Alergi makanan tidak hanya terbatas pada telur, susu, dan seafood. Pada kasus yang jarang terjadi, reaksi alergi juga dapat muncul setelah mengonsumsi bawang putih. Apa gejala alergi bahan untuk bumbu ini dan bagaimana cara mengobatinya?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Alergi makanan tidak hanya terbatas pada telur, susu, dan seafood. Pada kasus yang jarang terjadi, reaksi alergi juga dapat muncul setelah mengonsumsi bawang putih. Apa gejala alergi bahan untuk bumbu ini dan bagaimana cara mengobatinya?
Bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu bahan masakan yang juga dapat dimakan mentah-mentah. Bahan makanan ini biasanya digunakan dalam berbagai masakan, seperti semur, sup, hingga roti.
Meski sering menjadi penyedap berbagai masakan, ada beberapa orang yang justru tidak diperbolehkan mengonsumsi bawang putih. Pasalnya, ketika bawang putih masuk ke dalam tubuh mereka, akan muncul reaksi alergi.
Pada umumnya, alergi ini cukup jarang terjadi dan belum ada data statistik akurat mengenai kondisi ini. Pasalnya, dari total keanggotaan Anaphylaxis Campaign yang terdiri atas 3.700 peserta, hanya ada sepuluh anggota terdaftar yang memiliki jenis alergi ini.
Alergi bawang putih disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat yang terlihat mengancam masuk ke dalam tubuh. Hal ini mungkin dikarenakan bawang putih mengandung enzim alliin lyase yang diduga salah dikenali sebagai ancaman oleh sistem kekebalan tubuh.
Kemudian, sistem imun menyerang balik dan memproduksi antibodi terhadap enzim yang ada di bawang putih. Alhasil, serangkaian gejala alergi pun muncul.
Menariknya, pemilik alergi ini juga dapat mengembangkan reaksi yang sama terhadap bawang merah, asparagus, dan daun bawang. Kondisi yang disebut reaktivitas silang ini terjadi karena bawang putih termasuk dalam kelompok makanan serupa, yaitu rempah-rempah.
Rempah-rempah adalah bumbu penyedap yang biasa dimasukkan ke dalam masakan. Kebanyakan rempah-rempah digunakan dalam keadaan kering, seperti bawang putih, yang ternyata mengandung protein penyebab alergi makanan.
Sementara itu, rempah-rempah yang digiling, seperti paprika, juga masih tetap meninggalkan protein penyebab alergi meskipun dalam jumlah sedikit. Oleh sebab itu, alergen rempah dapat ditemukan di mana saja, baik makanan mentah, sudah dipanggang, hingga dikeringkan.
Alergi rempah memang hanya mewakili 2% dari semua kasus alergi makanan, seperti seafood, susu, dan buah. Kondisi ini juga lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.
Tidak hanya itu, alergi rempah juga lebih sering terjadi pada pekerja di pabrik rempah-rempah. Bahkan, wanita disebut lebih berisiko mengembangkan alergi ini meskipun belum diketahui penyebab pastinya.
Ternyata Buah Juga Bisa Bikin Alergi, Lho!
Pada dasarnya, gejala alergi bawang putih mirip dengan gejala alergi makanan lainnya. Beberapa orang mungkin tidak mengembangkan reaksi yang parah, tetapi adakalanya gejalanya dapat menjadi berbahaya.
Ciri-ciri alergi ini biasanya muncul beberapa menit setelah konsumsi atau terpapar makanan tersebut. Namun, terkadang butuh waktu hingga dua jam hingga reaksi alergi terlihat.
Ragam gejala alergi ini yang perlu Anda waspadai, antara lain:
Pada kasus yang jarang, alergi bawang putih dapat mengembangkan reaksi yang parah bila tidak segera ditangani. Bila Anda atau anggota keluarga mengalami kondisi yang disebut syok anafilaksis dengan gejala berikut ini, segera periksakan diri ke rumah sakit.
Semakin cepat reaksi alergi didiagnosis dan diobati, semakin besar peluang Anda menghindari kondisi yang mengancam jiwa.
Mencegah Reaksi Alergi Makanan, di Rumah dan di Restoran
Pengobatan alergi makanan, termasuk bawang putih, yang terbaik adalah menghindari pemicunya dengan cara sebagai berikut.
Jika sudah terlanjur, kasus alergi rempah yang ringan biasanya dapat diobati dengan antihistamin. Oleh sebab itu, selalu sediakan antihistamin, terutama saat bepergian.
Anda juga bisa meminta dokter untuk meresepkan obat-obatan untuk mengatasi gejala alergi. Sebagai contoh, penderita alergi yang sering mengembangkan gejala berupa asma akan direkomendasikan kortikosteroid nasal.
Bila reaksi alerginya cukup serius, dokter mungkin akan menyuntikkan epinefrin untuk mengobati gejala anafilaktik. Jika memungkinkan, latih teman atau anggota keluarga Anda pertolongan pertama saat alergi.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar