Anak-anak sangat rentan mengalami masalah gigi dan mulut, salah satunya gigi renggang. Kondisi ini bisa mengurangi keindahan tampilan gigi dan kadang menjadi pertanda masalah gusi. Yuk, kenali penyebab gigi anak renggang sekaligus cara mengatasinya!
Kenapa gigi anak bisa renggang (berjarak)?
Dalam dunia medis, gigi renggang dikenal dengan istilah diastema. Kondisi ini sangat umum terjadi pada anak-anak, terutama pada gigi bagian depan mereka.
Menurut studi yang diterbitkan dalam International Journal of General Medicine (2021), gigi anak dapat tumbuh renggang karena beberapa faktor berikut ini.
1. Frenulum terlalu tebal
Frenulum gigi adalah jaringan ikat yang menghubungkan bibir, pipi, dan lidah dengan tulang rahang.
Jaringan pada mulut ini berfungsi untuk menstabilkan gerakan bibir, pipi, lidah, dan terkait dengan pertumbuhan gigi anak.
Bila Anda perhatikan, frenulum memiliki warna mirip gusi dengan ukuran yang bervariasi, yakni ada yang tipis dan ada yang tebal.
Nah, frenulum yang terlalu tebal dapat mendorong gigi untuk tumbuh terpisah sehingga menimbulkan ruang kosong di antaranya. Ini biasanya terjadi pada gigi seri pertama.
2. Penyebab lainnya
Anak juga dapat memiliki diastema karena berbagai faktor berikut.
- Anak berada pada fase gigi susu. Ukuran gigi susu yang lebih kecil dari gigi permanen membuat adanya celah/diastema multiple di antara gigi geligi. Celah ini merupakan kondisi normal dan akan menutup apabila nantinya gigi susu sudah digantikan dengan gigi permanen.
- Faktor genetik dan keturunan dalam keluarga.
- Adanya gigi copot dan belum tumbuh.
- Gigi anak tumbuh berantakan.
- Ukuran gigi yang terlalu kecil sehingga tidak seimbang dengan besar lengkung rahang.
Dalam beberapa kasus, gigi renggang pada anak juga dapat berkembang karena refleks menelan yang abnormal. Normalnya, lidah akan menekan langit-langit mulut saat anak menelan.
Namun, jika anak sering menekan lidah ke gigi depan, tekanan berulang dapat membentuk celah seiring waktu.
Bagi sebagian anak, celah di antara gigi juga dapat terbentuk akibat penyakit gusi (periodontitis) tingkat lanjut. Dengan kondisi ini, infeksi mengikis tulang rahang, menyebabkan celah dan gigi tanggal.
Gigi anak renggang apa bisa rapat sendiri?
Celah di antara gigi biasanya tidak berdampak negatif pada kesehatan mulut. Umumnya, gigi anak yang berjarak akan rapat dengan sendirinya setelah gigi permanen anak tumbuh.
Kondisi ini biasanya tidak membutuhkan perawatan medis. Namun, dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi pertanda penyakit gusi yang perlu ditangani segera.
Penanganannya tergantung pada apakah kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit gusi atau hanya masalah kosmetik.
1. Perawatan terkait masalah kosmetik
Bila penyebab gigi renggang pada anak berkaitan dengan masalah kosmetik, anak bisa menjalani beberapa perawatan seperti berikut.
- Veneer gigi. Dokter gigi akan melakukan veneer dengan bahan resin komposit sewarna gigi untuk membentuk kembali gigi dan menutupi celah kecil di antara gigi.
- Perawatan orthodonti. Si Kecil mungkin memerlukan tindakan perawatan orthodonti menggunakan kawat gigi lepasan jika masih dalam fase gigi campuran (susu dan permanen). Setelah memasuki fase gigi permanen, anak bisa menggunakan behel maupun aligner ortodontik bening untuk menutup celah antargigi secara fisik.
- Frenektomi. Prosedur frenektomi dilakukan dengan melepaskan frenulum agar tidak ada gigi yang terdorong menjauh. Butuh-tidaknya si Kecil menjalani tindakan ini bergantung dengan pertimbangan dokter gigi anak setelah konsultasi.
Sebenarnya, ada banyak perawatan lain untuk diastema. Akan tetapi, tidak semuanya cocok untuk anak-anak.
Contohnya, perawatan dental brigde tidak direkomendasikan untuk anak-anak sampai rahang dan gigi permanen mereka tumbuh sepenuhnya. Ini biasanya terjadi pada akhir usia belasan.
2. Perawatan terkait penyakit gusi
Jika gigi renggang pada anak disebabkan oleh penyakit gusi, ia perlu menjalani perawatan periodontal (gigi dan gusi) terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri berbahaya.
Berikut perawatan yang mungkin direkomendasikan dokter untuk anak.
- Scaling dan root planing. Pada kondisi periodontitis ringan pada anak, dokter akan meminta anak menjalani perawatan ini untuk membersihkan gigi secara menyeluruh dari plak dan karang gigi.
- Operasi flap gingiva. Pada prosedur ini, dokter membuat sayatan di sepanjang garis gusi dan menggerakkan gusi ke belakang untuk sementara waktu sehingga mereka dapat melihat akar gigi. Setelahnya, dokter akan membersihkan akar gigi secara menyeluruh dan memposisikan ulang gusi.
- Cangkok tulang gigi. Bila ada pengeroposan tulang di sekitar gigi anak saat operasi flap gingiva, dokter bedah mungkin juga menempatkan cangkok tulang gigi untuk membantu meregenerasi jaringan tulang di area tersebut.
Tindakan pencegahan gigi renggang pada anak
Tidak ada cara untuk mencegah diastema pada si Kecil jika penyebabnya adalah faktor genetik.
Namun, bila penyebab yang mendasarinya adalah infeksi, berikut adalah beberapa tindakan pencegahan yang bisa dilakukan.
- Ajari anak untuk menyikat gigi dua kali sehari, yaitu sehabis sarapan dan sebelum tidur.
- Biasakan untuk melakukan pembersihan sela antar gigi menggunakan benang gigi agar pembersihan gigi jadi lebih optimal.
- Kurangi konsumsi makanan atau minuman manis, seperti permen, cokelat, jus kemasan, minuman soda.
- Ajak si Kecil melakukan pemeriksaan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.
- Tidak menyepelekan keluhan terkait gigi yang anak rasakan, seperti kemerahan, pembengkakan, perdarahan, serta nyeri pada gigi dan gusi.
Masalah gigi renggang pada anak memang tidak selalu membutuhkan penanganan medis, tetapi bukan berarti luput dari perhatian orangtua.
Jadilah panutan bagi anak dalam membiasakan diri menjaga kebersihan dan kesehatan mulut anak Anda.
Kesimpulan
- Gigi anak bisa renggang akibat frenulum yang terlalu tebal, pertumbuhan gigi yang berantakan, ukuran gigi yang terlalu kecil, hingga faktor genetik dalam keluarga.
- Kondisi ini tidak membutuhkan penanganan medis kecuali jika penyebabnya berkaitan dengan infeksi atau penyakit gusi.
- Anda dapat mencegah gigi renggang pada anak dengan mengajari anak menjaga kesehatan mulut dan giginya, mengajak anak ke dokter gigi secara rutin, dan tidak menyepelekan keluhan terkait gigi yang dirasakan anak.