backup og meta

9 Efek Samping Ganja bagi Kesehatan, Jangan Pakai Sembarangan

9 Efek Samping Ganja bagi Kesehatan, Jangan Pakai Sembarangan
9 Efek Samping Ganja bagi Kesehatan, Jangan Pakai Sembarangan

Ganja merupakan bagian tanaman Cannabis sativa yang dikeringkan. Meski ganja memiliki manfaat kesehatan, penggunaan ganja secara sembarangan tanpa pengawasan medis bisa menimbulkan efek samping yang membahayakan.

Supaya Anda selalu terhindar dari dampak buruk pemakaian ganja secara ilegal, ketahui informasi berikut.

Macam-macam efek samping ganja

Di beberapa negara yang telah melegalisasi ganja, tanaman ini digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk penyakit saraf, nyeri kronis, hingga kanker.

Meski begitu, pemakaian ganja atau mariyuana sebagai obat tradisional di Indonesia masih belum diperbolehkan secara hukum. Hal ini tampaknya dikarenakan risiko efek samping dinilai lebih besar dibandingkan manfaatnya.

Berikut adalah beberapa risiko efek samping penggunaan ganja terhadap kesehatan tubuh.

1. Gangguan pernapasan

efek mencampur ganja dengan tembakau

Salah satu cara penggunaan ganja adalah dengan dibakar, baik dalam bentuk rokok linting atau cerutu. Dengan cara ini, ganja dikhawatirkan menyebabkan gangguan pernapasan, terlebih tanaman ini menghasilkan lebih banyak hidrokarbon karsinogenik dibandingkan asap tembakau.

Hidrokarbon karsinogenik merupakan zat beracun yang dapat mengiritasi dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru.

Kecenderungan seseorang untuk mengisap rokok dalam-dalam juga membuat lebih banyak zat beracun masuk dan tertahan di paru-paru.

Selain meningkatkan berbagai risiko penyakit paru-paru, zat beracun yang tertahan di dalam tubuh bisa memicu peradangan parah yang dapat berujung pada kanker.

2. Peningkatan detak jantung

Tahukah Anda bahwa detak jantung bisa meningkat setelah mengonsumsi ganja? Efek ini bahkan bisa bertahan sampai tiga jam setelah pertama kali muncul.

Efek ini muncul karena senyawa kanabinoid pada ganja bisa mengganggu kinerja sistem kardiovaskular, termasuk melebarkan pembuluh darah. Peningkatan detak jantung bisa lebih tinggi jika Anda menggunakan ganja bersamaan dengan obat-obatan lain.

Laman Harvard Health juga menyebutkan bahwa penggunaan ganja bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan jantung, terlebih jika Anda memiliki riwayat penyakit jantung.

3. Perubahan struktur otak

Penggunaan ganja sebagai obat herbal berpotensi menyebabkan perubahan struktur pada hipokampus, amygdala, nucleus accumbens, dan prefrontal cortex pada otak.

Dampak satu ini bisa terjadi karena bahan aktif delta-9 tetrahydrocannabinol (THC) dalam mariyuana akan mengganggu aktivitas sel-sel reseptor kanabinoid di otak.

Karena itulah seseorang yang mengonsumsi ganja dalam dosis tinggi mungkin mengalami halusinasi, disorientasi (linglung), delusi, atau rusaknya daya ingat.

4. Gangguan kesuburan

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Therapeutic Advances in Urology (2021) menunjukkan bahwa pria yang pernah mengonsumsi ganja memiliki kualitas sperma yang lebih buruk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mariyuana bisa mengurangi jumlah sperma dan merusak bentuknya.

Meski kondisi ini tidak serta merta membuat seorang pria impoten, kualitas sperma yang buruk bisa menurunkan peluang kehamilan.

5. Penghambat tumbuh kembang janin

ciri ciri janin sehat

Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa penggunaan ganja selama kehamilan bukan hanya berisiko menimbulkan efek buruk pada Ibu, tetapi juga janin.

Hal itu bisa terjadi karena bahan kimia dalam ganja, terutama tetrahydrocannabinol (THC) bisa menembus plasenta sehingga mengganggu perkembangan janin.

Karena itulah, konsumsi ganja secara berkala saat hamil dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (BBLR) dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya.

6. Penurunan kecerdasan kognitif

Orang yang sering mengonsumsi ganja dilaporkan mengalami penurunan kecerdasan kognitif, seperti daya ingat, fokus, logika, hingga pengambilan keputusan.

Jika membicarakan berapa lama efek ganja, dampak buruk narkotika ini bisa bersifat permanen sehingga seseorang yang menggunakan ganja tanpa pengawasan medis sejak remaja cenderung memiliki prestasi akademik dan kualitas hidup yang lebih buruk.

Riset yang diterbitkan oleh Psychological Medicine (2021) menunjukkan bahwa penggunaan ganja sejak remaja berisiko menurunkan tingkat IQ hingga dua poin.

7. Timbul gejala psikotik

Beberapa penelitian telah mengaitkan efek samping ganja dengan peningkatan risiko gangguan kejiwaan. 

Kondisi tersebut termasuk gangguan kecemasan, depresi, psikosis (sulit membedakan imajinasi dan realita), dan skizofrenia.

Studi dalam The Lancet: Psychiatry (2019) bahkan menunjukkan bahwa merokok ganja setiap hari bisa meningkatkan risiko psikosis hingga lima kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengonsumsi ganja sama sekali.

8. Pengeroposan tulang

Efek samping lainnya yang mungkin dirasakan oleh pemakai ganja adalah pengeroposan tulang. Ganja bisa mengurangi kepadatan tulang sehingga meningkatkan risiko osteoporosis hingga patah tulang di kemudian hari.

Penggunaan ganja juga dinilai berpotensi menurunkan indeks massa tubuh (IMT). Risiko osteporosis akan meningkat ketika IMS Anda berada di bawah 18,5.

Kondisi tersebut bisa semakin buruk jika Anda terus mengonsumsi mariyuana sampai ketika berusia lanjut.

9. Sistem kekebalan tubuh menurun

Studi pada hewan menunjukkan bahwa efek ganja melalui kandungan THC berpotensi memengaruhi sistem kekebalan tubuh. 

THC bisa menekan sistem kekebalan tubuh sehingga Anda lebih rentan terhadap penyakit menular.

Meski begitu, penelitian lebih lanjut terhadap manusia memang masih dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana ganja memengaruhi kekebalan tubuh.

Ganja termasuk narkotika golongan I bersama sabu-sabu, kokain, opium, dan heroin yang penggunaannya masih ilegal di Indonesia.

Oleh karena itu, jangan pernah mengonsumsi atau menanam ganja secara sembunyi-sembunyi atau ilegal karena hal ini bukan hanya membahayakan kesehatan, tetapi mungkin membuat Anda terkena hukuman pidana.

Kesimpulan

  • Sampai saat ini, penggunaan ganja di Indonesia masih belum dilegalkan. Pasalnya, dikhawatirkan bahwa efek samping yang diberikan lebih besar dibandingkan manfaat yang ditawarkan.
  • Beberapa efek yang dikhawatirkan muncul dari pemakaian ganja adalah gangguan pernapasan, perubahan struktur otak, gangguan kesuburan, penurunan kecerdasan kognitif, hingga timbulnya gejala psikotik.
  • Ganja juga dinilai bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat penggunanya lebih rentan terhadap penyakit menular.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Di Forti, M., Quattrone, D., Freeman, T. P., Tripoli, G., Gayer-Anderson, C., Quigley, H., et al. (2019). The contribution of cannabis use to variation in the incidence of psychotic disorder across Europe (EU-GEI): a multicentre case-control study. The lancet. Psychiatry, 6(5), 427–436. Retrieved 07 April 2025, from https://doi.org/10.1016/S2215-0366(19)30048-3

Power, E., Sabherwal, S., Healy, C., O’Neill, A., Cotter, D., & Cannon, M. (2020). Intelligence quotient decline following frequent or dependent cannabis use in adolescence: A systematic review and meta-analysis of longitudinal studies. SSRN Electronic Journal. Retrieved 07 April 2025, from https://doi.org/10.2139/ssrn.3582784

Hehemann, M. C., Raheem, O. A., Rajanahally, S., Holt, S., Chen, T., Fustok, J. N., Song, K., Rylander, H., Chow, E., Ostrowski, K. A., Muller, C. H., & Walsh, T. J. (2021). Evaluation of the impact of marijuana use on semen quality: A prospective analysis. Therapeutic Advances in Urology13. Retrieved 07 April 2025, from https://doi.org/10.1177/17562872211032484

Sophocleous, A., Robertson, R., Ferreira, N. B., McKenzie, J., Fraser, W. D., & Ralston, S. H. (2017). Heavy cannabis use is associated with low bone mineral density and an increased risk of fractures. The American Journal of Medicine130(2), 214-221. Retrieved 07 April 2025, from https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2016.07.034

Cannabis and cannabinoids (PDQ®). (2025, February 21). Comprehensive Cancer Information – NCI. Retrieved 07 April 2025, from https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/cam/hp/cannabis-pdq

Does marijuana impact men’s fertility and sexual health? (2022, April 29). Hospitals, Clinics & Doctors in IL – UChicago Medicine. Retrieved 07 April 2025, from https://www.uchicagomedicine.org/forefront/health-and-wellness-articles/does-marijuana-impact-mens-fertility-and-sexual-health

Cannabis (Marijuana) DrugFacts. (2024, March 21). National Institute on Drug Abuse. Retrieved 07 April 2025, from https://www.drugabuse.gov/publications/drugfacts/marijuana

Marijuana. (2023, August 10). Mayo Clinic. Retrieved 07 April 2025, from https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements-marijuana/art-20364974

Cannabis and heart health. (2024, May 21). Cannabis and Public Health. Retrieved 07 April 2025, from https://www.cdc.gov/cannabis/health-effects/heart-health.html

Marijuana and heart health: What you need to know. (2022, January 19). Harvard Health. Retrieved 07 April 2025, from https://www.health.harvard.edu/heart-health/marijuana-and-heart-health-what-you-need-to-know

Rokeby, A. C., Natale, B. V., & Natale, D. R. (2023). Cannabinoids and the placenta: Receptors, signaling and outcomes. Placenta135, 51-61. Retrieved 07 April 2025, from https://doi.org/10.1016/j.placenta.2023.03.002

Versi Terbaru

07/04/2025

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Hillary Sekar Pawestri


Artikel Terkait

Ganja atau Alkohol, Mana yang Lebih Berbahaya?

Hasil Penelitian Kandungan Ganja Sebagai Obat COVID-19


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 9 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan