar akan gejala-gejala endometriosis yang muncul agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 03/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan