- Wanita dengan tubektomi lebih banyak mengalami menstruasi tidak teratur.
- Wanita dengan tubektomi juga lebih banyak mengalami polimenorea (siklus menstruasi lebih singkat dari 21 hari dengan jumlah darah yang dikeluarkan lebih banyak), hipermenorea (mentruasi terjadi lebih dari tujuh hari), menoragia (menstruasi berat dan jangka panjang), serta menometroragia (pendarahan yang terjadi di luar siklus haid).
Namun, penelitian tersebut tidak menunjukkan secara langsung bahwa prosedur tubektomi ini mengganggu siklus menstruasi. Gangguan menstruasi yang terjadi setelah prosedur ligasi tuba dikaitkan dengan post-tubal ligation syndrome. Sindrom ini tentu tidak ada kaitannya dengan tubektomi mengganggu siklus menstruasi. Akan tetapi, sindrom tersebut sebenarnya belum terbukti dan tidak diakui dalam dunia medis.
Jadi, bisa disimpulkan, adanya gangguan menstruasi setelah prosedur tuba ligasi, tidak sama artinya dengan menjalani prosedur tubektomi dapat mengganggu siklus menstruasi. Hal yang perlu Anda ingat, tubektomi tak sama dengan metode kontrasepsi lainnya yang dapat memperbaiki siklus menstruasi.
Meski tidak mengganggu siklus menstruasi, tubektomi tidak dapat berfungsi seperti pil KB. Pil KB bisa membantu Anda memperbaiki siklus menstruasi, tapi tidak dengan prosedur tubektomi. Biasanya, jika siklus menstruasi Anda tidak teratur sebelum menjalani tubektomi, siklus menstruasi Anda setelahnya juga akan tidak teratur juga.
Bisakah hamil setelah menjalani tubektomi?
Adanya perubahan atau gangguan siklus menstruasi setelah melakukan tubektomi sangatlah kecil. Hal ini disebabkan pada dasarnya prosedur tersebut tidak mengganggu siklus menstruasi atau memengaruhi fungsi indung telur yang memproduksi hormon yang mengatur siklus menstruasi.
Namun, apabila sudah menjalani prosedur tubektomi tidak mengganggu siklus menstruasi, apakah hal ini menandakan bahwa Anda masih bisa hamil lagi setelah menjalani prosedur ini? Jawabannya masih bisa.
Meski tubektomi tidak mengganggu siklus menstruasi, hamil lagi setelah menjalani prosedur tubektomi sebenarnya termasuk hal yang jarang terjadi. Namun, hal ini bisa saja terjadi jika tuba falopi Anda tumbuh kembali seiring berjalannya waktu.
Bahkan, pada kasus-kasus tertentu, prosedur tubektomi yang tidak dijalankan dengan baik tak hanya mengganggu siklus menstruasi, tapi juga menyebabkan Anda masih bisa hamil lagi.
Maka itu, tak heran jika prosedur ligasi tuba ini dianggap bisa meningkatkan risiko Anda mengalami kehamilan ektopik, yaitu suatu kondisi di mana sel telur yang berhasil dibuahi justru tumbuh di luar rahim Anda. Tentu kondisi ini bisa membahayakan kondisi Anda, oleh karena itu Anda harus berhati-hati terhadap kondisi ini.
Akan tetapi, tidak hanya itu saja, ada pula wanita yang ingin kembali hamil padahal telah melakukan sterilisasi. Sebenarnya, bukannya tidak mungkin mengembalikan kondisi Anda seperti semula, tapi tentu tidak akan benar-benar sama.
Tuba falopi yang telah dipotong bisa kembali diupayakan agar bisa menyatu kembali. Namun, potensi keberhasilannya hanya mencapai angka 70% saja. Biasanya, wanita yang melakukan tubektomi dan kembali ingin memiliki keturunan adalah wanita dengan usia 18-24 tahun dibandingkan dengan wanita yang telah berusia lebih tua.
Jika Anda berubah pikiran setelah menjalani prosedur tubektomi, Anda bisa berupaya memiliki keturunan melalui prosedur in vitro fertilization (IVF) atau lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung.
Apa yang harus dilakukan jika timbul gangguan siklus menstruasi setelah tubektomi?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, meski tubektomi tidak mengganggu siklus menstruasi, Anda mungkin harus segera berkonsultasi kepada dokter jika mengalami rasa sakit, perdarahan, dan berbagai gejala lain setelah menjalani prosedur tersebut.
Ada kemungkinan bahwa gangguan menstruasi yang Anda alami bukan karena tubektomi dapat mengganggu siklus Anda, tapi mungkin ada kondisi lain yang menjadi penyebabnya. Dengan berkonsultasi kepada dokter, dokter juga akan membantu Anda untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk menangani gejala yang muncul.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar