Pada beberapa kondisi, vagina bisa mengalami lecet. Meski luka lecet tampak ringan, vagina bisa terasa sakit hingga membuat Anda tidak nyaman beraktivitas. Membiarkan lukanya terbuka tanpa perawatan khusus pun bisa mengakibatkan infeksi pada vagina karena memudahkan bakteri masuk dan meradang.
Nah, apa penyebab lecet di vagina dan bagaimana cara mengatasinya? Simak ulasan berikut untuk mendapatkan jawabannya.
Berbagai penyebab lecet pada vagina
Luka lecet bisa terjadi di bagian dalam vagina atau pada kulit luarnya (area vulva). Jenis luka pada vagina ini umumnya ringan dan tidak menimbulkan masalah yang serius.
Meski begitu, munculnya luka bisa membuat vagina terasa perih atau sensasi seperti terbakar, termasuk saat buang air kecil, hingga menimbulkan perdarahan ringan.
Adapun bentuk iritasi pada vagina ini bisa terjadi karena berbagai penyebab. Berikut adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan luka lecet pada vagina atau Miss V Anda.
1. Aktivitas seksual
Terkadang, Miss V lecet setelah berhubungan intim. Ini termasuk fingering maupun penetrasi secara seksual.
Kondisi ini umum terjadi jika penetrasi atau dorongan benda apa pun yang masuk ke vagina begitu kuat atau kasar hingga bisa membuat area kewanitaan ini terluka.
Meski begitu, ada beberapa faktor yang bisa membuat luka lecet pada Miss V lebih mungkin terjadi akibat aktivitas seksual, seperti berikut ini.
- Kondisi vagina yang kering.
- Beberapa kondisi kulit, seperti psoriasis, lichen sclerosus, lichen planus, atau eksim.
- Setelah menopause dan melahirkan yang membuat jaringan vagina lebih kering, tipis, dan kurang elastis.
- Jaringan vagina yang rusak sebagai akibat dari prosedur bedah atau kelainan pada area panggul.
2. Mencukur bulu kemaluan
Biasanya, menghilangkan atau melakukan hair removal treatment pada bulu kemaluan juga berisiko melukai area vagina.
Menurut studi yang dipublikasikan di JAMA Dermatology, sekitar 25% orang mengalami luka setelah mencukur bulu kemaluannya.
Berbagai cara apa pun untuk menghilangkan bulu kemaluan berisiko menyebabkan luka. Ini termasuk waxing atau bercukur menggunakan pisau cukur dengan cara yang kurang tepat.
Misalnya, mencukur dalam posisi tiduran atau menggunakan pisau cukur yang tidak bersih. Adapun kondisi ini tidak hanya berisiko menimbulkan lecet, tetapi juga infeksi pada vagina Anda.
3. Pascamelahirkan
Biasanya, orang yang melahirkan secara normal memiliki luka pada vaginanya. Ini bisa terjadi di bagian dalam vagina, vulva, labia, hingga perineum (area kulit antara vagina dan anus).
Bahkan, melansir Jean Hailes, lebih dari 85% wanita akan mengalami beberapa luka selama persalinan normal, tetapi jumlah kasusnya menurun pada proses kelahiran berikutnya.
Adapun luka lecet hingga robekan pada vagina pascapersalinan lebih mungkin terjadi pada kondisi tertentu.
Misalnya, melahirkan bayi yang besar, penggunaan forsep selama persalinan, atau mengejan lebih cepat sebelum pembukaan lengkap (ketika kulit meregang dan menipis).
Berapa lama lecet pada Miss V bisa sembuh?
Cara mengobati vagina lecet yang aman
Meski bisa sembuh sendiri, bukan berarti luka goresan atau lecet pada vagina bisa Anda biarkan begitu saja.
Pasalnya, luka yang ringan seperti lecet sekali pun berisiko mengalami infeksi jika dibiarkan.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika ini terjadi? Berikut adalah perawatan rumahan yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi vagina lecet.
- Membersihkan vagina yang luka secara rutin dengan lembut sekali atau dua kali sehari serta setiap habis buang air kecil
- Saat membersihkan vagina, usap dari depan ke belakang secara lembut.
- Membersihkan Miss V bisa menggunakan sabun, tetapi hindari sabun dengan pewangi serta produk kewanitaan beraroma lainnya saat vagina lecet.
- Keringkan vagina setiap habis dicuci dengan cara menepuk-nepuknya secara lembut dan pastikan area kewanitaan Anda sudah kering sebelum pakai celana.
- Hindari menggunakan tampon, berhubungan intim, atau memasukkan apa pun ke dalam vagina hingga luka Anda sembuh sepenuhnya.
- Berendam dalam bak mandi berisi air hangat dan garam dapat membantu meredakan nyeri pada vagina akibat luka.
- Sebisa mungkin tidak menyentuh Miss V yang masih luka.
- Hindari menggunakan celana ketat.
- Hindari douching.
Untuk mengurangi rasa sakit pada vagina akibat luka, Anda bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang bebas dibeli di apotek.
Jika dibutuhkan, obat pereda nyeri yang lebih kuat mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk mengatasi vagina lecet Anda.
Kapan perlu ke dokter?
Vagina yang lecet memang dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, dalam beberapa kondisi, luka vagina bisa saja menimbulkan masalah atau penyakit pada wanita lainnya, seperti di bawah ini.
- Perdarahan terus menerus.
- Keluar cairan yang berwarna tak biasa atau berbau dari vagina.
- Rasa sakit yang tidak tertahankan atau semakin parah.
- Kondisi sebelumnya tak kunjung sembuh.
- Luka lecet yang muncul terkait dengan masalah kulit yang Anda miliki.
- Vagina Anda mati rasa.
- Demam hingga 38º Celsius atau lebih.
Bila Anda menemui hal tersebut dan telah berupaya meredakan luka pada vagina, segera konsultasikan pada dokter. Dokter akan memberikan pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.
Misalnya, jika luka sudah terinfeksi, dokter mungkin akan memberikan obat antibiotik atau obat-obatan lainnya khusus untuk vagina.
Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai jenis pengobatan yang tepat.
Kesimpulan
- Penyebab lecet pada vagina bisa beupa aktivitas seksual, mencukur bulu kemaluan, hingga luka setelah proses melahirkan.
- Lecet pada vagina biasanya bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meski demikian, pemantauan kondisi perlu tetap dilakukan untuk memastikan tidak ada gejala serius yang timbul pada vagina akibat lecet.
- Lakukan juga perawatan rumahan untuk mencegah infeksi yang mungkin terjadi pada luka.
[embed-health-tool-ovulation]