Normalnya, sistem kekebalan tubuh akan bekerja dengan melawan bakteri atau kuman penyebab penyakit. Namun, pada seseorang dengan penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Lantas, apa saja jenis penyakit autoimun itu?
Jenis penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun keliru mengenali sel tubuh sehat sebagai zat asing sehingga berbalik menyerangnya.
Ada lebih dari 140 jenis penyakit autoimun yang bisa menyerang hampir semua bagian tubuh. Berikut adalah beberapa contoh yang paling umum.
1. Rheumatoid arthritis (rematik)
Rheumatoid arthritis alias rematik menimbulkan peradangan, pembengkakan, hingga nyeri pada persendian.
Selain menimbulkan rasa sakit, rematik juga bisa membuat seseorang kesulitan menggerakan sendi sehingga gerakan tubuhnya berkurang.
Jika tidak segera diobati, penyakit autoimun yang menyerang persendian ini bisa menyebabkan kerusakan sendi permanen secara bertahap.
2. Systemic lupus erythematosus (SLE)
Penyakit lupus sebenarnya terbagi menjadi beberapa jenis. Namun, systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan salah satu yang paling banyak ditemui, khususnya pada perempuan berusia muda.
Pasien SLE biasanya mengalami gejala fisik berupa rambut rontok, ruam kemerahan pada wajah yang menyerupai sayap kupu-kupu, rambut rontok, dan penurunan berat badan.
Penyakit SLE bisa menyerang bagian tubuh mana pun, termasuk ginjal, sendi, dan kulit.
Kondisi lupus di Indonesia
Sepanjang 2016, tercatat adanya 2.166 pasien yang dirawat inap karena diagnosis penyakit lupus. Jumlah ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2014 yang berjumlah 1.169.
Sementara itu, World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa jumlah pengidap lupus bisa bertambah hingga 100 ribu jiwa setiap tahunnya.
3. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis yang ditandai dengan kulit yang menebal, bersisik, dan disertai bercak-bercak putih.
Penyakit peradangan kulit ini juga menyebabkan gatal, nyeri, dan pertumbuhan sel kulit baru yang terlalu cepat.
Jika pertumbuhan kulit baru biasanya memakan waktu hingga satu bulan, pengidap psoriasis hanya membutuhkan waktu beberapa hari.
4. Kolitis ulseratif
Kolitis ulseratif merupakan jenis penyakit autoimun yang menyerang saluran pencernaan, khususnya usus.
Penyakit ini dapat menimbulkan peradangan kronis hingga borok pada lapisan usus besar terdalam dan rektum.
Gejala yang ditimbulkannya antara lain diare, sakit perut, dan kesulitan buang air besar. Gejala akan semakin memburuk jika pasien tidak menerapkan pola makan sehat atau sedang stres.
5. Anemia pernisiosa
Jenis anemia satu ini terjadi karena terhambatnya produksi vitamin B12 di dalam tubuh. Padahal, vitamin B12 berperan penting untuk pembentukan sel darah merah.
Ketika kekurangan vitamin B12, tubuh akan memproduksi makrosit atau sel darah merah dengan ukuran abnormal.
Namun, sel darah tersebut tidak bisa keluar dari sumsung tulang. Akibatnya, jumlah sel darah pembawa oksigen dalam tubuh tetap kurang.
Anemia pernisiosa ditandai dengan sakit kepala, tubuh lesu, penurunan berat badan, hingga cara berjalan yang tidak seimbang (kasus langka).
6. Sklerosis ganda
Multiple sclerosis atau sklerosis ganda merupakan contoh penyakit autoimun yang menyerang lapisan pelindung saraf.
Alhasil, sel saraf yang menyusun otak dan sumsum tulang belakang perlahan akan rusak.
Sklerosis ganda bisa menyebabkan penurunan kemampuan koordinasi tubuh, mati rasa, otot menegang, kebutaan, hingga kelumpuhan.
7. Penyakit Crohn
Crohn’s disease atau penyakit Crohn dapat menyerang seluruh saluran pencernaan, khususnya usus kecil dan usus besar.
Gejala penyakit Crohn di antaranya buang air besar (BAB) berdarah, diare, penurunan nafsu makan, dan melambatnya perkembangan seksual pada anak-anak.
Jika tidak segera mendapat perawatan, penyakit Crohn bisa menyebabkan berbagai komplikasi, seperti penyumbatan usus, fistula, hingga kekurangan gizi.
8. Sindrom Sjogren
Melansir dari laman Mayo Clinic, mata dan mulut kering merupakan dua gejala umum dari penyakit autoimun Sjogren syndrome.
Kondisi ini akan membuat mata Anda menjadi lebih sensitif, sedangkan mulut akan kesulitan menelan dan mengunyah.
Sjogren syndrome sendiri disebabkan oleh sistem imun yang menyerang kelenjar air mata, air liur, dan zat lain. Kondisi ini akan menimbulkan peradangan, bahkan hingga ke paru-paru dan ginjal.
9. Penyakit Addison
Beberapa jenis penyakit autoimun juga bisa memengaruhi produksi hormon di dalam tubuh.
Sebagai contoh, penyakit Addison terjadi ketika tubuh kekurangan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, seperti hormon kortisol dan aldosteron.
Tanpa hormon dari kelenjar adrenal, tekanan darah akan menurun. Kondisi ini dapat meningkatkan kadar kalium hingga taraf yang membahayakan tubuh.
Penyakit Addison ditandai dengan penurunan nafsu makan, menggelapnya warna kulit, rambut rontok, hingga gangguan seksual pada wanita.
10. Diabetes melitus tipe 1
Satu lagi contoh penyakit autoimun yang berkaitan dengan hormon ialah diabetes melitus tipe 1. Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel penghasil insulin dalam pankreas.
Insulin sendiri merupakan hormon pengontrol kadar gula darah. Gangguan dalam produksi insulin akan membuat kadar gula darah pasien menjadi tinggi.
Jika dibiarkan, gula darah yang tinggi akan menimbulkan berbagai komplikasi, mulai dari masalah penglihatan hingga kerusakan ginjal.
Pasien diabetes melitus tipe satu membutuhkan suntikan insulin secara rutin untuk menjaga kadar gula darahnya.
11. Penyakit Hashimoto
Gejala utama penyakit Hashimoto yaitu pembengkakan pada bagian depan tenggorokan. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menyebabkan hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif) dan komplikasinya.
Penyakit Hashimoto juga kerap disertai dengan ukuran lidah yang membesar, nyeri otot, penurunan daya ingat, hingga depresi.
12. Penyakit celiac
Tubuh pasien penyakit celiac menganggap gluten sebagai zat asing yang berbahaya. Gluten sendiri merupakan sejenis protein yang ditemukan pada biji-bijian, seperti gandum.
Saat pasien mengonsumsi makanan mengandung gluten, sistem kekebalan tubuhnya akan menyerang protein tersebut dan merusak jaringan usus.
Jika dibiarkan, penyakit ini bisa menyebabkan malabsorbsi atau gangguan pada proses penyerapan zat gizi penting bagi tubuh.
Gejala penyakit celiac terbilang cukup umum, antara lain diare, sakit perut, sembelit, dan penurunan berat badan.
Namun, pada kasus yang lebih serius, penyakit ini bisa menyebabkan ruam hingga pelunakan pada beberapa tulang.
13. Alopecia
Kebotakan rupanya juga bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang akar rambut. Jenis penyakit autoimun yang menyebabkan kondisi ini adalah alopecia.
Selain rambut yang mudah rontok, alopecia juga ditandai dengan kulit kepala berwarna kemerahan dan terasa terbakar.
Berdasarkan jenisnya, alopecia terbagi menjadi tiga, yaitu:
- alopecia areata (kebotakan pada titik tertentu),
- alopecia totalis (kebotakan di seluruh bagian kepala), dan
- alopecia universalis (hilangnya semua rambut pada tubuh).
14. Immune thrombocytopenic purpura (ITP)
Jika tubuh Anda mudah memar atau berdarah, ini bisa menjadi tanda dari immune thrombocytopenic purpura (ITP).
Kondisi ini terjadi saat jumlah keping darah dalam tubuh rendah sehingga proses pembekuan darah terganggu.
Selain ruam dan perdarahan yang sulit dihentikan, ITP juga kerap disertai dengan gejala menstruasi berkepanjangan, gusi berdarah, dan mimisan.
Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami perdarahan yang tidak juga berhenti setelah lima menit.
15. Penyakit Graves
Satu lagi contoh penyakit autoimun yang paling umum adalah penyakit Graves. Penyakit ini membuat kelenjar tiroid bekerja terlalu aktif sehingga bisa menyebabkan hipertiroidisme.
Gejala penyakit Graves yang banyak ditemukan yakni perasaan gelisah, pembesaran dada pada laki-laki, mudah berkeringat, hingga siklus menstruasi yang tidak teratur.
Wanita memiliki risiko lebih besar untuk terserang penyakit Graves dibandingkan laki-laki.
[embed-health-tool-bmi]