Beberapa orang mungkin masih mengartikan kurang darah sebagai darah rendah ataupun sebaliknya. Meski beberapa gejalanya memang serupa, ternyata ada perbedaan yang signifikan antara kurang darah dan darah rendah.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Beberapa orang mungkin masih mengartikan kurang darah sebagai darah rendah ataupun sebaliknya. Meski beberapa gejalanya memang serupa, ternyata ada perbedaan yang signifikan antara kurang darah dan darah rendah.
Meski dokter bisa membedakan keduanya saat Anda memeriksakan diri, penting untuk membekali diri sendiri tentang perbedaan anemia dan hipotensi menggunakan informasi berikut.
Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi saat tekanan darah (tensi) Anda kurang dari 90/60 mmHg.
Angka 90 menyatakan kuatnya tensi ketika jantung berkontraksi (sistolik). Sementara itu, 60 menyatakan tekanan saat jantung relaksasi (diastolik).
Sementara itu, kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau eritrosit.
Orang dewasa didiagnosis dengan anemia ketika kadar hemoglobinnya (protein dalam eritrosit) di bawah 13,5 gr/dl untuk laki-laki dan 12 gr/dl untuk perempuan.
Untuk mengetahui nilai tekanan sistolik dan diastolik Anda, dokter cukup menggunakan alat bernama sfigmomanometer atau tensimeter.
Sementara itu, untuk mengetahui jumlah eritrosit, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Baik hipotensi maupun anemia sama-sama sering terjadi tanpa gejala, terutama jika kondisinya masih cukup ringan. Keduanya juga memiliki berbagai gejala yang mirip, seperti:
Namun, ada satu gejala yang kerap ditemukan pada pasien anemia tetapi tidak ada pada hipotensi, yaitu kuku rapuh dan rambut rontok. Kondisi ini sering ditemukan pada pasien jenis anemia defisiensi zat besi.
Meski bisa diproduksi oleh beberapa bagian tubuh, sebagian besar eritrosit diproduksi di dalam sumsung tulang belakang.
Sel ini akan bertahan selama 90–120 hari sebelum mati dan diperbarui lagi. Proses produksi ini diatur oleh hormon eritropoietin.
Selain siklus produksi yang terlalu cepat, laman Penn Medicine menyebutkan bahwa anemia juga bisa terjadi karena berbagai kondisi berikut.
Sementara itu, berikut adalah beberapa kondisi yang bisa menyebabkan hipotensi.
Perubahan posisi tubuh secara mendadak juga bisa menyebabkan hipotensi. Contohnya ketika Anda tiba-tiba berdiri setelah duduk dalam jangka waktu yang lama.
Kondisi yang disebut dengan hipotensi ortostatik atau hipotensi postural ini bisa menyebabkan pusing, kepala berkunang-kunang, hingga pingsan.
Karena penyebabnya berbeda, cara menangani anemia dan tensi rendah juga berbeda. Pengobatan keduanya juga perlu disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.
Secara umum, pengobatan anemia dilakukan dengan cara pemberian suplemen zat besi, vitamin B12, atau asam folat, tergantung zat gizi yang Anda butuhkan.
Jika anemia disebabkan oleh kekurangan hormon eritropoetin, dokter bisa memberikan suntik hormon.
Sementara itu, pasien anemia dengan kadar hemoglobin kurang dari 8 gr/dl biasanya membutuhkan transfusi.
Pada kondisi yang lebih parah, seperti penyakit kanker atau kelainan darah berat, pasien mungkin membutuhkan transplantasi sumsung tulang belakang.
Sementara itu, sebagian besar kasus hipotensi (khususnya hipotensi ortostatik) biasanya tidak membutuhkan penanganan khusus karena bisa membaik dengan sendirinya.
Namun, jika kondisi tersebut berlangsung terus-menerus atau tidak membaik dengan sendirinya, Anda bisa menggunakan stoking kompresi.
Stoking tersebut akan melancarkan sirkulasi dari kaki ke jantung sehingga meningkatkan tensi Anda.
Selain itu, karena anemia dan hipotensi sama-sama bisa disebabkan oleh pengobatan, dokter juga bisa menyarankan obat pengganti dengan manfaat serupa.
Langkah tersebut dapat membantu meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Akan tetapi, pastikan Anda hanya mengganti obat sesuai dengan saran dokter.
Perbedaan hipotensi dan anemia memang sering kali sulit dikenali, terlebih jika kondisinya masih berada di tahap awal.
Oleh karena itu, jika Anda sering pusing, lemas, atau merasakan gejala di atas, segeralah pergi ke dokter untuk mengetahui penyebab pastinya.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar