Dalam tahap kehidupannya, wanita akan mengalami masa postmenopause atau yang juga disebut dengan pascamenopause. Apa yang dimaksud dengan pascamenopause? Apakah masa ini sama dengan menopause atau justru berbeda? Mari pelajari definisi, gejala, hingga tips mengatasinya lewat ulasan berikut.
Apa itu postmenopause?
Postmenopause atau pascamenopause adalah kondisi wanita yang telah melewati masa menopause.
Sebelum memasuki pascamenopause, seorang wanita akan lebih dahulu melewati dua tahapan berikut.
- Perimenopause, yaitu masa menjelang menopause. Perimenopause terjadi ketika hormon mulai menurun dan siklus menstruasi menjadi tidak menentu dan tidak teratur. Anda mungkin mulai mengalami rasa panas atau kekeringan pada vagina.
- Menopause, yakni kondisi ketika Anda berhenti memproduksi hormon yang menyebabkan menstruasi dan tidak menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Setelah ini terjadi, Anda memasuki masa postmenopause.
Pascamenopause berlangsung selama sisa hidup Anda setelah melewati menopause. Pada masa ini, kadar hormon akan tetap rendah dan Anda tidak lagi mengalami menstruasi bulanan.
Oleh karenanya, Anda tidak bisa lagi hamil karena indung telur telah berhenti melepaskan sel telur.
Tidak ada usia pasti terjadinya pascamenopause. Selama Anda tidak menstruasi selama lebih dari satu tahun, Anda berada dalam masa ini tanpa memandang usia.
Melansir situs Mayo Clinic, menopause dapat terjadi di rentang usia 40—50 tahun. Namun, rata-rata orang wanita mengalami gejala menopause pada usia sekitar 51 tahun.
Apa saja tanda dan gejala postmenopause?
Hormon estrogen dan progesteron berperan penting dalam perkembangan seksual dan proses reproduksi wanita.
Memasuki menopause, ovarium menghasilkan sangat sedikit hormon tersebut. Tentu, hal ini akan memicu perubahan pada fungsi seksual dan kemampuan untuk bereproduksi.
Walaupun sudah melewati masa menopause, beberapa orang masih mengalami efek samping akibat kadar hormon reproduksi wanita yang rendah.
Berdasarkan jurnal Stat Pearls, berikut beberapa gejala postmenopausal syndrome yang umum dialami.
1. Hot flashes
Istilah hot flashes mengarah pada munculnya sensasi panas di tubuh. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena penyempitan sistem termoregulasi (pengaturan suhu internal tubuh) akibat hilangnya produksi hormon estrogen.
2. Atrofi vulvovaginal
Atrofi volovaginal adalah kekeringan, penipisan, dan peradangan yang terjadi pada vagina. Terjadinya kondisi ini diakibatkan oleh penurunan produksi hormon estrogen.
3. Disfungsi seksual
Berbeda dengan hot flashes dan atrofi vulvovaginal, disfungsi seksual tidak berhubungan dengan perubahan hormonal.
Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh gangguan tidur dan perubahan suasana hati pada wanita yang mengalami postmenopause.
Selain gejala yang umum di atas, pascamenopause juga bisa menimbulkan gejala tambahan, meliputi:
- berkeringat di malam hari,
- depresi,
- gairah seks menurun,
- insomnia (susah tidur),
- kulit kering,
- perubahan berat badan,
- rambut rontok, dan
- inkontinensia urine (tidak dapat mengontrol keluarnya urine).
Ingat, setiap wanita dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Ada pula yang mengalami gejala yang tidak disebutkan di atas.
Konsultasikan kepada dokter jika Anda ragu gejala yang muncul apakah terkait dengan pascamenopause atau justru menjadi tanda penyakit yang mungkin perlu penanganan segera.
Cara mengatasi gejala postmenopause
Jika gejala menjadi lebih intens atau mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk konsultasi kepada dokter.
Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan penanganan untuk meringankan keparahan gejala yang mengganggu.
Berikut beberapa kiat untuk mengatasi gejala pascamenopause yang mungkin akan Anda dapatkan sesuai kebutuhan.
1. Terapi hormon
Cara paling ampuh untuk mengatasi hot flashes adalah dengan terapi hormon. Terapi ini juga bermanfaat untuk mencegah pengeroposan tulang akibat rendahnya kadar estrogen.
Namun sebelum melakukan pengobatan ini, Anda perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu. Biasanya, terapi hormon aman digunakan dengan dosis rendah dan dalam jangka pendek.
2. Minum obat yang diresepkan dokter
Wanita postmenopause yang menunjukkan gejala depresi, boleh menggunakan obat antidepresan.
Namun, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter dan diikuti dengan perubahan gaya hidup yang bisa membantu memperbaiki suasana hati.
Selain depresi, masalah kekeringan pada vagina dan nyeri saat penetrasi juga bisa diatasi dengan menggunakan obat, seperti krim oles. Penggunaan gabapentin juga kadang direkomendasikan untuk meredakan hot flashes.
3. Pakai pelumas
Vagina kering sering menimbulkan nyeri saat berhubungan intim. Anda bisa mengatasi gangguan pascamenopause ini dengan menggunakan pelumas berbasis air.
Melumasi vagina bisa mengurangi kekeringan sehingga hubungan intim berjalan lancar tanpa rasa nyeri.
4. Terapkan pola makan sehat
Pada wanita yang sedang memasuki masa menopause dan pascamenopause, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya fitoestrogen, seperti sereal gandum, biji rami, buncis, dan kacang-kacangan.
Deretan makanan ini dapat membantu produksi estrogen jadi lebih baik. Selain itu, mengurangi asupan kafein dan alkohol juga terbukti membantu mengurangi gejala postmenopause.
Jangan lupa untuk selalu mematuhi pantangan makanan untuk wanita menopause, seperti makanan tinggi gula dan makanan cepat saji yang tinggi garam.