Stroke menjadi kondisi yang ditakuti oleh banyak orang. Pasalnya, kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan atau bahkan berakibat fatal. Ada beberapa jenis stroke, salah satunya adalah stroke non-hemoragik.
Ketahui selengkapnya tentang stroke non-hemoragik di ulasan berikut ini.
Apa itu stroke non-hemoragik?
Stroke non-hemoragik (SNH), atau sering disebut stroke iskemik, adalah jenis stroke yang terjadi ketika aliran darah ke bagian otak tertentu terhenti atau berkurang secara signifikan, biasanya karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.
Kondisi pada stroke iskemik berbeda dari stroke hemoragik, seperti yang dilansir dari Johns Hopkins Medicine.
Jika stroke hemoragik terjadi saat ada pembuluh darah yang pecah, penyumbatan pada stroke iskemik disebabkan oleh trombus (gumpalan darah yang terbentuk di pembuluh darah otak) atau embolus (gumpalan darah atau materi lain yang berpindah dari bagian tubuh lain ke otak).
Akibat dari terganggunya aliran darah, sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi, yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak jika tidak segera ditangani.
Gejala stroke non-hemoragik bisa berupa kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, dan kehilangan keseimbangan.
Penanganan medis segera sangat penting untuk meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan.
Gejala stroke non-hemoragik
Gejala stroke non-hemoragik dapat muncul secara tiba-tiba dan bervariasi tergantung pada bagian otak yang terdampak. Berikut adalah beberapa gejala umum yang sering terjadi.
- Mati rasa atau kelemahan mendadak pada wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh.
- Kebingungan atau kesulitan berbicara dan memahami pembicaraan orang lain.
- Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata, seperti penglihatan ganda atau kabur.
- Kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan, atau koordinasi tubuh yang buruk.
- Sakit kepala parah tanpa penyebab yang jelas, yang bisa terjadi mendadak.
Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, sangat penting untuk segera mendapatkan bantuan medis.
Penanganan yang cepat dapat mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut pada otak dan meningkatkan peluang pemulihan.
Penyebab stroke non-hemoragik
Stroke non-hemoragik disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak karena penyumbatan pembuluh darah. Beberapa penyebab utama stroke jenis ini meliputi berikut ini.
- Aterosklerosis. Penumpukan plak lemak di dinding arteri, yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah (trombus) yang menyumbat aliran darah ke otak.
- Trombosis. Terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah otak itu sendiri, yang menghentikan atau menghambat aliran darah.
- Emboli. Gumpalan darah atau partikel lain yang terbentuk di bagian tubuh lain, seperti jantung, dan kemudian terbawa oleh aliran darah hingga menyumbat pembuluh darah di otak.
- Gangguan irama jantung. Seperti fibrilasi atrium, yang dapat menyebabkan terbentuknya emboli di jantung yang kemudian berpindah ke otak.
- Penyakit arteri kecil. Kondisi ini memengaruhi pembuluh darah kecil di otak, menyebabkan penyumbatan yang mengakibatkan stroke iskemik.
Penyebab-penyebab ini menghambat aliran darah dan oksigen ke area otak tertentu, sehingga menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak yang jika tidak segera diatasi, bisa menjadi permanen.
Selain penyebab di atas, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko stroke non-hemoragik, di antaranya:
- hipertensi (tekanan darah tinggi),
- diabetes,
- kolesterol tinggi,
- merokok,
- obesitas, dan
- gaya hidup yang tidak sehat.
Diagnosis stroke non-hemoragik
Diagnosis stroke non-hemoragik dilakukan melalui beberapa langkah pemeriksaan untuk memastikan adanya stroke dan menentukan penyebab serta lokasi penyumbatan.
Dokter akan memeriksa gejala fisik seperti kelemahan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, serta riwayat medis pasien, termasuk adanya faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat keluarga.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan, di antaranya sebagai berikut.
- CT Scan (computed tomography). Tes ini untuk menilai apakah stroke disebabkan oleh penyumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke hemoragik). Pada stroke iskemik, hasil CT scan biasanya tidak menunjukkan perdarahan.
- MRI (magnetic resonance imaging). Tes ini untuk mendeteksi stroke iskemik lebih awal dan dengan lebih akurat dibandingkan CT scan, terutama untuk area otak yang kecil. MRI juga membantu melihat detail area otak yang terdampak.
- Angiografi otak. Tes angiografi otak melibatkan penggunaan zat kontras untuk melihat aliran darah di pembuluh darah otak. Ini membantu menentukan lokasi dan tingkat penyumbatan.
- USG karotis. USG karotis dilakukan untuk memeriksa arteri karotis di leher yang menyuplai darah ke otak. Penyumbatan atau penyempitan pada arteri karotis bisa menyebabkan stroke iskemik.
- Ekokardiogram (USG jantung). Tes ini untuk mencari emboli atau gumpalan darah di jantung yang dapat bergerak ke otak dan menyebabkan stroke.
- Tes darah. Termasuk tes gula darah, kolesterol, dan fungsi pembekuan darah, tes ini untuk membantu menentukan faktor risiko serta penyebab yang mungkin dari stroke.
Diagnosis cepat sangat penting untuk menentukan pengobatan yang tepat guna meminimalkan kerusakan pada otak dan meningkatkan peluang pemulihan.
Pengobatan stroke non-hemoragik
Pengobatan stroke non-hemoragik bertujuan untuk mengembalikan aliran darah ke otak secepat mungkin dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan otak.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan.
1. Obat penghancur gumpalan darah (trombolitik)
Melansir dari Cleveland Clinic, obat trombolitik diberikan dalam waktu 3—4,5 jam setelah gejala stroke pertama kali muncul.
Salah satunya, yaitu tissue plasminogen activator (tPA). Penggunaan obat ini berfungsi untuk melarutkan gumpalan darah yang menyumbat aliran darah ke otak.
2. Obat anti-pembekuan darah
Obat anti-pembekuan darah atau antikoagulan berfungsi untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah baru atau memperbesar gumpalan yang sudah ada, sehingga mengurangi risiko stroke berulang.
Beberapa jenis obat anti-pembekuan yang umum digunakan, yaitu sebagai berikut.
- Aspirin: Untuk mencegah pembentukan gumpalan darah lebih lanjut.
- Antikoagulan (seperti warfarin atau heparin): Untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, terutama pada pasien dengan fibrilasi atrium atau faktor risiko lain.
3. Prosedur mekanis untuk menghilangkan gumpalan darah
Pada stroke non-hemoragik, prosedur mekanis untuk menghilangkan gumpalan darah bertujuan untuk membuka kembali pembuluh darah yang tersumbat sehingga aliran darah ke otak dapat pulih.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada stroke besar atau ketika terapi obat tidak cukup efektif. Berikut beberapa prosedur mekanis yang umum digunakan.
- Trombektomi mekanis: Prosedur ini melibatkan penggunaan kateter yang dimasukkan melalui arteri untuk menghilangkan gumpalan darah secara langsung dari arteri otak. Biasanya dilakukan pada kasus stroke besar atau jika pemberian tPA tidak memungkinkan.
- Angioplasti dan stenting: Dalam beberapa kasus, dokter dapat memasukkan stent atau memperlebar arteri yang menyempit untuk menjaga aliran darah tetap lancar.
4. Rehabilitasi
Setelah fase akut, rehabilitasi sangat penting untuk membantu pemulihan fungsi otot, keterampilan motorik, kemampuan berbicara, dan aktivitas sehari-hari yang mungkin terdampak oleh stroke.
Rehabilitasi ini melibatkan terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara.
Penanganan stroke iskemik secara cepat sangat penting karena semakin cepat aliran darah kembali normal, semakin besar peluang untuk mencegah kerusakan otak yang lebih parah dan meningkatkan pemulihan pasien.
Pencegahan stroke non-hemoragik
- Mengontrol tekanan darah.
- Mengelola diabetes.
- Menurunkan kolesterol.
- Menghentikan kebiasaan merokok.
- Aktivitas fisik rutin.
- Menjaga pola makan sehat.
- Mengontrol berat badan.
- Mengelola gangguan irama jantung (fibrilasi atrium) menggunakan obat antikoagulan.
- Mengurangi stres dan tidur yang cukup.
Dengan pengelolaan faktor risiko yang baik, pasien bisa mengurangi risiko stroke berulang, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah komplikasi.
Kesimpulan
- Stroke non-hemoragik terjadi karena terhambatnya aliran darah ke otak akibat penyumbatan pembuluh darah, biasanya oleh gumpalan darah.
- Gejala umumnya meliputi kelemahan mendadak, kesulitan berbicara, dan gangguan penglihatan. Faktor risiko utama termasuk hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, dan pola makan tidak sehat.
- Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan otak dan meningkatkan peluang pemulihan. Penanganannya melibatkan penggunaan obat trombolitik, antikoagulan, dan prosedur mekanis untuk menghilangkan gumpalan darah.
- Pencegahan dapat dilakukan dengan mengontrol faktor risiko, menjaga gaya hidup sehat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
[embed-health-tool-bmi]