Kandung kemih akan membesar seiring dengan semakin banyaknya jumlah urine yang disimpan.
Pada kondisi normal, otot sfingter yang menyerupai katup pada uretra akan menahan urine agar tetap berada di dalam kadung kemih hingga urine siap dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Jika otot tersebut melemah, gerakan yang menekan otot perut atau panggul bisa menimbulkan tekanan pada kandung kemih sehingga menyebabkan urine bocor keluar dari uretra.
Inkontinensia stres, termasuk pada wanita, dapat bertambah parah jika Anda memiliki kondisi berikut.
- Penyakit atau gaya hidup yang menyebabkan batuk kronis, misalnya merokok.
- Aktivitas yang cukup berat, seperti berlari dan melompat, selama bertahun-tahun.
- Mengalami obesitas.
Apa saja faktor risiko inkontinensia stres pada wanita?

Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko inkontinensia stres pada wanita yang meliputi sebagai berikut.
1. Usia lanjut
Risiko inkontinensia stres bisa semakin tinggi seiring dengan pertambahan usia, termasuk pada wanita.
Ini karena otot panggul semakin lama dapat semakin melemah sehingga akan semakin sulit untuk menahan urine di dalam kandung kemih.
Selain itu, menopause dapat memicu terjadinya inkontinensia stres.
Kadar hormon estrogen yang rendah setelah menopause diduga menyebabkan uretra melemah dan tidak mampu menahan urine.
Inkontinensia stres dapat terjadi di semua golongan usia, tetapi lebih banyak dialami oleh wanita berusia di atas 50 tahun.
Umumnya, sekitar 1 per 3 wanita berusia 60 tahun terkadang akan mengalami inkontinensia stres.
Sementara untuk usia 65 tahun ke atas, sekitar 1 dari 2 wanita berpotensi mengalami kondisi ini.
2. Persalinan
Kelemahan otot dasar panggul atau otot sfingter dapat terjadi akibat adanya jaringan atau saraf yang rusak saat proses persalinan.
Inkontinensia stres akibat melahirkan dapat terjadi segera setelah persalinan atau beberapa tahun setelahnya.
Wanita yang melahirkan secara normal berisiko lebih besar menderita inkontinensia stres ketimbang wanita yang melahirkan melalui operasi caesar.
Selain itu, persalina dengan bantuan forceps dapat meningkatkan risiko inkontinensia stres.
Sementara persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum berisiko lebih kecil menyebabkan kondisi ini.
3. Berat badan berlebih dan obesitas
Berat badan dapat menimbulkan tekanan pada organ di perut dan panggul.
Oleh karena itu, berat badan berlebih dan obesitas berisiko menyebabkan inkontinensia stres.
4. Penyakit yang memengaruhi kemampuan otak
Seseorang lebih rentang mengalami inkontinensia stres jika menderita penyakit yang memengaruhi kemampuan otak dalam mengirim sinyal perintah kepada kandung kemih.
Beberapa penyakit tersebut yaitu stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis. dan demensia.
5. Histerektomi
Operasi panggul pada wanita, misalnya histerektomi, dapat menyebabkan kelemahan otot penyangga kandung kemih dan uretra.
Kondisi ini bisa meningkatkan risiko inkontinensia stres.
Apa pengobatan inkontinensia stres pada wanita?
Dalam menangani inkontinensia stres pada wanita, umumnya dibutuhkan beberapa metode pengobatan.
Pengobatan juga akan meliputi penanganan terhadap penyebab yang mendasari inkontinensia stres.
Berikut adalah metode yang dapat dilakukan untuk menangani inkontinensia stres.
1. Terapi perilaku
Terapi perilaku bertujuan membantu menghentikan atau mengurangi terjadinya inkontinensia stres.
Terapi dapat meliputi langkah-langkah berikut ini.
- Melakukan senam kegel untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul dan otot sfingter penahan urine.
- Mengatur jenis dan jumlah cairan yang dikonsumsi setiap hari. Hindari minuman yang mengandung kafein. soda, atau alkohol yang dapat memengaruhi fungsi kandung kemih.
- Mengubah gaya hidup dengan berhenti merokok, menurunkan berat badan, mengobati batuk kronis yang diderita, dan menghindari aktivitas berat.
- Menjaga kadar gula darah bagi penderita diabetes.
- Melatih fungsi kandung kemih dengan buang air kecil lebih sering dan teratur, lalu secara perlahan menambah lama jeda waktunya agar kandung kemih kembali terbiasa menahan jumlah urine yang lebih banyak.
2. Obat-obatan
Belum ada obat-obatan khusus yang dapat digunakan untuk mengatasi inkontinensia stres.
Namun, duloxetine yang berupa obat antidepresan, cukup umum digunakan sebagai pengobatan inkontinensia stres.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar