Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian remaja di Indonesia sudah aktif secara seksual. Dari situ muncullah kekhawatiran soal penggunaan pil KB darurat bagi remaja. Saat ini, pil KB darurat yang tersedia di apotek atau klinik ditujukan bagi pasangan dewasa yang ingin mencegah kehamilan. Lalu, bagaimana jika remaja mengonsumsi pil KB darurat? Baca terus informasi lengkapnya berikut ini.
Apa itu pil KB darurat?
Pil KB darurat, juga dikenal dengan sebutan kontrasepsi darurat (kondar) atau morning after pill, adalah cara terakhir bagi pasangan yang ingin mencegah kehamilan.
Kontrasepsi darurat berfungsi untuk mencegah pembuahan, bukan menggugurkan janin atau meluluhkan sel telur yang sudah dibuahi.
Untuk mencegah terjadinya pembuahan, pil KB darurat akan menahan sel telur supaya tidak dilepaskan ke saluran tuba falopi.
Pil ini juga akan memicu produksi lendir pada dinding uterus sehingga sperma akan terjebak, tak bisa bertemu dengan sel telur.
Supaya manjur, kontrasepsi darurat harus dikonsumsi paling lama 72 jam setelah berhubungan seks.
Anda memang masih bisa minum pil ini hingga 5 hari sesudahnya, tapi semakin lama Anda menunda, keampuhannya akan berkurang.
Batasan usia yang boleh minum pil KB darurat
World Health Organization menyebutkan semua perempuan usia subur diperbolehkan minum pil KB darurat untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.
WHO juga menyatakan bahwa tidak ada batasan usia untuk penggunaan jenis kontrasepsi ini. Meskipun begitu, Anda perlu memahami bahwa pil KB darurat tidak serta merta bebas digunakan oleh siapa saja.
Perempuan di bawah 18 tahun sebaiknya tidak menggunakan pil KB darurat sebagai satu-satunya alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Pasalnya, belum ada bukti medis soal risiko jangka panjang pil KB darurat bagi remaja. Ini karena metode kontrasepsi darurat baru dikembangkan belum lama ini.
Oleh karena itu, efeknya bagi kesehatan dalam jangka panjang belum diketahui.
Apa risiko pil KB darurat?
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang bisa membuktikan bahaya minum pil KB darurat bagi remaja khususnya.
Selain itu, belum ada laporan yang menyatakan bahwa remaja lebih rentan mengalami efek samping dari pil KB darurat.
Mayo Clinic menyebutkan beberapa efek samping yang mungkin muncul setelah minum pil KB darurat, antara lain:
- mual,
- sakit kepala,
- nyeri payudara,
- dan lemas.
Dalam beberapa kasus, pil KB darurat bisa menyebabkan siklus haid tidak teratur, tapi akan berangsur-angsur kembali lagi seperti biasanya.
Risiko lainnya yaitu perdarahan kira-kira 2-3 hari setelah diminum. Ini karena terdapat perubahan pada siklus ovulasi Anda.
Namun, jika efek samping yang muncul bersifat serius atau ada kontraindikasi, segera hubungi layanan kesehatan terdekat.
Pertimbangan sebelum minum pil KB untuk remaja
Berbagai pertimbangan yang perlu Anda ketahui tentang pil KB darurat untuk remaja dijelaskan di bawah ini.
1. Remaja dianggap belum mampu mengambil keputusan terbaik untuk kesehatannya
Kekhawatiran yang sering disuarakan adalah remaja belum mampu menelaah dan mengambil keputusan penting menyangkut kesehatannya.
Itulah mengapa remaja tidak diperbolehkan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol. Maka, para ahli juga tidak menyarankan remaja untuk minum pil KB darurat.
2. Remaja sering kali tidak sadar akan risiko berhubungan seksual di usia belia
Perempuan di bawah usia 18 tahun bisa saja jadi tidak berpikir panjang sebelum berhubungan seks karena merasa bahwa selama ada pil KB darurat, dirinya tak akan hamil.
Padahal, berhubungan seks di usia belia tetap memiliki berbagai risiko yang membahayakan.
Misalnya, pengetahuan soal sistem reproduksi dan kesehatan seksual yang minim pada remaja bisa mengarah pada sikap yang sembrono seperti tidak menggunakan kondom.
Hal ini bisa menyebabkan penularan penyakit kelamin atau kehamilan.
3. Remaja bisa saja terlibat dalam penyalahgunaan pil KB darurat
Bahaya lain yang patut dipertimbangkan adalah penyalahgunaan pil KB darurat. Overdosis pil KB darurat bisa menyebabkan muntah-muntah dan perdarahan.
Remaja juga mungkin tidak menyadari kalau ada kontraindikasi atau reaksi alergi.
Oleh karena itu, para dokter anak dan spesialis kandungan meyakini bahwa cara terbaik bagi remaja untuk mencegah kehamilan adalah dengan tidak berhubungan seksual.
[embed-health-tool-ovulation]