BDSM bertujuan untuk menyenangkan kedua pihak. Sang submisif memang menerima perilaku sadis, rasa sakit, dan direndahkan oleh sang dominan. Akan tetapi, semua itu dilakukan dalam situasi yang terkendali dengan memerhatikan kenyamanan si submisif.
Melalui perlakuan tersebut, pihak dominan dan submisif sama-sama membangun ikatan batin dan kepercayaan antara satu sama lain. Mereka juga saling menunjukkan rasa menghargai dengan caranya tersendiri.
Berbeda dengan BDSM, kekerasan seksual tidak melibatkan keamanan, rasa percaya, dan rasa menghargai pasangan. Pelaku melakukan tindakannya untuk menakut-nakuti, meneror, dan menunjukkan kepada korban bahwa ia memiliki kekuasaan.
4. Ada-tidaknya kendali pada kedua pihak
Selain aturan yang jelas, satu lagi faktor yang membuat BDSM menjadi aman adalah kendali pada kedua pihak. Kendali ini berasal dari safe word atau ‘kata aman’. Safe word digunakan oleh submisif untuk mengendalikan situasi bila sewaktu-waktu kegiatan seksual sudah melebihi batas yang ditetapkan.
Begitu si submisif mengatakan safe word-nya, si dominan harus menghentikan kegiatan seksual yang ia lakukan, apa pun bentuknya. Hal ini tidak membuat si dominan menjadi pihak yang lemah, tapi justru menunjukkan bahwa ia peduli terhadap keselamatan pasangannya.
Ini pula yang membedakan BDSM dan kekerasan seksual. Kekerasan seksual tidak mengenal batasan ataupun safe word. Saat terjadi kekerasan, pihak korban tidak bisa menghentikan perbuatan si pelaku sehingga membahayakan dirinya.
Batas antara BDSM dan kekerasan seksual

BDSM sering kali dianggap sebagai penyimpangan seksual atau gangguan kejiwaan. Padahal, BDSM yang dilakukan dengan aman dapat menjadi salah satu cara mewujudkan fantasi seksual yang membuat hubungan semakin membara.
Walau cukup lekat dengan stigma negatif, ternyata praktik BDSM lebih umum daripada yang dikira. Sebuah survei global tahun 2005 menemukan bahwa sebanyak 36% orang dewasa mengaku pernah mencoba praktik BDSM saat berhubungan seksual.
Tidak hanya itu, beberapa penelitian pun turut menemukan dampak positif dari praktik BDSM. Menurut studi dalam The Journal of Sexual Medicine, praktisi BDSM cenderung tidak mudah marah, lebih antusias terhadap pengalaman baru, dan berkeinginan besar melakukan sesuatu dengan benar.
Mereka juga lebih terbuka, lebih tahan terhadap penolakan, dan secara umum memiliki kondisi kejiwaan yang lebih sejahtera. Inilah yang kemudian menjadi perbedaan besar antara BDSM dan kekerasan seksual.
Kendati demikian, perlu diingat bahwa BDSM hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang terlatih. Praktik ini tetap memiliki risiko yang besar sehingga tidak boleh dilakukan sembarangan tanpa pengetahuan terkait.
BDSM ataupun hubungan seks biasa, semuanya mempunyai keunikan masing-masing. Beberapa orang mungkin lebih menikmati hubungan intim dengan sedikit bumbu sadis, tapi seks penuh kasih sayang pun tidak ada salahnya. Apa pun selera Anda, yang terpenting lakukan dengan aman berdasarkan persetujuan kedua pihak.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar