Pernahkah Anda mendengar istilah apotek hidup? Sejak dahulu kala, apotek hidup dipercaya menyimpan keajaiban di dalamnya untuk kesehatan.
Apa yang dimaksud dengan apotek hidup? Kira-kira apa saja jenis dan manfaatnya untuk kesehatan? Yuk simak ulasan berikut ini.
Apa itu apotek hidup?
Apotek hidup adalah memanfaatkan lahan atau tanah untuk ditanami tanaman obat, yaitu tanaman yang dipercaya memiliki khasiat untuk kesehatan.
Tanaman-tanaman ini bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, terutama guna menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit.
Anda bisa menanam sendiri berbagai jenis tanaman ini di pekarangan rumah Anda agar mudah untuk mendapatkan khasiatnya.
Ada banyak jenis tanaman apotek hidup yang tumbuh subur di Indonesia. Tanaman ini bisa berupa rempah, daun-daunan, tanaman buah, atau bahkan tanaman berbunga.
Dengan begitu, tanaman apotek hidup tidak hanya menjadi tanaman hias, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kesehatan.
Jenis tanaman apotek hidup dan manfaatnya
Berikut ini adalah beberapa jenis tanaman apotek hidup yang dapat dengan mudah Anda temui atau tanam sendiri di rumah beserta dengan manfaatnya bagi kesehatan.
1. Lidah buaya
Lidah buaya merupakan salah satu tanaman sukulen yang berasal dari daerah tropis. Gel dari tanaman ini mengandung vitamin C, vitamin A, vitamin E, antioksidan, hingga mineral lainnya yang dapat bermanfaat bagi tubuh.
Misalnya, kandungan beta karoten, yaitu antioksidan yang biasanya ditemukan dalam sayuran, dipercaya mampu menjaga kesehatan mata secara keseluruhan.
Tidak hanya itu, ekstrak lendir dari lidah buaya ini juga dapat digunakan langsung sebagai penyubur rambut dan penjaga kelembapan kulit.
2. Jahe
Jahe juga menjadi tanaman apotek hidup yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh.
Senyawa Gingerol di dalam jahe dipercaya mampu meredakan mual dan muntah akibat kehamilan, mabuk perjalanan, hingga pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Bahkan, melansir Arthritis Foundation, kandungan anti-inflamasi di dalam jahe dapat membantu meredakan rasa nyeri dan peradangan akibat radang sendi.
Perlu Anda Ketahui
3. Daun sirih
Daun sirih juga dapat memberikan manfaat yang tidak kalah dari tanaman apotek hidup lainnya. Tanaman satu ini telah digunakan sejak dahulu kala sebagai pengobatan tradisional Tiongkok.
Hal ini karena daun sirih diklaim memiliki sifat detoksifikasi, antioksidan, hingga antimutasi. Bahkan, daun sirih juga dipercaya memiliki sifat antidiabetes, anti-inflamasi, hingga anti-infeksi.
Berkat berbagai kandungan tersebut, daun sirih dipercaya dapat membantu meredakan batuk, mengatasi masalah pencernaan, hingga menghilangkan racun yang ada di dalam tubuh.
4. Bawang merah
Bawang merah juga termasuk ke dalam jenis tanaman apotek hidup yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh.
Di dalam satu cangkir bawang merah tersedia 1,9 miligram zat besi yang nyatanya dapat memenuhi 24% kebutuhan zat besi harian pada pria dan 11% pada wanita.
Menariknya lagi, bawang merah ternyata merupakan obat rumahan tertua untuk mendukung pertumbuhan rambut.
Hal ini karena bawang merah kaya akan belerang, yang dapat membantu meningkatkan produksi jaringan kolagen.
5. Lengkuas
Lengkuas atau dikenal juga dengan galangal adalah jenis tanaman apotek hidup yang kerap digunakan sebagai pengobatan alternatif sejak ribuan tahun silam.
Pasalnya, kandungan anti-inflamasi di dalam lengkuas dipercaya dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Ini tentunya dapat membantu mengatasi masalah persendian dan kondisi inflamasi lainnya.
Tidak hanya itu, lengkuas juga dipercaya dapat membantu meredakan sakit perut hingga mengobati masuk angin.
6. Kunyit
Kunyit merupakan bumbu dapur yang berasal dari akar tanaman curcuma longa yang merupakan tanaman dalam keluarga jahe.
Manfaat kunyit bagi kesehatan tubuh ini berasal dari kurkumin yang memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh The American Journal of Geriatric Psychiatry, mengonsumsi 90 miligram kurkumin selama 18 bulan dapat membantu meningkatkan kinerja memori pada orang dewasa.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa sifat antioksidan dalam kurkumin dapat menyebabkan berkurangnya penurunan neurokognisi, yaitu kemampuan berpikir dan bernalar.