Dokter umumnya mengobati penyakit infeksi bakteri dengan antibiotik. Akan tetapi, penggunaan obat ini secara sembarang bisa menyebabkan resistensi bakteri. Lantas, apa sebenarnya kondisi ini dan mengapa bisa terjadi? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Mengenal resistensi bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal yang ditemukan di bagian dalam dan di luar tubuh.
Tidak semua jenis bakteri berbahaya, misalnya bakteri baik dalam usus (probiotik) yang menjaga fungsi saluran pencernaan.
Selain itu, tentu ada pula bakteri jahat yang menyebabkan infeksi dan penyakit. Pada dasarnya, infeksi bakteri ini akan diobati dengan obat antibiotik.
Namun, lama-kelamaan bakteri bisa beradaptasi dengan obat-obatan dan jadi makin sulit untuk dibunuh. Kondisi inilah yang disebut resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Beberapa bakteri secara alami dapat melawan jenis antibiotik tertentu. Bakteri dapat menjadi resisten bila gen di dalamnya berubah atau bakteri mendapatkan gen yang resistan terhadap obat dari bakteri lain.
Makin lama dan makin sering seseorang menggunakan antibiotik, risiko pengobatan tersebut menjadi tidak efektif dalam melawan bakteri pun akan makin besar.
Penyebab resistensi bakteri terhadap antibiotik
Studi terbaru dalam jurnal The Lancet (2022) memperkirakan ada sekitar 4,95 juta kematian di seluruh dunia pada 2019 yang berkaitan dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Hal ini patut menjadi perhatian, sebab dampaknya dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun asal negaranya.
Salah satu langkah pencegahan resistensi bakteri yakni dengan mengetahui penyebabnya. Berikut dua hal yang membuat Anda lebih berisiko mengalami kondisi ini.
1. Mutasi bakteri secara alami
Bakteri mudah mengalami mutasi alias perubahan pada DNA-nya. Ini merupakan bagian dari evolusi alami yang memungkinkan bakteri untuk terus menyesuaikan susunan genetiknya.
Saat satu bakteri menjadi resisten secara alami terhadap antibiotik, bakteri tersebut akan tetap bertahan saat jenis bakteri yang lainnya terbunuh.
Bakteri yang tetap bertahan ini kemungkinan akan menyebar dan menjadi dominan sehingga dapat menyebabkan infeksi.
Selain itu, bakteri merupakan mikroba yang mudah berpindah-pindah. Hal ini membuat bakteri mudah bersentuhan dan meneruskan gen mutasi kepada bakteri lain.