Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional, Sarihusada mengadakan acara talk show dengan tema “Pentingnya Cek Nutrisi untuk Dukung Tumbuh Kembang Maksimal Anak” pada Rabu (25/1) di The Hermitage, Menteng, Jakarta Pusat. Acara ini menekankan pentingnya zat besi untuk tumbuh kembang anak, termasuk mencegah stunting.
Sejumlah narasumber, seperti dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK sebagai pakar gizi klinik dan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., sebagai Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada, turut hadir untuk berdiskusi secara langsung terkait tema tersebut.
Fakta seputar defisiensi zat besi pada anak
Berbicara tentang permasalahan gizi anak di Indonesia, data dari Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa 1 dari 3 anak usia 0—5 tahun mengalami anemia, dan penyebab yang paling umum adalah kekurangan zat besi.
Padahal, zat besi memainkan peran penting dalam pertumbuhan fisik dan kognitif serta sistem imun si Kecil.
Oleh karena itu, kurangnya zat besi atau defisiensi besi ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak.
Hal ini tentu dapat menimbulkan dampak negatif permanen, terutama pada perkembangan kognitif dan otak anak.
Untuk itu, pemenuhan asupan harian zat besi adalah salah satu langkah penting untuk mencegah terjadinya anemia pada anak dan mendukung tumbuh kembangnya agar berjalan optimal.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2019, kebutuhan zat besi anak sebenarnya menyesuaikan dengan usianya. Berikut penjelasannya.
- 0 – 5 bulan sebesar 0,3 mg per hari.
- 6 – 11 bulan sebesar 11 mg per hari.
- 1 – 2 tahun sebesar 7 mg per hari.
- 4—6 tahun sebesar 10 mg per hari.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, orangtua dapat memberikan si Kecil ASI, susu pertumbuhan, hingga makanan yang mengandung zat besi tinggi.
Peran penting zat besi bagi anak
Dalam acara pentingnya memenuhi kebutuhan zat besi untuk anak ini, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK, mengatakan bahwa anemia defisiensi besi menjadi masalah yang akan terus berada di dalam siklus hidup seseorang bila tidak diatasi.
Bila anemia zat besi ini terjadi pada masa prakonsepsi, yaitu masa sebelum kehamilan, ini bisa menjadi salah satu faktor risiko anak terlahir kecil, yang nantinya bisa menjadi penyebab stunting pada anak.
“Apalagi, perkembangan otak anak sudah terjadi sejak masa prenatal hingga beberapa tahun awal kehidupan. Oleh karena itu, ibu yang mengandung tidak boleh mengalami anemia selama kehamilan,” tambah dr. Juwalita.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa zat besi memiliki peranan penting pada kehidupan anak, tepatnya dari sebelum dilahirkan hingga berusia 2 tahun.
Kenapa zat besi penting? Sebab, zat besi akan membentuk senyawa heme yang ada pada hemoglobin.
Hemoglobin inilah yang nanti akan menjadi pengangkut oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sel-sel tubuh dapat berfungsi secara optimal.
Dengan begitu, anak dapat lebih mudah untuk menjalankan aktivitasnya dan siap belajar.
Tidak hanya itu, zat besi juga berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang terlibat dalam pembentukan mielin (selubung) saraf serta pembentukan neurotransmitter, sehingga penyampaian informasi di otak menjadi lancar.
Zat besi juga penting untuk imunitas tubuh. Sebab, zat besi berperan dalam respons neutrofil (sel imun alami) terhadap infeksi.
Lantas, bagaimana cara memenuhi kebutuhan zat besi untuk anak?
Pada dasarnya, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, kuncinya adalah mengonsumsi makanan yang bervariasi dan bergizi lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin dan mineral, serta air.
Di antara berbagai zat gizi tersebut, zat besi merupakan salah satunya. Namun sebelum memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut, penting bagi orangtua untuk mengetahui jenis-jenis zat besi yang bisa diberikan kepada si Kecil.
Pada dasarnya, terdapat dua bentuk zat besi. Berikut penjelasannya.
- Zat besi heme. Yang terdapat dalam produk hewani, seperti daging sapi, hati ayam, ikan, dan unggas. Ini adalah jenis zat besi yang lebih mudah diserap.
- Zat besi non-heme. Berada di dalam produk nabati dan tidak langsung diserap karena memiliki bentuk F33+ dan harus diubah terlebih dahulu menjadi FE2+. Perubahan ini dipercepat oleh vitamin C.
Nah, untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada anak, dr. Juwalita memberikan tips dengan metode KMS. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
- Ketahui angka kebutuhan zat besi harian sesuai dengan usianya, seperti yang telah dijelaskan di atas.
- Menyediakan bahan makanan sumber zat besi, seperti hati ayam, daging sapi, telur, bayam.
- Sertai dengan faktor enhancer (yang mempermudah penyerapan zat besi, misalnya vitamin C) dan hindari faktor inhibitor (adanya fitat atau polifenol yang menghambat penyerapan zat besi, seperti dalam kacang, teh, kopi, dan cokelat).
Kenapa penting memahami faktor enhancer dan inhibitor ini?
Berikan susu pertumbuhan
Dalam acara pentingnya memenuhi kebutuhan zat besi pada anak ini, dr. Juwalita juga memberikan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Orangtua dapat memberikan kepada anak susu pertumbuhan.
Selain mengandung protein hewani, susu pertumbuhan biasanya juga mengandung kalsium yang dapat membantu mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bahkan, biasanya susu pertumbuhan memiliki komposisi nutrisi, yaitu makro dan mikronutrien, yang lebih lengkap, sesuai dengan rekomendasi kebutuhan nutrisi anak.
Beberapa kandungan nutrisi dalam susu pertumbuhan juga biasanya telah difortifikasi (adanya vitamin, mineral termasuk zat besi, omega 3, dan omega 6, serta DHA) yang berperan penting untuk tumbuh kembang anak.
Bahkan, merangkum Medical Journal of Indonesia, mengonsumsi susu pertumbuhan setiap hari (>300 ml) diketahui dapat mendukung pencegahan stunting pada anak di Indonesia.
Namun perlu diingat, tidak semua susu sama. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk memilih susu yang mengandung asam amino esensial yang lengkap serta mineral dan kalsium untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Komitmen Sarihusada untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., sebagai Medical & Scientific Affairs Director mengatakan, Sarihusada ikut berkontribusi dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045.
“Kami memahami bahwa kesehatan anak Indonesia masih perlu menjadi perhatian serius oleh semua pihak, di antaranya kekurangan zat besi yang menjadi salah satu faktor penyebab stunting pada anak. Bila tidak ditangani dengan tepat, permasalahan kesehatan gizi ini dapat berpotensi mengganggu kesehatan fisik dan aspek kognitif anak hingga dewasa,” jelas dr. Ray.
Dalam acara pentingnya zat besi untuk anak ini, Sarihusada terus berkomitmen untuk memastikan inovasi produknya dapat menjawab tantangan permasalahan gizi Indonesia, terutama pada anak.
Hal ini dilakukan dengan menyediakan susu pertumbuhan SGM Eksplor, satu-satunya produk yang mengandung IronC, yaitu kombinasi unik zat besi dan vitamin C.
Kombinasi unik ini telah teruji dapat membantu penyerapan zat besi hingga dua kali lipat serta dilengkapi dengan nutrisi penting lainnya, seperti DHA, minyak ikan tuna, omega-3, dan omega-6, guna mendukung pertumbuhan si Kecil.
dr. Ray juga menjelaskan bahwa dalam momentum Hari Gizi Nasional ini, diharapkan orangtua lebih teredukasi lagi tentang pola makan anak dengan gizi seimbang sebagai upaya dalam pencegahan anemia pada anak.
Selain menghadirkan produk yang inovatif, Sarihusada juga berkolaborasi dengan multipihak untuk menghadirkan edukasi digital guna meningkatkan kesadaran orangtua terhadap risiko anemia pada anak.
Bahkan, pada tahun 2023 lalu, SGM Eksplor telah meluncurkan inisiatif kampanye “Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju”.
Acara ini berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengedukasi orangtua melalui beberapa platform digital, salah satunya adalah www.generasimaju.co.id, yang telah dikunjungi lebih dari 10 juta orangtua setiap tahunnya.
Selain itu, dalam upaya pencegahan stunting pada anak, Sarihusada juga memiliki gerakan “Bersama Cegah Stunting” yang dikembangkan bersama multi-stakeholder dan telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat.
Upaya tersebut berkontribusi pada pencegahan stunting yang berfokus pada tiga pendekatan, yaitu pola makan, pola asuh, dan sanitasi.
[embed-health-tool-bmi]