Sama seperti manusia, kucing juga memiliki perasaan dan emosi, termasuk rasa marah. Sebagai pemilik atau orang yang berinteraksi dengan kucing, Anda mungkin pernah melihat atau mengalami sendiri ketika kucing sedang marah. Ada berbagai hal yang bisa menjadi pemicu kucing marah. Ketahui selengkapnya di bawah ini.
Kenapa kucing marah?
Kucing dapat menunjukkan perilaku marah atau agresif karena berbagai alasan, antara lain sebagai berikut.
1. Ketakutan atau kecemasan
Kucing mungkin marah jika merasa terancam, termasuk karena adanya ancaman fisik, seperti kedatangan hewan baru atau orang yang tidak dikenal.
Pasalnya, kucing adalah hewan teritorial, sehingga bisa merasa terancam jika wilayah mereka diganggu. Ini bisa menjadi alasan kenapa kucing marah saat ada kucing baru atau manusia yang belum dikenal.
Bahkan hal ini bisa memicu kucing berkelahi. Situasi yang menakutkan, seperti suara keras atau guncangan pada tempat berpijak, juga dapat memicu respons marah pada kucing.
2. Stres
Perubahan lingkungan, seperti pindah rumah atau adanya gangguan dalam rutinitas, menjadi penyebab kenapa kucing tiba-tiba marah akibat merasa stres.
Selain itu, kurangnya stimulasi dapat menyebabkan stres pada kucing. Hal ini sering kali diekspresikan melalui agresi atau perilaku marah.
Pasalnya, kucing membutuhkan stimulasi fisik dan mental dengan bermain yang cukup untuk menghindari rasa bosan.
3. Overstimulasi
Bukan hanya saat kekurangan stimulasi, kucing yang mendapat stimulasi berlebih atau overstimulasi juga bisa menjadi agresif dan menunjukkan rasa marah.
Salah satu penyebab overstimulasi pada kucing yaitu cara menyisir bulu yang salah, misalnya saat grooming kucing.
Namun, ini termasuk hal yang normal. Kucing mungkin tidak suka jika disisir di bagian tubuh tertentu atau disisir terlalu lama.
4. Sakit atau cedera
Ketika kucing merasa sakit atau terluka, mereka mungkin menjadi lebih mudah marah atau agresif, sebagai respons terhadap ketidaknyamanan atau rasa sakit.
Saat mengalami rasa sakit, kucing mungkin menjadi lebih sensitif, cemas, atau terancam, yang akhirnya memicu perilaku agresif.
5. Hormon
Perubahan hormonal, terutama pada kucing yang tidak disterilkan, dapat meningkatkan agresivitas dan menjadi penyebab kenapa kucing marah-marah terus selama musim kawin (estrus).
Selain itu, beberapa kondisi medis dapat memengaruhi perilaku mereka, misalnya gangguan hormon.
Gangguan endokrin, seperti hipertiroidisme atau ketidakseimbangan hormon lain, pun dapat memengaruhi perilaku kucing, termasuk meningkatkan kecemasan dan agresivitas.
6. Trauma masa lalu
Ketika kucing mengalami peristiwa traumatis, baik di masa lalu maupun dalam masa kecil mereka, itu dapat memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan manusia dan hewan lainnya.
Trauma ini sering kali menyebabkan kucing merasa terancam atau tidak aman, yang dapat diekspresikan melalui perilaku agresif dan menyebabkan kucing lebih mudah marah dalam situasi tertentu.
7. Frustrasi
Ketika tujuannya tidak tercapai atau kebutuhan fisik dan mentalnya tidak terpenuhi, kucing bisa frustrasi dan ngamuk.
Misalnya, kucing yang terhalang dalam mengakses sumber daya penting seperti makanan kucing, mainan, atau tempat tidur yang nyaman.
Hal ini dapat membuat mereka menjadi lebih teritorial dan agresif untuk mempertahankan sumber daya tersebut.
8. Gangguan neurologis
Beberapa gangguan neurologis yang memengaruhi neurotransmiter di otak bisa menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem pada kucing.
Misalnya, kekurangan serotonin atau dopamin dapat menyebabkan kecemasan dan peningkatan agresivitas pada kucing.
Memahami penyebab di balik perilaku kucing yang tak biasa, misal marah, dapat membantu Anda memberi penanganan yang tepat dan memastikan kesejahteraan kucing peliharaan Anda.
Cara mengatasi kucing marah
[embed-health-tool-bmi]