backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Pengaruh dan Manfaat Konsumsi Telur untuk Pasien Diabetes

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 29/04/2021

    Pengaruh dan Manfaat Konsumsi Telur untuk Pasien Diabetes

    Dalam menjalani pola hidup sehat, pasien diabetes perlu berhati-hati saat mengonsumsi makanan. Jika tidak berhati-hati, menyantap makanan yang mengandung gula tinggi secara berlebihan justru berisiko meningkatkan kadar gula darah. Lantas, bagaimana dengan makanan seperti telur, bolehkah penderita diabetes makan telur?

    Konsumsi telur sebenarnya tidak memberikan pengaruh besar pada kenaikan kadar gula darah. Namun, pasien diabetes tetap perlu memperhatikan kandungan kolesterol pada telur yang cukup tinggi.

    Bolehkah penderita diabetes makan telur?

    Sumber: Once Upon A Chef

    Kandungan nutrisi dalam makanan yang berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula dalam darah adalah karbohidrat.

    Sementara itu, telur merupakan makanan yang tinggi protein. Terbukti, dalam 1 butir telur hanya terdapat 0,5 gram karbohidrat.

    Artinya, konsumsi telur dalam porsi normal sebenarnya tidak akan menyebabkan lonjakan kadar gula darah.

    American Diabetes Association bahkan menyebutkan telur dapat menjadi sumber protein terbaik untuk pasien diabetes karena kandungan karbohidratnya yang rendah.

    Selain itu, penelitian tahun 2019 yang dirilis jurnal Nutrients mendapatkan hasil bahwa konsumsi telur saat sarapan pagi dapat membantu mengontrol kadar gula darah sepanjang hari.

    Jika dikombinasikan dengan makanan lain yang rendah karbohidrat, konsumsi telur bisa mencegah kenaikan gula darah secara drastis selama 24 jam.

    Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa telur memiliki kandungan kolesterol yang tinggi.

    Hal ini bisa mengembalikan pertanyaan sebelumnya, yakni bolehkah penderita diabetes makan telur jika ternyata berdampak pada kadar kolesterol?

    Menurut American Heart Association, penyakit diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) serta meningkatkan kadar tigliserida dan kolesterol jahat (LDL).

    Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis) yang mengarah pada komplikasi diabetes, seperti penyakit jantung dan stroke.

    Oleh karena itu, tak hanya mengendalikan gula darah, pasien diabetes juga perlu memastikan keseimbangan kadar kolesterol di dalam darah.

    Namun, bukan berarti pasien diabetes tidak boleh makan telur sama sekali. Konsumsi telur cukup aman untuk Anda yang memiliki diabetes asalkan masih dalam porsi yang sesuai.

    Cara konsumsi telur yang aman untuk pasien diabetes

    alergi pada telur

    Walaupun kandungan kolesterol dalam telur cukup tinggi, sebenarnya kolesterol yang berasal dari makanan hanya menyumbang persentase kecil dari total kadar kolesterol dalam darah.

    Kenaikan kolesterol secara signifikan dapat terjadi ketika Anda mengonsumsi makanan berlemak dan karbohidrat secara bersamaan.

    Jika kembali pada permasalahan mengenai pertanyaan bolehkah penderita diabetes makan telur, jawabannya terdapat pada prinsip pola makan untuk diabetes.

    Pada diet atau pola makan yang sehat untuk diabetes yaitu porsi telur perlu disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi harian.

    Berikut ini adalah panduan aman konsumsi telur untuk pasien diabetes.

    1. Tidak melebihi batas yang dianjurkan

    Pasien diabetes yang memiliki kolesterol tinggi disarankan untuk tidak mendapatkan asupan kolesterol lebih dari 200 miligram (mg) per hari.

    Sementara dalam 1 butir telur terdapat 186 mg kolesterol yang sebagian besar terdapat pada bagian kuning telur.

    Beberapa ahli menyebutkan, pasien diabetes bisa membatasi konsumsi telur setidaknya 3 kali dalam sepekan.

    2. Konsumsi bagian putih telurnya saja

    Jika Anda ingin makan telur dan menghidari dampak dari peningkatan kolesterol, Anda bisa menyantap bagian putih telurnya saja.

    Ini karena putih telur tidak mengandung kolesterol, tetapi masih kaya akan protein.

    Protein tidak hanya berperang penting dalam perkembangan sel-sel tubuh, nutrisi ini juga dapat membantu penyerapan glukosa di dalam darah.

    3. Kombinasikan dengan makanan lain yang bernutrisi

    Meski konsumsi putih telur bebas kolesterol, Anda tetap perlu memilih makanan pengganti dari nutrisi yang terdapat pada kuning telur yang tidak dimakan.

    Bagian telur ini mengandung vitamin A, omega-3, serta kalsium yang juga menyehatkan.

    Oleh karena itu, Anda bisa memilih putih telur sebagai lauk pendamping dan melengkapinya dengan ikan atau ayam sebagai lauk utama serta sayuran sebagai sumber serat dan vitamin.

    Cara pengolahan telur juga penting untuk diperhatikan.

    Jika ingin mengurangi kadar kolesterol, konsumsi telur rebus akan lebih baik dibandingkan dengan telur goreng, terutama yang dimasak dengan mentega.

    Manfaat telur lainnya untuk diabetes

    putih telur ayam

    Selain kaya kandungan protein, telur mengandung berbagai mineral dan vitamin yang bisa mendukung kondisi kesehatan pasien diabetes.

    Apabila Anda mengonsumsi telur sesuai dengan aturan yang tepat, Anda bisa memperoleh berbagai manfaat telur seperti di bawah ini.

    • Kandungan kalium pada telur baik untuk kesehatan jantung dan dapat mengoptimalkan fungsi sistem saraf dan otot. Hal ini menurunkan risiko komplikasi diabetes.
    • Telur rendah kalori sehingga dapat membantu menurunkan berat badan jika dibarengi dengan makanan untuk diabetes yang kaya serat.
    • Kandungan lutein dan kolin pada telur bisa meningkatkan kesehatan otak.
    • Telur mengandung biotin yang berperan penting dalam pembentukan sel rambut, kulit, kuku, dan produksi insulin.

    Jadi, sekarang Anda sudah tahu jawaban dari pertanyaan bolehkah penderita diabetes makan telur, bukan?

    Pada dasarnya, konsumsi telur yang sesuai dengan prinsip diet diabetes cukup aman dan bisa menghindari komplikasi diabetes akibat kadar kolesterol tinggi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 29/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan