Anda yang pernah mendengar tentang BDSM mungkin sudah tak asing dengan istilah “dominan” dan “submisif”, tetapi sudahkah Anda mengetahui pengertian keduanya?
Peran dominan dan submisif pada diri pasangan memang kerap menjadi bumbu dalam hubungan. Tertarik mencoba hal yang sama? Simak dulu penjelasannya di bawah ini.
Apa itu hubungan dominan dan submisif?
Hubungan dominan dan submisif adalah hubungan yang melibatkan peran kekuasaan pada masing-masing pihak.
Pada hubungan dominan dan submisif, ada salah satu pihak yang memiliki kekuasaan lebih dalam memutuskan sesuatu. Dialah yang disebut sebagai dominan.
Sementara itu, pihak satunya yang menjadi submisif dengan senang hati dan penuh kesadaran mengikuti keinginan sang dominan.
Seorang dominan tidak selalu laki-laki dan submisif tidak selalu perempuan. Keduanya bisa menjadi dominan, submisif, ataupun bertukar peran.
Maka dari itu, ada istilah male dom, male sub, female dom, dan female sub. Male sub artinya laki-laki submisif, female sub artinya perempuan submisif, dan seterusnya.
Tidak hanya dalam hubungan romantis, peran dominan dan submisif juga dapat ditemukan dalam bentuk hubungan lainnya.
Hanya saja, pengertian dominan dan submisif memang paling sering dikaitkan dengan hubungan romantis, khususnya hubungan intim.
Pada hubungan intim, peran dominan dan submisif ditemukan dalam gaya bercinta BDSM atau bondage, discipline, sadism, dan masochism.
Huruf D dan S dalam BDSM juga kerap diartikan sebagai dominance and submission.
Apakah Anda dominan atau submisif?
Setiap orang sejatinya memiliki sifat dominan dan submisif. Meski begitu, memang akan ada kecenderungan pada salah satu di antaranya.
Pada dasarnya, jika Anda lebih banyak membuat keputusan dalam hubungan yang sedang Anda jalani saat ini, bisa jadi Anda adalah seorang dominan.
Anda mungkin lebih sering memutuskan waktu untuk berlibur, tempat yang akan dituju, sampai hal-hal yang lebih intim seperti jadwal bercinta dan gaya yang akan digunakan.
Sebaliknya, jika selama ini Anda lebih banyak pasrah atau menyerahkan segala keputusan pada pasangan, ini bisa menandakan bahwa Anda berperan sebagai submisif.
Contoh mudahnya yakni saat Anda menikmati berbagai arahan atau permintaan dari pihak dominan.
Namun, perlu diingat bahwa pihak submisif tidak harus selalu pasrah. Mereka boleh memberi perlawanan atau menolak pihak dominan.
Sebagai contoh, saat bercinta dan merasa tidak nyaman dengan gaya bercinta yang dipilih pihak dominan, pihak submisif boleh meminta agar hubungan intim tersebut dihentikan.