backup og meta

Pahami ADHD Lebih Dekat bersama Yayasan ADHD Indonesia

Pahami ADHD Lebih Dekat bersama Yayasan ADHD Indonesia

Dalam rangka memperingati Bulan Kesadaran ADHD 2024, Yayasan ADHD Indonesia mengadakan acara seminar dengan tema “Awareness is Key” untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ADHD di Indonesia.

Bersama dr. Dwijo Saputro, Sp.KJ dan Prof. Dr. Juke R. Siregar, M.Pd., Psikolog, acara yang diadakan oleh Yayasan ADHD Indonesia pada hari Sabtu (02/11) di PIC Creative Space ini turut dihadiri orang tua dari anak-anak dengan ADHD.

Bagaimana cara mengenali seseorang dengan ADHD?

Sebagai pembuka acara, dr. Dwijo mengungkapkan seseorang dengan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) bisa memiliki gejala berupa inatensi (kurangnya perhatian), hiperaktif-impulsif, atau kombinasinya.

Kondisi ini kerap membuat mereka dinilai atau menempatkan diri sebagai difabel, padahal bukan begitulah nyatanya.

“Yang sering salah dipahami adalah menempatkan dia (anak-anak dengan ADHD) sebagai difabel. Nyatanya, mereka harus dipahami secara khusus itu benar, tetapi mereka bisa berkembang optimal seperti pribadi yang lain,” ujar dr. Dwijo.

Supaya mereka bisa berkembang secara optimal, peran guru sangat dibutuhkan sebagai pendamping perawatan ADHD dari dokter dan orang tua.

dr. Dwijo menyatakan bahwa tidak masalah jika anak-anak tersebut masuk ke sekolah umum selama orang tua menyampaikan informasi tentang kondisi anaknya kepada sekolah tersebut.

“Terkadang, orang tua mungkin langsung menyekolahkan anak (dengan ADHD) dengan biaya khusus supaya tidak mengganggu teman lainnya atau justru menariknya dari sekolah. Padahal, mereka membutuhkan latihan interaksi dan faktor internal lain karena akan menjadi orang dewasa,” ungkap dr. Dwijo.

Selain peran di sekolah, dr. Dwijo menyampaikan bahwa tak ada salahnya bergabung dengan komunitas. Terlebih, ADHD merupakan kondisi kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

“Bisa bergabung dengan komunitas, berbagi bersama persoalan yang ada akan sangat membantu menjadi kelompok suportif,” papar pakar yang sudah berkecimpung di dunia ADHD selama lebih dari 50 tahun tersebut.

Bagaimana ADHD mengganggu masa depan?

dr. Dwijo Saputro, Sp.KJ dalam acara yayasan ADHD Indonesia

Meski berasal dari area kognitif pada otak, ADHD bisa mengganggu fungsi dan keterampilan seseorang dalam menempatkan diri, baik secara emosi maupun perilaku.

Alhasil, mereka mungkin menjadi sosok yang sulit patuh, susah berinteraksi dengan teman sebaya, dan punya masalah lebih kompleks ketika dewasa.

Beberapa contoh masalah yang dialami orang dewasa dengan ADHD yakni prestasi akademik yang rendah, ketidakpuasan dalam rumah tangga, hingga kesulitan mengurus anak.

Oleh karena itu, diagnosis dini sangat dibutuhkan untuk mengurangi disregulasi. Dengan begitu, dokter atau psikolog bisa menentukan perawatan yang tepat.

Menangani ADHD adalah menyelamatkan generasi. Jika tidak ditangani dengan tepat, anak-anak dengan ADHD bisa kehilangan kemampuan mengontrol dan memahami diri sendiri saat dewasa,” papar dr. Dwijo.

Pada acara dari Yayasan ADHD Indonesia ini, dr. Dwijo juga menyampaikan bahwa ada empat poin penting yang harus dimiliki seseorang dengan ADHD supaya bisa berkembang dengan optimal.

“Pertama untuk mengendalikan gejala yang jadi tugas utama psikolog atau dokter. Selanjutnya, tempat berkembang yang optimal, khususnya di lingkungan keluarga. Berikutnya, membuat anak menjadi fungsional sebagai orang dewasa. Di sini, peran teman sebaya sangat dibutuhkan. Lalu, sekolah juga harus menjamin mereka bisa menjalankan pendidikan seperti seharusnya,” pungkasnya.

Mencapai tujuan perawatan dengan pemahaman dan penerimaan

Pada sesi kedua, Dr. Juke memaparkan tentang enam hal yang perlu dipahami mengenai ADHD, yaitu recognizing (mengenali), understanding (memahami), acceptance (menerima), affection (mengasihi), action (merawat), dan achievement (pencapaian). 

“Artinya, Anda tidak akan melihat achievement pada seorang anak dengan ADHD jika tidak memahami dan menerimanya,” papar Dr. Juke.

Setelah memahaminya, jangan lupa untuk memberi afeksi. Dr. Juke menyampaikan bahwa anak-anak yang mendapatkan afeksi dari orang terdekatnya lebih mudah menerima perawatan.

“Setelah memahami, (langkah selanjutnya) yaitu melakukan action atau menemani anak-anak melakukan diagnosis dan pemeriksaan. Ini juga termasuk memperkenalkan kondisi anak pada guru dan lingkungan di mana ia banyak berinteraksi,” imbuh Dr. Juke

Apakah ADHD bisa diobati?

Prof. Dr. Juke R. Siregar, M.Pd

ADHD bukanlah penyakit yang bisa diatasi dengan obat layaknya sakit kepala atau flu. Oleh karena itu, dokter akan menentukan perawatan sesuai kondisi pasien.

Tak hanya fokus mengurangi gejala, dokter akan mengembangkan apa kelebihannya.

“Kalau kelemahan itu, ‘kan, sudah pasti karena mereka punya problem. Lalu, apa kira-kira kekuatan dari anak ini? Ini yang akan dicari oleh petugas kesehatan untuk menentukan perawatan yang tepat. Inilah mengapa setiap anak dengan ADHD bisa mendapatkan penanganan berbeda,” papar psikolog sekaligus dosen di Universitas Padjadjaran ini.

Selain itu, karena ADHD adalah kondisi yang bisa berkembang sampai dewasa, perawatannya pun harus disesuaikan dan tidak boleh putus.

“Dulunya memang perawatannya hanya berhenti di anak-anak. Namun, karena kondisi ini ternyata kronis, yang mana gejala ADHD bisa muncul kapan saja bahkan setelah dewasa, orang dewasa pun perlu melakukannya,” sambung Dr. Juke.

Dr. Juke dan dr. Dwijo sama-sama memaparkan bahkan sejauh ini, perawatan terbaik bagi seseorang dengan ADHD adalah pemberian obat-obatan sekaligus terapi.

“Obat-obatan ADHD memang efektif menurunkan gejala, tetapi social dysfunction dan fungsi lainnya masih menjadi masalah bagi banyak orang. Jadi, obat saja tidak cukup karena itu tidak menggantikan keterampilan sosial atau memperbaiki kesulitan belajar dan fungsi tertentu. Oleh karena itu, perawatan terbaik adalah pemberian obat dan terapi,” papar dr. Dwijo.

Kemampuan mengendalikan gejala dan  meminimalkan dampak buruk pada respons fisik dan emosional akan membuat seseorang dengan ADHD punya kualitas hidup yang lebih baik.

Dalam acara dari yayasan ADHD Indonesia ini, Dr. Juke maupun dr. Dwijo juga menyampaikan bahwa banyak pasiennya yang punya prestasi setara dengan seseorang tanpa gangguan mental.

Demi mencapai tujuan tersebut, seseorang dengan ADHD tidak bisa melakukannya sendiri. Mereka membutuhkan dukungan penuh dari orang tua, psikolog atau dokter, serta tempat di mana ia banyak menghabiskan waktu.

Kesimpulan

ADHD memang kondisi yang terjadi pada anak-anak, tetapi bisa terus berlangsung sampai dewasa. Selama mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter atau psikolog, keluarga, serta kerabat dekat (guru pasangan), seseorang dengan ADHD bisa memiliki kualitas dan pencapaian yang setara dengan orang pada umumnya.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Versi Terbaru

03/11/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Fakta medis diperiksa oleh Hello Sehat Medical Review Team

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Selain Hubungan Seks, Ada Masalah Hubungan Asmara pada Penderita ADHD

Apakah Main Video Games Tingkatkan Risiko ADHD pada Anak?


Fakta medis diperiksa oleh

Hello Sehat Medical Review Team


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 03/11/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan