backup og meta

Displasia Serviks

Displasia Serviks

Displasia serviks adalah kondisi yang cukup mengkhawatirkan bagi banyak wanita. Meski namanya terdengar menakutkan, sebenarnya penyakit pada wanita ini cukup umum terjadi dan dapat ditangani dengan baik jika terdeteksi lebih awal. Cari tahu informasi lengkapnya di bawah ini!

Apa itu displasia serviks?

Displasia serviks (cervical dysplasia) adalah adanya pertumbuhan abnormal pada sel-sel yang berada di lapisan serviks atau leher rahim.

Pertumbuhan pada alat reproduksi wanita ini bisa menjadi tanda awal adanya kanker serviks, meskipun tidak selalu berkembang menjadi kanker. 

Adapun penyakit wanita ini merupakan kondisi yang cukup umum terjadi.

Melansir dari Indian Journal of Gynecologic Oncology, perkiraan jumlah kasus displasia serviks tingkat rendah secara global mencapai 6,2%, sedangkan tingkat tinggi sekitar 4,3%.

Sementara itu Cleveland Clinic menyebut, sekitar 250.00 hingga 1 juta wanita didiagnosis kondisi ini setiap tahunnya, terutama di Amerika Serikat.

Masalah reproduksi ini paling sering dialami oleh wanita berusia subur, terutama antara 25 hingga 35 tahun. 

Apa klasifikasi displasia serviks?

spesialis kanker serviks

Dalam dunia medis, displasia serviks dahulu diklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu ringan, sedang, dan berat.

Hal ini dibagi berdasarkan seberapa besar kemungkinan sel abnormal tersebut akan berkembang menjadi kanker. 

Namun, kini sistem klasifikasi yang lebih baru digunakan. Jenisnya dilihat dari seberapa banyak jaringan epitel di serviks yang dipenuhi sel abnormal.

Istilah yang digunakan adalah cervical intraepithelial neoplasia (CIN). Berikut penjelasan seputar klasifikasinya.

1. CIN 1

Pada tahap ini, sel abnormal hanya memengaruhi sekitar sepertiga dari ketebalan epitel di serviks. Ini adalah jenis displasia yang ringan. 

Kondisi ini sering kali tidak terlalu berbahaya dan jarang berkembang menjadi kanker serviks. Bahkan, kebanyakan kasus, CIN 1 bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu perawatan khusus. 

2. CIN 2

Di tahap ini, sel abnormal sudah memengaruhi antara sepertiga hingga dua pertiga dari ketebalan epitel.

Walaupun CIN 2 lebih serius dibandingkan CIN 1, kemungkinan menjadi kanker masih cukup rendah. Namun, dokter biasanya akan merekomendasikan tindakan medis untuk mencegah perkembangan kondisinya.

3. CIN 3

CIN 3 adalah tahap ketika sel abnormal sudah memengaruhi lebih dari dua pertiga ketebalan epitel serviks.

Pada tahap ini, displasia serviks lebih berisiko untuk berkembang menjadi kanker serviks jika tidak segera diobati. Itu sebabnya, tindakan medis dibutuhkan untuk menangani kondisi ini. 

Apa saja tanda dan gejala displasia serviks?

Cervical dysplasia adalah kondisi yang sering kali tidak menimbulkan gejala, terutama pada tahap awal.

Oleh sebab itu, banyak wanita yang tidak sadar bahwa mereka mengalami kondisi ini hingga menjalani pemeriksaan rutin, seperti pap smear. 

Meski jarang, pada beberapa kasus displasia serviks yang sudah cukup parah, mungkin muncul beberapa gejala seperti: 

Gejala-gejala ini sering dianggap sepele, tetapi bisa menjadi pertanda ada masalah serius pada leher rahim. 

Oleh karena itu, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut.

Apa penyebab displasia serviks?

radang panggul akibat iud

Infeksi human papillomavirus (HPV) adalah penyebab utama displasia serviks. Ada lebih dari 100 jenis HPV, tetapi tipe 16 dan 18 adalah yang paling sering dikaitkan dengan displasia serviks yang bisa berkembang menjadi kanker.

Infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga sering kali tidak disadari oleh penderitanya. 

Di sisi lain, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko displasia serviks. Faktor-faktor ini termasuk: 

  • memiliki banyak pasangan seksual, 
  • berusia lebih dari 55 tahun,
  • merokok, 
  • sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan 
  • penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang. 

Bagaimana dokter mendiagnosis displasia serviks?

Untuk mendiagnosis displasia serviks, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan, yang paling umum adalah pap smear

Pap smear adalah tes sederhana yang dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium. Tes ini dapat mendeteksi adanya perubahan sel yang mungkin mengarah pada displasia serviks. 

Jika hasil pap smear menunjukkan adanya perubahan sel abnormal, dokter mungkin akan menyarankan tes lanjutan seperti kolposkopi atau biopsi.

Kolposkopi adalah pemeriksaan lebih lanjut menggunakan alat khusus untuk melihat kondisi leher rahim secara lebih detail.

Jika ditemukan area yang mencurigakan, dokter akan mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diperiksa lebih lanjut.

Apakah displasia bisa sembuh?

Displasia ringan sering kali tidak memerlukan pengobatan khusus karena dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, displasia sedang hingga berat mungkin memerlukan pengobatan medis lebih lanjut. 

Apa pilihan pengobatan displasia serviks?

gejala radang panggul

Pengobatan displasia serviks tergantung pada tingkat keparahan kondisi tersebut. 

Salah satu hal yang perlu diingat adalah beberapa prosedur pengobatan kondisi ini bisa berdampak pada kehamilan di masa depan.

Jika Anda sedang hamil atau merencanakan kehamilan, pastikan berkonsultasi kepada dokter tentang pilihan pengobatan yang paling aman. Ini dia beberapa daftarnya. 

1. Memantau sel abnormal

Jika mengalami displasia tingkat ringan (CIN 1), Anda mungkin tidak memerlukan pengobatan. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan medis. 

Hanya sekitar 1% kasus CIN 1 yang berlanjut menjadi kanker serviks. Oleh karena itu, dokter mungkin akan memantau sel abnormal melalui pap smear secara berkala. Hal ini untuk memastikan jika kondisi tidak berkembang menjadi lebih serius. 

2. Loop electrosurgical excision procedure (LEEP)

Prosedur ini menggunakan kawat kecil yang dialiri listrik untuk memotong jaringan yang mengandung sel abnormal. LEEP juga bisa mengambil sampel jaringan untuk analisis lebih lanjut. 

Walaupun umumnya aman, sekitar 1—2% orang mungkin mengalami komplikasi seperti perdarahan yang tertunda atau penyempitan serviks (stenosis).

3. Cold knife cone biopsy (conization)

Dalam conization, dokter akan mengambil potongan jaringan berbentuk kerucut yang mengandung sel-sel abnormal.

Prosedur ini dulunya jadi pilihan utama untuk mengobati displasia serviks. Namun, kini conization lebih sering digunakan untuk kasus yang lebih parah. 

Conization bisa memberikan sampel jaringan untuk pengujian lebih lanjut. Sayangnya, prosedur ini memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, yaitu stenosis serviks dan perdarahan pasca-operasi.

4. Histerektomi

Histerektomi adalah prosedur pengangkatan rahim. Prosedur ini mungkin menjadi pilihan jika displasia serviks tidak kunjung membaik setelah prosedur lainnya atau kondisi terus berlanjut. 

Konsultasikan kepada dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.

Adakah cara pencegahan displasia serviks?

Mencegah displasia serviks terutama berfokus pada menghindari infeksi HPV. Pasalnya, ini adalah penyebab utama dari penyakit ini.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena displasia serviks.

1. Vaksin HPV

Salah satu cara terbaik untuk mencegah displasia serviks adalah dengan vaksinasi HPV. Vaksin ini dirancang untuk melindungi tubuh dari jenis-jenis HPV yang paling sering menyebabkan kondisi ini. 

Menurut CDC, vaksin ini direkomendasikan untuk semua orang yang berusia 9 hingga 26 tahun. Jika Anda berusia antara 27 hingga 45 tahun, ada baiknya untuk berdiskusi dengan dokter tentang manfaat vaksinasi ini. 

Meskipun vaksin ini tidak bisa menyembuhkan HPV atau displasia serviks yang sudah ada, vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi kembali di masa depan.

2. Pap smear rutin

Pap smear adalah tes yang bisa mendeteksi perubahan sel-sel di serviks sebelum berkembang menjadi lebih serius.

Penting untuk memulai pap smear sejak usia 21 tahun, terutama jika Anda sudah pernah berhubungan.

Jika hasilnya normal, Anda bisa melakukan pap smear setiap tiga tahun sekali hingga usia 29 tahun. Bagi yang berusia 30 hingga 65 tahun, disarankan untuk melakukan pap smear bersama tes HPV setiap lima tahun. 

3. Tidak merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko infeksi HPV berkembang menjadi displasia serviks, termasuk tingkatan yang lebih parah.

Menghindari rokok dan produk tembakau lainnya adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan serviks.

Kesimpulan

Displasia serviks adalah adanya pertumbuhan abnormal pada sel-sel yang berada di lapisan serviks atau leher rahim. Ini merupakan kondisi yang serius, tetapi bisa diatasi jika terdeteksi lebih awal. Infeksi HPV merupakan penyebab utama dari kondisi ini. Namun dengan vaksinasi dan pemeriksaan rutin, risiko terjadinya displasia serviks bisa dikurangi. 

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cleveland Clinic. (2022). Cervical intraepithelial neoplasia (CIN). Retrieved August 20, 2024, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15678-cervical-intraepithelial-neoplasia-cin 

Mayo Clinic. (2023). Cervical dysplasia: Mayo Clinic expert answers. Retrieved August 20, 2024, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervical-cancer/expert-answers/cervical-dysplasia/faq-20058142 

Yale Medicine. (n.d.). Cervical dysplasia. Retrieved August 20, 2024, from https://www.yalemedicine.org/conditions/cervical-dysplasia 

Woods, R., Ferris, D., & Holschneider, C. (2017). Cervical dysplasia. In StatPearls. StatPearls Publishing. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430859/ 

National Cancer Institute. (n.d). Cervical dysplasia. Retrieved August 20, 2024, from https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/cervical-dysplasia 

Javanbakht, Z., Kamravamanesh, M., Rasulehvandi, R. et al. Global Prevalence of Cervical Dysplasia: A Systematic Review and Meta‐Analysis. Indian J Gynecol Oncolog 21, 62 (2023). https://doi.org/10.1007/s40944-023-00741-5

Versi Terbaru

02/09/2024

Ditulis oleh Nabila Azmi

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Kini Deteksi Dini Kanker Serviks Bisa Pakai Sampel Urine, Ini Penjelasannya!

Polip Serviks, Tumor di Leher Rahim yang Muncul Tanpa Gejala


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 2 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan