backup og meta

5 Obat Psikotropika dan Bahayanya Jika Disalahgunakan

5 Obat Psikotropika dan Bahayanya Jika Disalahgunakan

Apakah Anda pernah mendengar istilah obat psikotropika? Sudah tahukah Anda sebenarnya apa yang dimaksud dengan psikotropika? Untuk memahami dan mencegah penyalahgunaannya, simak pembahasannya secara lebih lengkap di bawah ini.

Apa itu obat psikotropika?

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah atau sintetis, yang dapat memengaruhi susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika adalah zat yang bisa memengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Ini karena obat tersebut bekerja pada sistem saraf pusat yang terletak pada otak.

Perlu diketahui bahwa psikotropika bukan termasuk narkotika. Pada dasarnya, pemakaian obat psikotropika ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter dengan dosis yang sesuai.

Namun, karena efek yang ditimbulkan serta risiko kecanduan yang tinggi dari obat ini, beberapa kalangan pada akhirnya menyalahgunakan psikotropika di luar tujuan medis.

Golongan obat psikotropika

rehabilitasi narkoba

Psikotropika berpotensi mengakibatkan ketergantungan dan kecanduan ketika disalahgunakan selain untuk tujuan medis dan ilmu pengetahuan.

Mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2022, psikotropika terbagi dalam empat golongan seperti berikut ini.

  • Psikotropika golongan I. Jenis psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk terapi. Zat ini berisiko memicu ketergantungan yang sangat kuat, seperti MDMA/ekstasi, LAD, dan STP. 
  • Psikotropika golongan II. Jenis psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan serta banyak digunakan untuk tujuan terapi dan ilmu pengetahuan. Zat ini juga bisa memicu ketergantungan yang kuat, seperti metilfenidat dan amfetamin.
  • Psikotropika golongan III. Jenis psikotropika yang bermanfaat untuk tujuan penelitian dan pengobatan, serta bisa menyebabkan ketergantungan yang sedang. Contohnya, flunitrazepam, pentobarbital, dan pentazosin.
  • Psikotropika golongan IV. Jenis psikotropika yang sangat luas digunakan untuk tujuan penelitian dan pengobatan. Zat atau obat ini punya potensi ringan untuk menyebabkan kecanduan, seperti diazepam, nitrazepam, dan alprazolam.

Tahukah Anda?

Karena bisa menyebabkan efek ketergantungan yang kuat, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa psikotropika golongan I dan II dicabut serta ditetapkan sebagai narkotika golongan I.

Jenis obat-obatan medis yang tergolong psikotropika

Pengetahuan mengenai jenis obat psikotropika sangat diperlukan. Dengan mengetahui manfaat dan risiko efek samping dari obat ini, Anda bisa terbebas dari penyalahgunaannya. 

Berikut ini ialah penjelasan tentang jenis-jenis obat medis yang termasuk golongan psikotropika.

1. Xanax

mengenal obat benzodiazepine

Xanax adalah obat dengan bahan aktif alprazolam yang digunakan untuk mengobati gangguan mental, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan panik.

Obat golongan benzodiazepin ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA) pada otak sehingga penggunaanya menjadi lebih tenang dan mengantuk.

Efek samping dari penggunaan Xanax tanpa resep dokter meliputi pusing, penurunan ingatan, kejang, reaksi alergi, hingga perubahan suasana hati.

2. Valium

Valium adalah nama merek untuk obat dengan kandungan diazepam, yaitu obat benzodiazepin yang memengaruhi sistem saraf otak dan memberikan efek menenangkan.

Obat psikotropika golongan IV ini umumnya digunakan dalam terapi untuk mengatasi gangguan kecemasan, insomnia, sindrom putus alkohol akut, epilepsi, dan kejang akibat demam.

Diazepam hanya digunakan untuk terapi jangka pendek (14 hari). Jika berlebihan, obat ini dapat memicu kecanduan, halusinasi, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri.

3. Ativan

Ativan mengandung bahan aktif lorazepam. Secara umum, obat ini digunakan untuk meredakan gejala-gejala gangguan kecemasan yang parah dan insomnia.

Lorazepam termasuk ke dalam golongan obat benzodiazepin. Jenis obat ini bekerja dalam otak dan sistem saraf pusat untuk menghasilkan efek menenangkan pada penggunanya.

Obat yang juga berguna sebagai penenang sebelum operasi ringan ini hanya boleh digunakan dalam jangka pendek. Pasalnya, penggunaan tanpa resep dokter dapat memicu gejala putus obat.

4. Braxidin

Chlordiazepoxide adalah

Braxidin adalah obat dengan kandungan chlordiazepoxide dan clidinium bromide. Kombinasi dari kedua bahan aktif ini digunakan untuk mengatasi masalah pada perut atau usus.

Chlordiazepoxide yang masuk dalam golongan benzodiazepin berisiko memicu ketergantungan. Itu sebabnya, obat ini hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter.

Efek samping yang umum terjadi setelah penggunaan obat ini termasuk mengantuk, pusing, lebih agresif, dan perasaan linglung.

5. Dumolid

Dumolid adalah merek obat dengan bahan aktif nitrazepam. Obat ini biasanya diresepkan untuk mengobati insomnia parah, kejang, gangguan kecemasan, dan depresi.

Obat ini dapat menimbulkan perasaan tenang atau relaksasi pada pengidap gangguan tersebut.

Secara umum, obat Dumolid termasuk dalam psikotropika golongan IV. Obat ini berpotensi menimbulkan kecanduan dan ketergantungan, khususnya bila disalahgunakan.

Bahaya obat psikotropika saat disalahgunakan

Obat psikotropika umumnya digunakan untuk mengobati gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan. Obat ini efektif untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup penggunanya.

Meski begitu, golongan obat ini memiliki potensi efek samping serius, terutama saat disalahgunakan.

Penggunaan obat-obatan psikotropika dalam jangka panjang bisa menyebabkan ketergantungan yang kuat. Jika tidak digunakan dengan hati-hati, obat ini bisa menimbulkan overdosis yang berakibat fatal.

Di samping itu, penyalahgunaan obat psikotropika juga meningkatkan risiko penyakit, termasuk gangguan irama jantung, serangan jantung, serta kerusakan hati dan ginjal.

Pastikan untuk mengikuti resep dokter dan membaca aturan pakai sebelum mengonsumsi obat.

Hindari juga pemakaian obat tanpa tujuan medis yang jelas. Konsultasikan dengan dokter untuk memahami manfaat dan risiko dari obat psikotropika yang sedang Anda gunakan.

Kesimpulan

  • Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja pada otak dan sistem saraf sehingga berpotensi memengaruhi aktivitas mental dan perilaku penggunanya.
  • Obat psikotropika terbagi atas empat golongan menurut Permenkes No. 10 Tahun 2022, dengan beberapa di antaranya dapat menyebabkan efek ketergantungan yang kuat.
  • Penyalahgunaan obat ini dapat memicu efek samping serius, termasuk ketergantungan, overdosis, dan kerusakan organ dalam tubuh.
  • Penting untuk mengikuti resep dokter dan hanya menggunakan obat-obatan untuk tujuan medis yang jelas.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Alprazolam. (2021). MedlinePlus. Retrieved September 27, 2023, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a684001.html

Diazepam. (2021). MedlinePlus. Retrieved September 27, 2023, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682047.html

Lorazepam (Oral Route). (2023). Mayo Clinic. Retrieved September 29, 2023, from https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/lorazepam-oral-route/side-effects/drg-20072296?p=1

Chlordiazepoxide Hydrochloride (Oral Route). (2023). Mayo Clinic. Retrieved September 29, 2023, from https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/chlordiazepoxide-hydrochloride-oral-route/side-effects/drg-20072246?p=1

Nitrazepam. (2021). Memorial Sloan Kettering Cancer Center. Retrieved September 29, 2023, from https://www.mskcc.org/cancer-care/patient-education/medications/adult/nitrazepam

Benzodiazepines and Opioids. (2023). National Institute on Drug Abuse. Retrieved September 27, 2023, from https://nida.nih.gov/research-topics/opioids/benzodiazepines-opioids

Chapter 6 Psychotropic Medications. (2022). Nursing: Mental Health and Community Concepts. Retrieved September 27, 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK590034/

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. (2009). Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Retrieved September 27, 2023, from https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_35.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. (1997). Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Retrieved September 27, 2023, from https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/510.pdf

Cek Produk BPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2022). Retrieved September 27, 2023, from https://cekbpom.pom.go.id/search_home_produk

Versi Terbaru

08/10/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Delusi dan Halusinasi, Apa Bedanya?

Hubungan Penyebaran HIV/AIDS dari Penggunaan Narkoba


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Farmasi · None


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 08/10/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan