Sistem saraf pusat merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengatur fungsi organ tubuh. Jika terjadi gangguan pada bagian tersebut, beberapa fungsi organ tubuh bisa terganggu. Pada neuromyelitis optica, organ tubuh yang terdampak, yaitu mata dan sumsum tulang belakang. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang neuromyelitis optica, simak penjelasannya di bawah ini.
Apa itu neuromyelitis optica?
Neuromyelitis optica (NMO) adalah salah satu jenis gangguan pada sistem saraf pusat yang memengaruhi saraf mata (neuritis optik) dan sumsum tulang belakang (mielitis).
Neuromyelitis optica, yang juga bisa disebut penyakit Devic (Devic’s disease), terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel di dalam sistem saraf pusat.
Umumnya, sel-sel yang diserang adalah sel saraf optik dan sumsum tulang belakang. Namun, kondisi ini juga bisa berdampak pada sel-sel di otak.
Pada kondisi ini, seseorang bisa mengalami pembengkakan dan radang sumsum tulang belakang atau yang disebut juga dengan transverse myelitis.
Kondisi ini juga bisa menyebabkan saraf optik dari mata ke otak mengalami peradangan atau disebut dengan optik neuritis.
Seseorang bisa saja hanya mengalami salah satu dari kedua kondisi di atas tanpa mengalami NMO. Namun, jika ia memiliki antibodi NMO (AQP4) di dalam darah, maka ia akan disebut sebagai penderita gangguan spektrum NMO.
Walau bisa dialami oleh siapa saja dalam semua golongan umur, neuromyelitis optica cenderung dialami oleh seseorang yang memasuki usia paruh baya.
Selain itu, NMO sering kali salah diduga sebagai multiple sclerosis (MS) atau sebagai salah satu jenis MS. Padahal, kedua kondisi tersebut berbeda.
Meski telah menyebar ke bagian tubuh lain, neuromyelitis optica mungkin masih bisa diredakan.
Akan tetapi, kondisi ini juga dapat terjadi cukup parah hingga menyebabkan kebutaan dan kesulitan berjalan.
Jenis-jenis neuromyelitis optica
Ada dua jenis neuromyelitis optica yang dapat dialami oleh seseorang. Berikut adalah kedua jenis tersebut.
- Kekambuhan, yaitu jenis yang terjadi hilang timbul. Jenis ini paling umum terjadi dan lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria.
- Monofasik (satu kali), yaitu jenis yang terjadi hanya sekali, tetapi bisa berlangsung selama sekitar 1-2 bulan. Jenis ini sama-sama sering dialami oleh wanita dan pria.
NMO yang mengalami kekambuhan biasanya karena terjadi cukup parah. Kambuhnya kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa jam atau hari, tetapi juga bisa dalam bulanan hingga beberapa tahun sekali.
Kekambuhan dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui apa pemicunya.
Apa saja gejala neuromyelitis optica?
Gejala neuromyelitis optica bisa berbeda- beda pada satu penderita dengan penderita lainnya. Gejala juga dapat terjadi secara ringan hingga berat.
Beberapa gejala neuromyelitis optica yang umum dialami meliputi berikut ini.
- Nyeri mata.
- Kehilangan penglihatan.
- Warna tampak pudar atau kurang jelas.
- Kelemahan pada lengan dan tungkai.
- Nyeri pada lengan dan tungkai, yang terasa menusuk, panas, atau mati rasa.
- Sensitif terhadap dingin atau panas.
- Kejang yang terasa kencang dan sakit pada otot lengan dan tungkai.
- Muntah dan cegukan yang sulit ditahan.
- Gangguan kandung kemih, usus, atau fungsi seksual.
- Kesulitan menahan buang air kecil atau buang air besar.
Sebaiknya, segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala neuromyelitis optica seperti di atas.
Perlu Anda Ketahui
Jika Anda melakukan konsultasi dengan dokter umum, biasanya Anda akan dirujuk ke ahli saraf untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ini diperlukan untuk memastikan diagnosis dan dugaan adanya kondisi lain dengan gejala yang mirip, misal multiple sclerosis.
Apa penyebab neuromyelitis optica?
Belum diketahui penyebab pasti dari neuromyelitis optica. Namun, kondisi ini biasanya terjadi setelah adanya infeksi atau gangguan autoimun di dalam tubuh.
Saat terjadi NMO, sistem imun menyerang zat di dalam tubuh yang disebut dengan myelin yang terdapat di sekitar saraf. Utamanya, kondisi ini terjadi pada sumsum tulang belakang dan saraf optik.
NMO umumnya bukan merupakan kondisi keturunan. Namun, pada beberapa penderita, ada riwayat penyakit atau gangguan autoimun di dalam keluarga yang diduga bisa menjadi pemicu NMO.
Bagaimana cara dokter mendiagnosis neuromyelitis optica?
Untuk mendiagnosis neuromyelitis optica, dokter akan melakukan pemeriksaan yang terperinci. Diawali dengan menanyakan riwayat kesehatan dan gejala serta dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.
Selain itu, melansir dari Mayo Clinic, dokter juga akan melakukan beberapa tes, di antaranya sebagai berikut.
1. Pemeriksaan saraf
Ini dilakukan dengan melihat kemampuan pergerakan, kekuatan otot, koordinasi, indra peraba, ingatan, fungsi kognitif, penglihatan, dan berbicara.
2. MRI
MRI scan bertujuan untuk menghasilkan gambar detail dari otak dan sumsum tulang belakang agar bisa mendeteksi luka atau kerusakan pada otak atau saraf optik dan sumsum tulang belakang.
3. Tes darah
Sampel darah dan cairan tulang belakang diambil untuk mendeteksi adanya antibodi NMO yang bisa membantu dokter membedakan NMO dengan kondisi lain.
4. Tes respons rangsangan
Untuk melihat bagaimana respons otak terhadap rangsangan, seperti suara dan sentuhan, dokter akan melakukan tes khusus.
Tes dilakukan dengan memasangkan kabel kecil (elektroda) ke kulit kepala atau pada beberapa kasus di lubang telinga, leher, lengan, tungkai, dan punggung. Kabel tersebut berfungsi merekam respons otak terhadap rangsangan.
Ini dapat membantu dokter mendeteksi luka atau kerusakan pada saraf, sumsum tulang belakang, saraf optik, otak, atau batang otak.
Apa saja pengobatan untuk mengatasi neuromyelitis optica?
Sayangnya, neuromyelitis optica belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Meski begitu, dengan pengobatan yang tepat, kondisi ini bisa diredakan untuk waktu yang lama.
NMO biasanya perlu ditangani dengan beberapa terapi untuk meredakan kondisi dan mencegah kekambuhan. Tergantung dari tujuannya, berikut adalah jenis-jenis terapinya.
1. Untuk meredakan gejala
Pada tahap awal, dokter akan memberikan obat kortikosteroid, yaitu methylprednisolone, melalui vena di lengan selama lima hari. Kadar obat kemudian akan dikurangi sedikit demi sedikit selama beberapa hari.
Penggantian plasma darah mungkin juga akan disarankan pada pengobatan pertama atau kedua dan biasanya akan disertai dengan penggunaan steroid.
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sejumlah darah untuk membuang plasma didalamnya menggunakan mesin dan menggantinya dengan cairan pengganti. Darah kemudian akan dikembalikan ke dalam tubuh.
Dokter juga dapat menjalankan pengobatan lain untuk meredakan gejala yang mungkin dialami, seperti nyeri atau gangguan pada otot.
2. Untuk mencegah kekambuhan
Dokter mungkin akan memberikan obat kortikosteroid dengan kadar yang lebih rendah selama beberapa waktu untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Dokter juga mungkin akan menyarankan obat untuk menekan sistem imun tubuh, seperti azathioprine, mycophenolate, atau rituximab.
Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai pengobatan ini.
[embed-health-tool-bmi]