Hampir setiap pria merasa sangat percaya diri bisa memuaskan pasangannya di atas ranjang. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Berbagai penelitian menyebutkan hanya sekitar 25 persen wanita yang berhasil klimaks setiap kali bercinta. Hmmm… Ketidakpuasan ini bisa jadi alasan kenapa si dia terus menolak untuk berhubungan seks dengan Anda. Ingat, seks adalah kegiatan yang menyenangkan apabila kedua belah pihak sama-sama terpuaskan — tidak hanya prianya saja melulu. Seks pada akhirnya juga ikut memengaruhi kelanggengan rumah tangga. Maka itu, yuk, khususnya buat para suami, segera tinggalkan berbagai cara memuaskan istri yang jelas-jelas salah berikut ini.
Cara memuaskan istri yang salah saat berhubungan seks
1. Tidak pemanasan dulu
Kebanyakan orang menganggap bahwa seks adalah aktivitas spontan: buka baju, penetrasi, orgasme, pakai baju lagi. Eits, tunggu dulu. Anggapan ini justru berbahaya, lho!
Bisa dibilang, seks adalah olahraga. Sebelum olahraga, Anda perlu pemanasan dulu agar tubuh lebih siap dan mencegah cedera, bukan? Begitu pula dengan seks. Ronde pemanasan sebelum seks biasa disebut foreplay. Ini berguna untuk membantu wanita untuk bisa terangsang dan bergairah, yang umumnya ditandai dengan vagina “basah’.
Penetrasi penis langsung ke dalam vagina yang kering bisa menyebabkan rasa sakit saat seks, bahkan mungkin vagina juga ikut berdarah. Hal ini tentu bukan cara memuaskan istri yang ideal. Yang ada, si dia mungkin bakal kapok untuk babak yang selanjutnya.
Rata-rata waktu pemanasan yang ideal adalah paling tidak 15 menit agar istri benar-benar terangsang dan siap berhubungan seks. Bahkan semakin lama waktu yang dihabiskan suami istri untuk foreplay, orgasme yang akan dialami keduanya akan semakin mantap karena tubuh mereka sudah sama-sama siap.
Psstt… Ada banyak teknik foreplay yang bisa Anda praktikkan demi merayu istri.
2. Bertanya kapan mencapai klimaks
Mungkin maksud Anda baik ketika bertanya, “Kamu sudah klimaks, belum?’ di tengah panasnya sesi bercinta. Anda mungkin khawatir ia tidak bisa orgasme saat Anda sebentar lagi akan “keluar’, ingin klimaks bersama-sama, atau ingin memastikan apakah servis Anda sudah cukup memuaskan.
Meski begitu, pertanyaan tersebut hanya akan membuyarkan minat istri. Banyak wanita yang tidak pernah mengalami orgasme sebelumnya, sehingga kadang ada rasa takut dan cemas yang menghantui saat menyambut apa yang Anda belum pernah rasakan sebelumnya. Kecemasan yang sama juga bisa membuat wanita merasa sangat khawatir dengan kondisi tubuh dan penampilan fisiknya — “apakah aku tidak bisa orgasme karena ada yang salah dengan tubuhku?’. Kecemasan ini dapat mencegahnya untuk mencapai orgasme. Padahal untuk bisa mencapai orgasme yang diinginkan, rileksasi adalah solusinya.
Akhirnya, pasangan Anda mau tidak mau berbohong dan permainan akan berhenti sebelum ia mencapai klimaks. Sungguh sangat mengecewakan bukan? Bahkan, merusak ekspektasi pasangan Anda terhadap sesi seks yang memuaskan.
Daripada terus khawatir dan memastikan istri harus bisa orgasme, manfaatkanlah waktu yang Anda habiskan berdua di atas ranjang untuk menguatkan ikatan batin dan keintiman di antara Anda. Ucapkanlah kata-kata pujian atau beri sentuhan lebih di tempat yang disukai pasangan.
3. Minta maaf karena orgasme lebih dahulu
Minta maaf adalah hal yang baik. Namun, minta maaf hanya karena Anda keluar duluan hanya akan membunuh gairah istri. Ini sama saja Anda merasa bersalah dan berniat untuk menyudahi permainan saat masih panas-panasnya.
Siapa yang orgasme duluan sebenarnya bukan masalah. Anda masih bisa melanjutkan seks dengan cara lainnya untuk gantian memuaskan istri. Misalnya dengan seks oral atau merangsang klitoris dengan permainan tangan. Ingat, seks adalah aktivitas yang melibatkan kedua belah pihak sehingga sama-sama puas.
4. Mengganti posisi saat pasangan mulai merepons
Kebanyakan pria berperan sebagai pengendali permainan di atas ranjang. Namun, bukan berarti Anda bisa mengubah strategi sesuka hati di tengah babak. Apalagi jika pasangan Anda baru saja menunjukkan respons.
Kepuasaan pasangan Anda bisa Anda lihat dari ekspresi wajahnya. Tidak ada salahnya untuk sesekali bertanya “Begini enak?’ “Teruskan?’ atau “Bagaimana jika aku seperti ini?’. Jika pasangan Anda benar-benar menyukai permainan Anda, maka lanjutkan teknik andalan Anda. Mengubah permainan saat pasangan mulai merespons, bisa membunuh kepuasaan pasangan.
5. Takut untuk melakukan sesuatu yang baru
Rutinitas bisa terasa sangat membosankan. Begitu pula dengan posisi seks dan teknik yang itu-itu saja. Maka, tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru. Misalnya jika Anda berdua hanya berhubungan seks di atas ranjang, sesekali coba untuk mandi berdua sambil bercinta di kamar mandi. Kalau sedang ingin berpetualang, coba seks di mobil. Atau sesekali mencoba seks cepat tanpa membuka baju.
Begitu pula dengan posisi seks yang selalu standar misionaris. Ada banyak posisi seks menantang yang bisa Anda coba, tapi ingat untuk selalu diskusikan dulu dengan pasangan apakah ia ingin mencobanya. Jika ya, perhatikan juga respons yang ditunjukkan pasangan. Jika pasangan Anda menyukainya, maka lanjutkan. Jangan diteruskan bila pasangan Anda menunjukkan respons sebaliknya.
Mencoba sesuatu yang baru bukanlah hal yang salah. Malah akan mempertebal portofolio dan pengalaman Anda soal cara memuaskan istri.
6. Menganggap desahan = kepuasan
Salah bila Anda menilai kepuasaan pasangan dari erangan atau suara desahan yang dikeluarkannya. Bukan berarti mendesah tanda wanita sedang orgasme. Desahan yang keluar dar mulutnya bisa memberikan banyak arti.
Mungkin ia benar-benar menikmati apa yang Anda lakukan, mungkin juga menunjukkan bahwa pasangan Anda merasa ada yang tidak nyaman dan ingin Anda mengganti permainan lewat kode tersebut. Yang lain mengaku mendesah hanya untuk menyenangkan pasangannya.
Maka, pastikan untuk selalu berkomunikasi dengan dirinya selama sedang berhubungan seks sekalipun. Tannyakan padanya, “Apakah posisi ini enak untukmu?’ “Kamu mau aku lakukan ini terus?’ “Apakah ini terasa sakit?’ Dengan begitu, Anda akan tahu apa arti desahannya yang sebenarnya.
[embed-health-tool-ovulation]