backup og meta

Waspadai Keputihan Setelah Menopause, Apakah Ini Normal?

Waspadai Keputihan Setelah Menopause, Apakah Ini Normal?

Keputihan setelah menopause memang menjadi pertanyaan sebagian besar wanita. Apakah kondisi tersebut normal atau merupakan pertanda dari adanya gangguan kesehatan?

Seperti kita ketahui, keputihan merupakan masalah yang kerap dialami dialami para wanita. Keputihan sebenarnya normal dan diperlukan karena dapat membuat vulva dan vagina Anda lembab dan menjauhkan dari infeksi.

Secara umum, keputihan yang sehat adalah berwarna putih, krem, atau bening. Keputihan juga seharusnya memiliki tekstur yang tidak terlalu lengket, bahkan bisa sedikit berair.

Selain itu, kondisi ini tidak memiliki bau yang kuat dan tidak menyebabkan iritasi atau gatal. Jumlah keputihan pun berbeda-beda tergantung siklus.

Nah, bagaimana bila keputihan muncul setelah seorang wanita mengalami menopause?

Normalkah keputihan setelah menopause?

keputihan setelah menopause

Menopause adalah periode dalam kehidupan seorang wanita ketika dia mengalami perubahan fisik yang menandai akhir dari kesuburannya. Rata-rata wanita mengalami menopause di kisaran usia 51 tahun.

Gejala yang paling umum saat mengalami menopause, yakni siklus menstruasi melambat hingga berhenti, serta berkeringat di malam hari.

Tak hanya itu, keputihan setelah menopause pun kerap terjadi dan dialami para wanita.

Melansir dari Healthdirect, hal ini disebabkan oleh vagina yang cenderung kehilangan kelembapan setelah menopause karena rendahnya kadar hormon estrogen.

Anda masih bisa mengalami keputihan setelah menopause dengan jumlah yang sedikit.

Meski termasuk normal, Anda tetap perlu memerhatikan ciri keputihan yang terjadi setelah menopause.

Jika Anda mengalami keputihan dengan warna kuning pekat hingga kehijauan, ada kemungkinan Anda mengalami infeksi.

Infeksi setelah menopause adalah hal umum karena vagina tidak menghasilkan banyak lendir antibakteri.

Seiring bertambahnya usia, vagina lebih rentan terhadap peradangan dan iritasi. Hal ini dapat menyebabkan keputihan setelah menopause menjadi tidak sehat.

Tak jarang, kepuihan di masa tersebut menimbulkan gejala yang membuat tidak nyaman, seperti terbakar, gatal, ketidaknyamanan saat berhubungan seks, atau infeksi saluran kemih.

Itulah mengapa Anda perlu memerhatikan dan mewaspadai bila muncul gejala keputihan yang tidak normal setelah menopause.

Apa penyebab keputihan setelah menopause?

Beerapa wanita wanita yang mengalami masalah pada area intim setelah menopause mungkin mengalami beberapa hal berikut.

  • Atrofi vagina atau vagina kering.
  • Atrofi uretra atau penipisan jaringan saluran kemih.
  • Penurunan libido atau dorongan seks yang lebih rendah.
  • Iritasi setelah berhubungan seksual di masa menopause.

Selain itu, rendahnya kadar hormon estrogen juga bisa menimbulkan kekeringan vagina.

Penurunan kadar estrogen dapat menyebabkan aliran darah di vagina kurang optimal sehingga membuat pelumas vagina berkurang dan menjadi kering.

Meskipun vagina kering umum terjadi setelah menopause, beberapa wanita mungkin mengalami peningkatan keputihan.

Bahkan, keputihan dinilai sebagai gejala paling umum setelah kekeringan vagina.

Sementara kelebihan hormon estrogen selama menopause juga digadang-gadang menyebabkan keputihan.

Cara mengatasi keputihan setelah menopause

cara atasi keputihan setelah menopause

Melihat ada cukup banyak permasalahan terkait keputihan ini, maka ada beberapa cara atau langkah yang dapat Anda ambil untuk mengatasinya.

Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi keputihan setelah menopause.

1. Mengoleskan krim untuk menjaga kelembaban vagina

Anda bisa menggunakan krim berbasis air yang mengandung hormon estrogen. Krim ini bermanfaat untuk menjaga kelembapan vagina.

Namun, perlu diingat untuk meminta saran dari dokter Anda terlebih dahulu. Selain itu, laporkan setiap keluhan apa pun terkait keputihan.

2. Mengonsumsi makanan bergizi

Keputihan setelah menopause sering kali disebabkan karena kurangnya kadar hormon estrogen dalam tubuh.

Oleh karena itu, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan bergizi, seperti wortel, apel, tahu, dan buah berries.

3. Menjaga kebersihan vagina

Meski keputihan setelah menopause terbilang normal, bukan berarti Anda bisa mengabaikan kebersihan vagina.

Pastikan area vagina Anda selalu bersih. Selain itu, kenakan pakaian dalam yang longgar agar senantiasa nyaman.

4. Melakukan latihan gerakan panggul

Latihan dasar panggul akan meningkatkan sirkulasi darah di area tersebut sehingga dapat mendorong vagina untuk menjadi lebih lembap.

5. Memakai pantyliner saat keputihan

Jika Anda merasa keputihan disertai dengan bau, coba menggunakan pantyliner sebagai solusinya.

Ini karena pantyliner dapat membantu menyerap bau sehingga membuat area intim Anda terasa bersih dan segar sepanjang hari.

Apa saja yang perlu dihindari saat keputihan selama menopause?

Untuk kesehatan vagina yang optimal, dokter mungkin menyarankan beberapa hal untuk dihindari, di antaranya sebagai berikut.

1. Hindari penggunaan bahan-bahan yang memicu iritasi

Saat mengalami keputihan selama menopause, usahakan untuk menghindari penggunaan sabun beraroma dan gel mandi yang dapat memicu iritasi.

2. Hati-hati saat menggunakan produk higienis unntuk vagina

Penggunaan barang-barang, seperti tisu, bubuk, dan semprotan perlu diwaspadai. Pasalnya, barang-barang tersebut sering kali dapat mengganggu lingkungan bakteri alami dalam vagina.

3. Jangan gunakan cairan pembersih vagina

Cairan pembersih vagina dapat meningkatkan risiko vaginosis bakteri.

4. Batasi penggunaan perawatan untuk kekeringan vagina

Meski terkadang penggunaan produk estrogen disarankan, lebih baik konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Kapan perlu ke dokter?

konsultasi dokter

Selama menopause, kekeringan dan keputihan vagina adalah dua keluhan yang paling umum.

Dengan perubahan kadar hormon yang terjadi selama menopause, sebagian besar orang mungkin mengalami berbagai gejala, termasuk keputihan.

Penting untuk mengetahui kapan keputihan normal dan kapan tidak normal.

Keputihan yang berwarna kuning atau abu-abu, teksturnya tebal, hingga berbau busuk menunjukkan bahwa Anda perlu segera dokter.

Temui dokter Anda jika melihat gejala terkait seperti luka genital, bahkan disertai rasa sakit di area perut atau saat berhubungan seksual.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Vaginal discharge. (2021, December 6). Trusted Health Advice | healthdirect. Retrieved 21 April 2022, from https://www.healthdirect.gov.au/vaginal-discharge

Discharge during menopause. (n.d.). Always Feminine Products for Every Day of Your Cycle | Always. Retrieved 21 April 2022, from https://www.always.co.uk/en-gb/tips-and-advice-for-women/vaginal-discharge-and-panty-liners/discharge-during-menopause/

Vaginal discharge: What is normal? (October 26). Blanchard Valley Health System. Retrieved 21 April 2022, from https://www.bvhealthsystem.org/expert-health-articles/vaginal-discharge-what-is-normal

Menopause and discharge: What’s normal and what isn’t. (2018, December 24). A.Vogel Herbal Remedies | Natural and Herbal Remedies | Official Website. Retrieved 21 April 2022, from https://www.avogel.co.uk/health/menopause/videos/menopause-discharge-whats-normal-what-isnt/

Versi Terbaru

28/04/2022

Ditulis oleh Adhenda Madarina

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

12 Penyakit yang Mungkin Timbul pada Wanita setelah Menopause

4 Penyebab Keputihan seperti Air, Apakah Normal?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 28/04/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan