Lymphogranuloma venereum atau LGV mungkin masih terdengar asing bagi banyak orang. Namun, penyakit ini adalah salah satu penyakit menular seksual yang perlu diwaspadai dan termasuk infeksi yang jarang terjadi.
Cari tahu apa saja gejala, penyebab, hingga cara mengobati limfogranuloma venereum di bawah ini!
Apa itu lymphogranuloma venereum?
Lymphogranuloma venereum adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Hanya saja, jenis bakteri penyebab LGV berbeda dari tipe yang biasanya menyebabkan infeksi klamidia.
Infeksi ini sering dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Namun, seiring meningkatnya perjalanan internasional, kasus limfogranuloma venereum mulai muncul di negara lain, termasuk di Indonesia.
LGV lebih umum terjadi pada kelompok tertentu. Hal ini terutama terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM) yang memiliki banyak pasangan seksual atau terinfeksi HIV.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Menurut data dari World Health Organization (WHO), jumlah kasus LGV meningkat secara global dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2022, sebanyak 2.059 kasus dilaporkan di 23 negara Eropa, mayoritas di antaranya terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Sebagian besar kasus terjadi pada pria HIV-positif, tetapi kasus pada pria HIV-negatif meningkat pesat sejak 2018.
Gejala lymphogranuloma venereum
LGV adalah infeksi yang memiliki gejala dalam tiga tahap yang berbeda. Gejala awal umumnya muncul dalam waktu tiga hingga 12 hari setelah infeksi terjadi.
Pada beberapa kasus, gejala infeksi ini bisa memakan waktu hingga 30 hari dan bervariasi tergantung tahap infeksinya.
1. Tahap pertama
Pada tahap awal, LGV menyebabkan munculnya lepuhan kecil berisi cairan pada penis atau di dalam vagina. Ukurannya berkisar antara 1 hingga 6 milimeter.
Umumnya, lepuhan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan akan sembuh dengan cepat. Adakalanya, luka juga dapat muncul di mulut atau tenggorokan.
Tahap ini sering kali berlalu tanpa disadari karena gejalanya ringan dan cepat sembuh.
2. Tahap kedua
Tahap kedua terjadi sekitar dua hingga enam minggu setelah tahap pertama. Pada fase ini, limfogranuloma venereum mulai memengaruhi kelenjar getah bening dan jaringan di sekitarnya.
Gejalanya cenderung lebih parah, seperti:
- pembengkakan kelenjar getah bening di area selangkangan (bubo),
- pembengkakan kelenjar getah bening pada panggul atau rektum (wanita), dan
- munculnya nanah atau darah pada kulit di atas kelenjar yang pecah.
Selain itu, gejala lain yang dapat muncul pada tahap kedua meliputi:
- nyeri perut, punggung, atau panggul,
- perdarahan, gatal, atau keluarnya cairan pada anus dan rektum akibat proktitis,
- nyeri saat buang air kecil atau buang air besar,
- kelelahan, demam, dan sakit kepala,
- konstipasi dan rasa ingin buang air besar tanpa hasil, hingga
- penurunan berat badan tiba-tiba.
Tahap kedua ini memerlukan perhatian medis segera karena dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak diobati.
Penyebab dan faktor risiko lymphogranuloma venereum
Penyebab utama lymphogranuloma venereum adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis tipe L1, L2, dan L3.
Bakteri ini berbeda dari bakteri klamidia yang menyebabkan infeksi menular seksual biasa. Bakteri ini ditularkan melalui kontak seksual, baik itu hubungan vaginal, seks anal, maupun oral.
Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda untuk terkena LGV.
- Berhubungan seks tanpa kondom.
- Punya riwayat infeksi penyakit menular seksual lainnya.
- Memiliki pasangan yang berhubungan seks dengan banyak orang.
- Memiliki pasangan yang positif LGV.
Mengingat penyakit ini menular lewat kontak seksual, LGV termasuk dalam kategori jenis penyakit kelamin yang berbahaya jika tidak segera diobati.
Komplikasi lymphogranuloma venereum
Jika tidak segera diobati, lymphogranuloma venereum bisa menyebabkan komplikasi yang serius.
Infeksi ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain dan menyebabkan kerusakan permanen pada organ-organ tertentu. Berikut ini beberapa komplikasinya.
1. Infeksi kronis
Pada tahap lanjut, LGV dapat menyebabkan infeksi kronis pada kelenjar getah bening. Ini bisa menyebabkan pembengkakan yang menetap di area genital atau pangkal paha.
Bila dibiarkan, infeksi bisa membentuk fistula atau lubang yang tidak normal antara kelenjar getah bening dan kulit.
2. Infeksi dubur
Pada orang yang terinfeksi melalui seks anal, LGV bisa menyebabkan proktitis, yaitu peradangan pada rektum. Gejala yang ditimbulkan termasuk rasa nyeri, perdarahan, dan keluarnya cairan dari dubur.
Jika tidak diobati, proktitis akibat LGV dapat menyebabkan penyempitan rektum, yang akhirnya membutuhkan operasi bedah.
Diagnosis lymphogranuloma venereum
Mendiagnosis lymphogranuloma venereum bisa menjadi tantangan karena gejalanya mirip dengan infeksi menular seksual lainnya, seperti herpes atau sifilis.
Oleh karena itu, pemeriksaan medis yang menyeluruh sangat diperlukan. Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan.
1. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, dokter mungkin akan menemukan gejala yang mengindikasikan penyakit menular seksual ini.
Beberapa gejalanya antara lain luka pada alat kelamin, bengkak pada kelenjar getah bening di pangkal paha, atau adanya cairan yang keluar dari area yang terinfeksi.
2. Tes lainnya
Setelah itu, dokter biasanya akan merekomendasikan beberapa tes untuk memastikan hasil diagnosis, seperti:
- biopsi kelenjar getah bening,
- pemeriksaan darah untuk mendeteksi bakteri penyebab LGV, dan
- tes laboratorium dari luka genital atau area lain yang terinfeksi.
Berbagai tes tersebut dapat menunjukkan apakah seseorang terinfeksi LGV dan memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Pengobatan lymphogranuloma venereum
Pengobatan lymphogranuloma venereum biasanya dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Pengobatan yang cepat dan tepat dapat mencegah komplikasi serius dan memastikan infeksi tidak menyebar lebih jauh.
1. Pemberian antibiotik
Dokter biasanya merekomendasikan doksisiklin. Jika ada alasan tertentu, dokter juga bisa meresepkan alternatif seperti eritromisin atau azitromisin untuk mengatasi infeksi ini.
Dengan pengobatan yang tepat, kebanyakan orang dapat pulih sepenuhnya dari LGV.
2. Prosedur medis
Selain pengobatan dengan antibiotik, dokter mungkin merekomendasikan prosedur biopsi jarum halus (fine needle aspiration, FNA).
Biopsi ini digunakan untuk mengatasi kelenjar getah bening yang terinfeksi dan berisi nanah.
Prosedur ini juga membantu mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman akibat gejala yang muncul.
Bila dilakukan dengan tepat, diharapkan Anda bisa kembali sehat dan terhindar dari komplikasi lebih lanjut akibat limfogranuloma venereum.
Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan cepat. Penting untuk mengenali gejala dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Kesimpulan
- Lymphogranuloma venereum (LGV) adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis dari varian tertentu.
- Gejala awalnya adalah munculnya lepuhan kecil berisi cairan pada penis atau di dalam vagina. Lama-kelamaan, LGV dapat menimbulkan gejala yang lebih berat.
- Penyakit ini dapat ditangani dengan pemberian antibiotik dan tindakan medis seperti biopsi jarum halus pada kelenjar getah bening yang terinfeksi.
[embed-health-tool-ovulation]