Angka kejadian kekerasan masih sangat sulit ditekan dalam masyarakat. Jenisnya banyak, pelaku bisa siapa saja, bisa terjadi kapan saja, dan korbannya pun tidak pandang bulu. Mulai dari anak-anak, perempuan, pekerja, dan hingga pelajar bisa terlibat dalam kekerasan. Hal ini mungkin membuat semua orang bertanya-tanya, kenapa susah sekali menghapuskan kekerasan? Jawabannya mungkin mengejutkan Anda.
Ilmuwan menemukan dua gen kekerasan yang bisa membawa sifat agresif
Sebuah penelitian pada tahun 2014 dilakukan di Finlandia terhadap narapidana di penjara yang kemudian dilakukan analisis genetik. Hasilnya, didapatkan dua gen yang berhubungan dengan kekerasan dan sikap agresif. Dua gen tersebut yaitu gen MAOA dan Cadherin 13 (CDH 13). Orang yang mempunyai gen kekerasan tersebut 13 kali lebih berisiko mempunyai riwayat kekerasan yang berulang.
Gen MAOA berfungsi untuk mengurai neurotransmiter (suatu senyawa kimia di dalam otak untuk menghubungkan dan memberi informasi kepada sel- sel otak) seperti norepinefrin dan serotonin. Kedua senyawa inilah yang memengaruhi kondisi emosi seseorang.
Gen MAOA juga dihubungkan dengan risiko terjadinya kekerasan pada anak dan anak tumbuh dewasa menjadi seorang sosiopat. Dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, laki-laki dengan mutasi pada gen MAOA cenderung menunjukkan sikap yang mengarah kepada kekerasan dibandingkan dengan wanita.
Gen yang kedua adalah gen CDH13. Gen ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan hubungan dari neuron (sel-sel otak). Selama ini, banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa gen CDH13 juga berhubungan dengan penyakit seperti ADHD, autisme, skizofrenia, gangguan bipolar, dan kecanduan alkohol.
Kekerasan ternyata bisa diwariskan secara genetik
Seperti kode genetik lainnya, MAOA dan Cadherin 13 bisa diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Dengan kata lain, anak yang orangtuanya cenderung melakukan kekerasan mungkin saja tumbuh menjadi pelaku kekerasan juga.
Namun, tentu saja ini bukan harga mati. Pasalnya, anak atau orangtua mungkin saja membawa gen ini dalam tubuh. Yang jadi persoalan yaitu apakah gen tersebut bersifat aktif atau tidak.
Gen tertentu dalam tubuh bisa diaktifkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Misalnya lingkungan di mana anak tumbuh memang penuh kekerasan yang dilakukan orangtua. Akibatnya, gen kekerasan anak yang tadinya tidak aktif bisa menjadi aktif sehingga anak punya kecenderungan besar melakukan tindak kekerasan pula.
Hal ini disebut sebagai rantai kekerasan. Sulit sekali untuk memutus rantai ini karena orang yang sudah punya dua gen tersebut memang lebih berisiko melakukan kekerasan dan menurunkan sifat agresifnya pada keturunan selanjutnya secara turun temurun.
Maka, penting sekali bagi orangtua untuk memastikan bahwa selama masa kanak-kanak, anak berada di lingkungan yang aman dan kondusif. Caranya bisa dimulai dari diri Anda sendiri, misalnya dengan tidak menggunakan kekerasan sebagai metode untuk menanamkan disiplin.
Kekerasan adalah perilaku yang rumit, tidak bisa menyalahkan gen semata
Ada sekitar 40 sampai 50 persen manusia yang membawa dua gen kekerasan tersebut. Tampaknya banyak sekali, bukan? Meski kelihatannya banyak, tidak semua orang yang membawa gen ini pasti bersifat agresif dan penuh kekerasan.
Perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi antara gen dan faktor lingkungan yang akan membentuk struktur otak dan cara pandangnya. Kondisi sosial, budaya, dan faktor pendidikan berperan penting untuk membentuk emosi, moral, dan akal sehat seseorang.
Itu berarti meski Anda punya gen ini, Anda masih bisa mencegah diri sendiri melakukan tindak kekerasan lewat kesadaran akan moral. Kesadaran moral bisa membantu Anda memilah-milah perilaku seperti apa yang bisa diterima dalam masyarakat dan mana yang tidak.
Moral sendiri adalah kemampuan untuk membedakan mana tindakan yang benar dan bisa diterima dalam masyarakat dengan tindakan mana yang salah dan tidak bisa diterima. Jadi, bukan mustahil bagi orang yang membawa dua gen kekerasan ini untuk melawan dorongan melakukan tindak kekerasan.
Begitu juga sebaliknya, tidak bisa kalau cuma menyalahkan gen saat seseorang berbuat kekerasan. Masalahnya, Anda seharusnya punya dorongan untuk tidak melakukan tindak kekerasan.
[embed-health-tool-bmi]