Prosedur cabut gigi dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah gigi, termasuk gigi berlubang yang parah hingga gigi bungsu yang tumbuh tidak normal. Akan tetapi, ada beberapa kondisi yang membuat Anda tidak boleh cabut gigi sembarangan.
Lantas, kapan Anda tidak boleh cabut gigi? Apakah boleh mencabut gigi saat sakit? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Penyakit apa yang membuat Anda tidak boleh cabut gigi?
Meski tergolong prosedur yang sederhana, cabut gigi atau dalam istilah medis disebut sebagai odontektomi ini bisa menjadi tindakan yang berisiko.
Mengetahui apa saja penyakit atau kondisi kesehatan yang membuat Anda tidak disarankan untuk cabut gigi sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang harus diperhatikan sebelum Anda memutuskan untuk melakukan cabut gigi.
1. Infeksi gigi dan gusi yang parah
Larangan cabut gigi biasanya ditujukan bagi pengidap infeksi rongga mulut yang parah, seperti radang gusi (gingivitis), penyakit gusi (periodontitis), hingga abses gigi.
Kondisi tersebut perlu diatasi sebelum pencabutan gigi agar infeksi tidak menyebar ke area lain.
Sebuah studi dalam International Journal of Clinical Anesthesiology (2016) menyebutkan bahwa infeksi dan peradangan aktif dalam rongga mulut juga bisa mengurangi efek obat bius.
Pemakaian obat bius atau anestesi lokal dalam dosis yang lebih tinggi tentu berisiko bagi tubuh.
2. Kehamilan
Dokter menyarankan ibu hamil untuk tidak cabut gigi saat hamil trimester pertama dan ketiga.
Trimester pertama biasanya dianggap paling berisiko untuk melakukan perawatan gigi. Hal ini karena obat-obatan yang digunakan berisiko mengganggu perkembangan janin.
Meski tergolong aman, pencabutan gigi pada trimester ketiga bisa membuat ibu hamil merasa tidak nyaman untuk berbaring dalam waktu lama.
Umumnya, dokter gigi akan melakukan perawatan gigi yang dibutuhkan pada trimester kedua dan menunda perawatan yang tidak penting sampai setelah melahirkan.
Apakah boleh mencabut gigi saat sakit?
3. Memiliki alergi
Kondisi lain yang membuat Anda tidak boleh cabut gigi sembarangan adalah alergi. Pengidap alergi, terutama alergi anestesi dan obat-obatan, harus berhati-hati sebelum menjalani pencabutan gigi.
Meski jarang terjadi, anestesi lokal pada rongga mulut bisa memicu reaksi alergi, seperti ruam pada kulit, pembengkakan wajah, hingga tekanan darah rendah (hipotensi).
Beri tahu dokter gigi mengenai riwayat alergi Anda. Dokter bisa melakukan tes alergi atau menyesuaikan obat untuk mencegah efek samping berbahaya.
4. Gangguan kekebalan tubuh
Pasien dengan gangguan kekebalan tubuh (immunocompromised), misalnya karena HIV/AIDS, efek kemoterapi, atau efek obat imunosupresan, lebih rentan terhadap infeksi.
Pencabutan gigi pada kondisi ini harus dilakukan secara hari-hati. Untuk mencegah komplikasi serius, dokter akan memberikan antibiotik sebelum pasien menjalani prosedur.
Penelitian yang diterbitkan dalam Tohoku Journal of Experimental Medicine (2018) menyebutkan bahwa obat imunosupresan meningkatkan risiko osteonekrosis rahang setelah cabut gigi.
Osteonekrosis rahang (ONJ) merujuk pada kondisi langka dan serius saat sel-sel tulang pada tulang rahang mati secara perlahan.
5. Diabetes yang tidak terkontrol
Banyak orang yang bertanya, “Apakah boleh atau tidak mencabut gigi saat sakit diabetes?” Ya, tentu boleh asalkan kondisi Anda sudah terkontrol dengan baik.
Pasien dengan kadar glukosa atau gula darah yang tidak terkontrol berisiko tinggi mengalami infeksi dan proses penyembuhan luka yang lambat setelah cabut gigi.
Sebelum melakukan pencabutan gigi, pastikan kadar gula darah Anda berada pada rentang normal. Hal ini ditandai dengan hasil cek gula darah puasa (GDP) di bawah 100 mg/dL.