Menurut studi tersebut, gerakan headbang dapat meningkatkan risiko cedera otak traumatis tingkat sedang hingga parah.
Selain disebabkan oleh subdural hematoma, kasus cedera otak traumatis akibat headbanging juga disebabkan oleh:
- robeknya pembuluh arteri karotis,
- pembentukan gumpalan darah pada arteri,
- pecahnya pembuluh darah leher, dan
- perdarahan di dalam jaringan otak.
Sebagai tambahan, para peneliti juga mengingatkan bahwa gerakan menganggukkan kepala dengan keras dapat meningkatkan risiko cedera saraf tulang belakang.
3. Cedera lecutan
Pada penelitian lama yang dilakukan Andrew McIntosh dan Declan Patton dari University of New South Wales, Australia, diketahui bahwa headbang bisa meningkatkan risiko cedera lecutan (whiplash).
Di samping itu, risiko cedera akibat menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah serta memutar kepala dengan kencang akan makin meningkat saat tempo musiknya juga tinggi.
Kedua peneliti ini menemukan bahwa risiko cedera leher meningkat saat musik mencapai tempo 130 ketuk per menit (beats per minute/bpm).
Padahal, rata-rata lagu yang diteliti dalam studi ini dan membuat penonton melakukan headbang memiliki tempo yang lebih cepat, yakni sekitar 146 bpm.
Rentang gerakan kepala juga memengaruhi risiko cedera. Headbang yang memicu sakit kepala dan pusing lebih sering terjadi saat pergerakan leher dan kepala lebih besar dari 75 derajat.
Terkait adanya risiko cedera ini, McIntosh dan Patton menyarankan musisi untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai bahaya headbang yang terlalu berlebihan.
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan peringatan untuk para pendengar lagu dan penonton konser supaya melakukan headbanging dengan lebih berhati-hati.
Tips aman melakukan headbang saat nonton konser

Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar