Pernah mendengar mitos bahwa daun telinga layu adalah pertanda ajal sudah dekat? Meski terdengar menyeramkan, fenomena telinga layu ini sebenarnya berkaitan dengan kondisi medis yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Lantas, apa yang menjadi penyebabnya? Ketahui penjelasannya di bawah ini.
Apa ciri-ciri daun telinga layu?
Telinga layu adalah kondisi di mana bagian luar telinga, terutama daun telinga, tampak turun, lemas, atau tidak lagi tegak seperti biasanya.
Dalam istilah medis, kondisi ini sering dikaitkan dengan penurunan tonus otot telinga, gangguan saraf, atau kondisi kulit dan jaringan lunak di sekitar telinga.
Meski “telinga layu” tidak digunakan secara resmi dalam dunia medis, istilah ini cukup umum di masyarakat sebagai sebutan untuk menggambarkan telinga yang terlihat tidak normal, terutama saat seseorang sedang kelelahan, sakit, atau mengalami gejala tertentu.
Untuk memahami lebih jauh, Anda bisa mengenali beberapa ciri fisik yang muncul saat daun telinga mulai tampak layu.
Berikut adalah ciri-ciri daun telinga layu yang perlu Anda perhatikan, yang bisa menjadi tanda dari masalah telinga atau gangguan kesehatan lainnya.
- Daun telinga tampak menurun atau menggantung.
- Warna telinga terlihat lebih pucat dari biasanya.
- Telinga terasa dingin saat disentuh.
- Kadang disertai dengan rasa tidak nyaman, nyeri ringan, atau kesemutan.
- Pada kasus berat, bisa disertai perubahan bentuk telinga atau peradangan.
Dalam beberapa kasus, telinga layu ini hanya terjadi sementara dan akan membaik setelah tubuh kembali fit. Namun jika berlanjut, kondisi ini perlu mendapat perhatian medis.
Apa penyebab daun telinga layu?
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan telinga tampak layu, mulai dari yang ringan hingga serius. Berikut beberapa penyebab utamanya.
1. Kelelahan dan dehidrasi
Kondisi tubuh yang sangat lelah atau kurang cairan dapat membuat sirkulasi darah tidak optimal, termasuk ke area telinga. Akibatnya, daun telinga bisa tampak pucat dan menurun.
2. Infeksi jaringan kartilago
Melansir dari situs Radiopaedia, infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa dapat menyebabkan inflamasi pada lapisan perikondrium di pinna.
Kondisi ini dapat merusak bentuk daun telinga, membuatnya terlihat layu atau menyusut jika tidak ditangani.
3. Gangguan saraf (neuropati perifer)
Saraf yang mengatur otot-otot sekitar telinga bisa terganggu karena penyakit seperti diabetes atau infeksi virus.
Gangguan ini dapat menurunkan kontrol otot sehingga daun telinga tidak dapat berdiri dengan baik.
4. Cedera atau trauma ringan
Benturan ringan pada telinga bisa menyebabkan peradangan atau pembengkakan jaringan, yang membuat daun telinga tampak layu.
Cedera ini sering terjadi pada atlet, pengguna helm, atau pemilik anting berat.
5. Infeksi telinga luar
Infeksi di saluran telinga luar atau otitis eksterna juga dapat menjalar ke jaringan lunak daun telinga.
Hal ini tentu bisa menyebabkan pembengkakan, rasa nyeri, dan tampilan layu pada kuping.
6. Reaksi alergi atau dermatitis kontak
Paparan logam dari anting, kosmetik, atau sabun tertentu bisa memicu peradangan ringan hingga berat di daun telinga. Jika dibiarkan, bentuk telinga pun bisa terlihat layu atau tidak simetris.
Apakah benar telinga layu jadi tanda-tanda kematian?
Bagaimana cara mengatasi daun telinga layu?
Pada dasarnya, mengatasi telinga layu perlu disesuaikan dengan penyebabnya. Dalam beberapa kasus ringan, penanganan bisa dilakukan secara mandiri di rumah.
Namun, jika disebabkan oleh gangguan saraf atau infeksi telinga yang lebih serius, perawatan medis mungkin diperlukan.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda coba untuk membantu mengatasi kondisi telinga layu.
1. Istirahat dan rehidrasi
Apabila daun telinga layu disebabkan oleh kelelahan, kurang tidur, atau dehidrasi, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah beristirahat cukup dan memperbanyak asupan cairan.
Tubuh yang terhidrasi dan berenergi lebih mampu memulihkan fungsi jaringan tubuh, termasuk area sekitar telinga.
2. Kompres hangat
Kompres hangat pada area sekitar daun telinga bisa membantu melancarkan sirkulasi darah dan meredakan ketegangan jaringan lunak.
Caranya, gunakan kain hangat dan tempelkan selama 5—10 menit ke area telinga, beberapa kali dalam sehari.
3. Hindari pemakaian anting berat
Kebiasaan menggunakan anting besar atau berat bisa menyebabkan daun telinga tertarik ke bawah dalam waktu lama.
Untuk membantu pemulihan, sebaiknya hindari penggunaan aksesori telinga yang memberi tekanan pada daun telinga.
4. Gunakan obat antiradang atau antialergi
Jika telinga tampak kemerahan, bengkak, atau gatal, kemungkinan terjadi peradangan atau reaksi alergi.
Obat seperti krim antiradang, misalnya hydrocortisone atau antihistamin oral, bisa membantu meredakan gejala tersebut. Namun, penggunaannya sebaiknya dilakukan sesuai saran dari dokter.
5. Periksa ke dokter spesialis THT
Apabila daun telinga tetap layu lebih dari dua hari atau disertai gejala seperti nyeri hebat, pembengkakan, atau perubahan bentuk wajah, sebaiknya segera periksa ke dokter THT.
Pemeriksaan lebih lanjut akan membantu mengetahui apakah ada infeksi, gangguan saraf, atau masalah lain yang membutuhkan penanganan medis.
Meski sering kali hanya sementara, daun telinga layu perlu diwaspadai jika disertai demam tinggi, keluarnya cairan atau nanah dari telinga, atau gangguan pendengaran.
Jika telinga terasa penuh, wajah tampak asimetris, atau sulit digerakkan, segera periksakan ke dokter karena bisa menandakan infeksi serius.
Kesimpulan
- Bukan penanda kematian, daun telinga layu bisa menjadi tanda dari kondisi medis tertentu.
- Telinga layu bisa disebabkan oleh kelelahan, dehidrasi, infeksi, cedera, atau gangguan saraf.
- Kondisi ini umumnya bersifat sementara dan bisa membaik dengan istirahat atau perawatan ringan di rumah.
- Penggunaan anting berat atau paparan alergen juga dapat memicu perubahan bentuk telinga.