backup og meta

3 Risiko Kesehatan yang Mengintai Orang Bertubuh Pendek

3 Risiko Kesehatan yang Mengintai Orang Bertubuh Pendek

Banyak yang bilang kalau seseorang, khususnya wanita, dengan tubuh pendek itu tampak lucu dan menggemaskan. Itu sebenarnya bisa jadi alasan bagi orang bertubuh pendek agar lebih bersyukur dengan dirinya. Sayangnya, sama halnya seperti orang dengan badan tinggi, Anda yang memiliki badan pendek pun berisiko mengalami masalah kesehatan di masa mendatang, lho. Kok, bisa?

Tahukah Anda kalau punya badan pendek itu berisiko…

7 penyebab anak pendek

1. Mengalami masalah kesehatan saat hamil

Para peneliti dari City University of New York, meneliti sekitar 220.000 ibu hamil dengan ukuran tubuh yang beragam. Hasilnya menemukan bahwa ibu hamil dengan tinggi di atas 150 sentimeter (cm), memiliki peluang 18-59 persen lebih rendah untuk terkena diabetes gestasional.

Diabetes gestasional adalah peningkatan kadar gula darah yang terjadi di masa kehamilan. Artinya, wanita dengan tinggi badan di bawah 150 cm lebih berisiko mengalami diabetes gestasional kelak. Hal ini diduga karena gen yang dibawa di dalam tubuh ternyata memengaruhi tinggi rendahnya kadar gula darah pada saat hamil nanti.

2. Terserang stroke

Sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology, dilansir dari Reader’s Digest, menyatakan bahwa orang dengan badan pendek (sekitar kurang dari 150 cm) berpeluang lebih besar untuk terkena stroke ketimbang orang dengan badan tinggi.

Memangnya, apa hubungannya? Asupan nutrisi yang diperoleh selama masa pertumbuhan, serta perubahan hormon di dalam tubuh digadang-gadang sebagai alasan utamanya.

3. Mengalami Alzheimer dan demensia

Baik pria dan wanita dengan badan pendek, sekitar di bawah 160 cm, punya risiko yang cukup besar untuk mengalami Alzheimer. Begitu pula dengan demensia, yang kemungkinan peluang penyakitnya dapat meningkat hingga 50 persen bagi seseorang dengan tinggi badan di bawah 150 cm, menurut para peneliti dari University of Edinburgh’s College of Medicine.

Bukan karena gen penyebab badan pendek. Sejauh ini, para peneliti juga belum dapat benar-benar memastikan apa kaitan pasti antara tubuh pendek dan risiko penyakit Alzheimer serta demensia. Akan tetapi, faktor lingkungan dan riwayat kesehatan di masa lalu seperti stres, serangan penyakit, hingga gizi kurang, diyakini turut menyumbang andil.

Sebenarnya, ukuran tubuh bukan faktor utama

Terlepas dari seberapa tinggi atau rendah tubuh Anda, ini bukanlah jaminan utama bagi seseorang untuk mengalami masalah kesehatan. Bahkan, ukuran tinggi badan Anda juga tidak bisa dirubah begitu saja, bukan? Jadi, langkah yang paling tepat agar tidak terserang risiko penyakit akibat tersebut adalah dengan menerapkan pola hidup sehat.

Mulai dari mengatur pola makan harian dengan baik, rutin berolahraga, kelola stres, serta hindari merokok dan minum alkohol.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

How Your Height Affetcs Your Health: Tall and Short People Face Different Types of Disease. https://www.medicaldaily.com/how-your-height-affects-your-health-tall-and-short-people-face-different-types-395443 Diakses pada 24 Januari 2019.

How Your Height Affects Your Health. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/ss/slideshow-height-affects-health Diakses pada 24 Januari 2019.

8 Strange Ways Your Height May Affect Your Health. https://www.rd.com/health/wellness/height-affect-health/ Diakses pada 24 Januari 2019.

7 Ways Your Height Affects Your Health. https://www.huffpost.com/entry/7-ways-heigh-affects-your-health_n_5783ad23e4b0344d51500c3d Diakses pada 24 Januari 2019.

Versi Terbaru

22/04/2021

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nimas Mita Etika M


Artikel Terkait

Ciri-Ciri Tinggi Badan Masih Bisa Bertambah atau Berhenti

Sama-Sama Bikin Tubuh Pendek, Apa Bedanya Dwarfisme dan Kretinisme?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 22/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan