backup og meta
Kategori

2

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

4 Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 20/07/2023

    4 Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Remaja

    Agar menjadi seorang remaja yang kekinian, tentu takkan lengkap jika tidak aktif di media sosial. Namun, terlepas dari kesenangan yang ditimbulkan, tahukah Anda kalau ternyata media sosial punya pengaruh terhadap kesehatan mental remaja? 

    Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja

    menggunakan media sosial yang wajar

    Sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari masa kini, penggunaan media sosial (medsos) hampir tidak bisa dihindari.

    Namun, sudah banyak penelitian yang membuktikan adanya pengaruh negatif media sosial terhadap kesehatan mental remaja. 

    Berikut beberapa dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

    1. Mengalami gangguan mental

    Dilansir dari Mayo Clinic, sebuah studi tahun 2019 yang dilakukan kepada 12.000 remaja berusia antara 13—16 tahun menunjukkan fenomena mengenai dampak media sosial.

    Berdasarkan penelitian tersebut penggunaan media sosial lebih dari 3 kali sehari bisa menimbulkan pengaruh negatif pada mental dan kesehatan anak secara keseluruhan.

    Pada penelitian lainnya yang juga dilakukan pada tahun 2019, dari 6.500 anak berusia 12—15 tahun, diketahui bahwa remaja yang menggunakan media sosial lebih dari 3 jam sehari berisiko lebih tinggi mengalami gangguan psikologis.

    Sementara itu, dari penelitian pada tahun 2016 yang dilakukan pada 450 remaja, menggunakan media sosial terlalu sering atau hingga malam hari bisa menimbulkan gangguan kesehatan, seperti:

    • depresi,
    • gangguan kecemasan, dan
    • rasa sedih yang berlebih saat tidak bisa menggunakan media sosial.

    Selain lama waktu penggunaan, tujuan menggunakan media sosial juga bisa menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan mental para remaja.

    Di tahun 2015, sebuah studi menemukan bahwa remaja yang menggunakan sosisal media untuk membandingkan dirinya sendiri atau mencari saran dari pengguna lainnya lebih rentan mengalami gejala depresi.

    2. Menurunkan kepuasan diri

    Dari penelitian di tahun 2013, remaja yang menggunakan media sosial secara pasif, yaitu hanya melihat konten-konten orang lain, diketahui mengalami penurunan kepuasan terhadap dirinya sendiri.

    Sebaliknya, remaja yang berinteraksi secara aktif di media sosial atau memposting kontennya sendiri tidak mengalami hal tersebut.

    Pada penelitian sebelumnya, mahasiswa yang menggunakan facebook awalnya membuat mereka merasa lebih senang dibandingkan sebelumnya.

    Namun, setelah menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman dan keluarga, mereka justru merasa menggunakan media sosial semakin tidak menyenangkan.

    3. Menjadi korban bullying

    remaja dan media sosial

    Tingkat penggunaan media sosial yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko remaja menjadi korban tindak kriminal.

    Para remaja umumnya masih ceroboh dan impulsif, sehingga berisiko lebih tinggi membagikan hal-hal yang terlalu personal atau pribadi.

    Sementara tindakan kriminal, seperti cyber-bullying, penyebaran rumor atau hoaks, hingga tekanan dari orang lain marak terjadi di media sosial.

    Jika dilihat oleh orang yang salah, konten yang ia bagikan di media sosial bisa membuat anak lebih berisiko mengalami hal-hal tersebut.

    4. Menyebabkan gangguan tidur

    Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja juga bisa berdampak pada kualitas tidur para remaja.

    Dirangkum dari berbagai penelitian, analisis para ilmuwan menunjukkan adanya korelasi kuat (hubungan, bukan penyebab) antara penggunaan media sosial dan gangguan tidur pada remaja.

    Remaja yang menghabiskan waktu untuk berinteraksi di dunia maya hampir setiap saat berisiko lebih tinggi mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia.

    Peneliti belum berhasil mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya hubungan ini.

    Namun, kegiatan dalam bermedia sosial diduga bisa memicu gairah emosional, kognitif, dan fisiologis otak, sehingga membuat para remaja merasa segar hingga melupakan tidur.

    Sementara itu, beberapa remaja justru sudah mengalami kesulitan tidur sehingga memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menggunakan medsos sampai bisa kembali tidur.

    Kalaupun tidak termasuk di antara dua golongan di atas, menjadi pengguna pasif hanya dengan melihat media sosial tetap bisa mengganggu jam biologis tubuh akibat cahaya biru (blue light) yang terpancar dari gadget.

    Saat menghabiskan waktu untuk main HP sebelum tidur, pancaran sinar terang dari ponsel meniru sifat cahaya alami matahari.

    Akibatnya, jam biologis tubuh menganggap cahaya ini sebagai sinyal bahwa hari masih pagi sehingga produksi melatonin yang mengatur pola tidur jadi terganggu.

    Bahaya jika anak kurang tidur

    Remaja umumnya membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang dewasa. Jadi penggunaan media sosial di malam hari bisa sangat merugikan kesehatan anak. Dampak kurang tidur bisa membuat anak kelelahan, mudah tersinggung, stres, dan lebih cenderung gampang sakit, misalnya batuk, pilek, flu, hingga gangguan pencernaan (seperti, maag dan muntaber).

    Tak selamanya media sosial punya dampak negatif

    anak punya media sosial

    Seperti dua sisi mata uang, pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja tidak selalu berupa dampak negatif, tetapi juga positif.

    Menjadi pengguna aktif dalam berbagai platform media sosial bisa memberikan pengaruh positif pada kesehatan mental remaja, yang meliputi berikut ini.

    • Merasa terlibat dalam bermasyarakat.
    • Tidak merasa sendirian.
    • Memperluas lingkungan pertemanan.
    • Lebih mudah mencari dukungan dari orang lain,
    • Lebih bebas mengekspresikan diri.
    • Mengetahui kabar yang lebih luas dan terkini.
    • Memiliki harapan baru.

    Pada akhirnya, baik-buruknya dampak media sosial pada tumbuh kembang remaja akan bervariasi pada setiap orang.

    Ini kembali lagi kepada pentingnya menemukan keseimbangan yang sehat dalam berinteraksi di dunia maya dan dunia nyata.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 20/07/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan