Kondisi ini pun tetap dapat muncul bahkan meski Anda menggunakan obat tersebut sesuai aturan dari resep dokter.
Ketergantungan muncul ketika tubuh Anda telah menyesuaikan dengan konsumsi obat t tersebut, sehingga Anda lama-lama kebal terhadap efek obat. Reaksi kebal obat inilah yang membuat beberapa orang cenderung suka seenaknya menaikkan dosis supaya bisa mendapatkan efek obat.
Sementara itu, ketika Anda memutuskan untuk berhenti minum obat itu, tubuh akan “berontak” dengan menunjukkan reaksi penarikan atau gejala putus obat karena merasa kebutuhannya akan suatu zat kimia tertentu tidak terpenuhi.
Gejala yang mungkim timbul antara lain pusing, mual, pingsan, nyeri sekujur badan, hingga halusinasi berlebihan. Untuk mengatasi reaksi putus obat, maka kemudian Anda akan harus kembali mengonsumsi obat tersebut dalam dosis yang lebih kuat.
Tidak cuma narkoba yang bisa bikin ketergantungan, obat warung pun juga bisa
Bukan hanya obat-obatan terlarang (narkoba) saja yang bisa menyebabkan ketergantungan. Setiap obat-obatan medis resmi yang digunakan berkelanjutan dalam jangka panjang nyatanya dapat menyebabkan ketergantungan, termasuk obat pereda nyeri yang dijual bebas di warung dan obat-obatan steroid kuat seperti morfin dan fentanyl yang wajib pakai resep dokter.
Ketergantungan obat bisa menjadi awal dari penyalahgunaan obat dan kecanduan, serta berisiko memicu terjadinya overdosis yang berakibat fatal. Untuk mencegah ketergantungan obat, pemberian jenis obat beserta dosis dan jadwalnya harus dalam pengawasan dokter.