Ketika badan terasa pegal-pegal atau nyeri, balsem sering kali menjadi solusi pertama untuk mengatasinya. Meski begitu, Anda sebaiknya tidak menggunakan balsem secara berlebihan. Dengan berbagai kandungan yang dimilikinya, balsem mungkin saja menimbulkan efek samping.
Efek samping menggunakan balsem
Balsem merupakan produk yang digunakan secara topikal atau dioleskan langsung ke kulit.
Rasa hangat yang timbul saat pemakaian menjadi alasan mengapa balsem kerap dipilih sebagai solusi pertama untuk mengatasi pegal linu.
Meski begitu, dengan berbagai kandungan zat aktif di dalam balsem, Anda tetap perlu berhati-hati saat menggunakannya.
Berikut merupakan beberapa efek samping yang bisa ditimbulkan dari penggunaan balsem.
1. Reaksi alergi
Salah satu bahaya paling umum dari penggunaan balsem adalah reaksi alergi. Kondisi ini bisa terjadi jika Anda memiliki alergi terhadap bahan tertentu di dalamnya.
Berikut merupakan gejala alergi yang bisa muncul saat Anda menggunakan balsem.
- Ruam pada kulit.
- Gatal-gatal.
- Kulit terasa perih.
- Kesulitan bernapas.
- Dada terasa sesak.
Tidak hanya pada kulit, balsem juga bisa menyebabkan iritasi mata. Kondisi ini bisa terjadi jika Anda mengucek mata menggunakan tangan yang sama untuk mengoleskan balsem.
2. Keracunan
Jika Anda membeli balsem, sebaiknya hindari produk yang mengandung metil salisilat. Pasalnya, bahan ini bisa menyebabkan keracunan jika tertelan, terutama oleh anak-anak.
Keracunan metil salisilat dari balsem akan menimbulkan efek samping seperti berikut.
- Ruam pada kulit.
- Kesulitan bernapas.
- Iritasi mata.
- Mual dan muntah.
- Kejang.
- Sakit kepala.
- Tenggorokan bengkak.
- Telinga berdenging.
- Demam.
Penggunaan balsem pada ibu hamil dan anak-anak bahkan berisiko lebih besar untuk menyebabkan keracunan.
Ini lantaran ibu hamil lebih sensitif terhadap senyawa dalam minyak esensial yang sering digunakan untuk membuat balsem, seperti salisilat, sitral, dan kamper.
Sementara itu, anak-anak lebih berisiko mengalami efek samping berupa keracunan karena mereka mungkin menjilat bagian kulit yang diolesi balsem.
Pada sebuah studi dalam jurnal Medicines (2017), The American Association of Poison Control Centres Toxic Exposure Surveillance System melaporkan sekitar 77% kasus keracunan metil salisilat terjadi pada anak-anak di bawah enam tahun.
Itu juga yang menjadi alasan mengapa meskipun metil salisilat telah umum digunakan dalam beberapa jenis obat selama 10 tahun terakhir, bahan ini masih harus dijauhkan dari anak-anak.
Tips mengurangi risiko keracunan balsem
- Langsung cuci tangan yang digunakan untuk mengoleskan balsem.
- Awasi anak Anda setelah diolesi balsem untuk memastikan balsem tidak terjilat.
- Ganti balsem dengan kompres dingin untuk meringankan pegal atau nyeri otot.
3. Sensitif pada matahari
Minyak esensial merupakan salah satu komponen yang kerap ditambahkan ke dalam balsem oles.
Namun, perlu diketahui bahwa beberapa jenis minyak esensial untuk kulit, misalnya citrus oil, bisa menyebabkan fotosensitivitas.
Fotosensitivitas merupakan kondisi ketika tubuh Anda menjadi sangat peka terhadap sinar matahari.
Tidak hanya menyebabkan perubahan warna kulit permanen, fotosensitivitas juga bisa menimbulkan masalah seperti berikut pada kulit.
- Gatal-gatal.
- Mudah lecet.
- Kemerahan atau ruam.
- Kering.
- Melepuh.
Penggunaan minyak esensial secara langsung ke kulit dalam jangka panjang bahkan dapat meningkatkan risiko kanker kulit sel skuamosa.
4. Sindrom Reye
Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisilat, zat yang sama dengan yang terkandung dalam obat aspirin.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena berisiko menyebabkan Reye, yaitu kondisi akut yang menyerang organ-organ penting pada anak, terutama hati dan otak.
Penggunaan balsem dikhawatirkan meningkatkan risiko efek samping yang sama. Dengan begitu, Anda sebaiknya menghindari penggunaan balsem untuk bayi dan anak-anak.
Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan pengobatan nyeri otot dan pegal linu pada anak-anak selain menggunakan balsem.
5. Mengganggu sistem saraf
Jika Anda sedang rutin mengonsumsi obat-obatan untuk sistem saraf pusat, sebaiknya hindari penggunaan balsem dengan kandungan adas manis.
Pada sebuah studi terbitan jurnal Fitoterapia (2012), pemberian obat-obatan untuk gangguan kecemasan seperti diazepam, midazolam, pentobarbital, dan fluoxetine sebaiknya tidak digunakan secara bersamaan dengan adas manis.
Pasalnya, pada percobaan yang dilakukan pada tikus tersebut, kinerja obat dalam memengaruhi sistem saraf pusat akan terganggu. Alhasil, keampuhan obat pun berkurang.
Sebaliknya, efek samping berupa gangguan motorik akan meningkat jika kedua bahan tersebut digunakan secara bersamaan.
Di samping berbagai bahaya di atas, penggunaan balsem bersamaan dengan obat-obatan medis memang perlu diperhatikan kembali.
Ini karena keduanya mungkin berinteraksi sehingga meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitas obat.
Efek samping pada setiap merek balsem mungkin berbeda-beda. Bacalah aturan pakai pada kemasan untuk meminimalkan risiko yang mungkin ditimbulkan.
[embed-health-tool-bmi]