Apakah Anda pernah melihat seseorang dinyatakan tidak sadarkan diri, tetapi matanya bisa terbuka dan tertutup sendiri? Jika ya, kondisi tersebut disebut dengan kondisi vegetatif. Kondisi ini seringkali disamakan dengan koma. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Agar lebih jelas, ketahui penjelasan lengkap tentang kondisi vegetatif di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan kondisi vegetatif?
Kondisi vegetatif atau vegetative state adalah gangguan kesadaran ketika seseorang terlihat sadar, tetapi tubuh tidak menunjukan tanda-tanda kesadaran yang berarti.
Kondisi ini termasuk gangguan fungsi otak kronis. Seseorang dalam kondisi ini memiliki refleks saraf kranial dan tulang belakang, tetapi tidak ada fungsi kognitif atau respons terhadap rangsangan, seperti:
- visual,
- pendengaran,
- peraba, dan
- rasa takut.
Vegetative state dapat terjadi akibat fungsi vegetatif otak yang mengatur fungsi tubuh (seperti suhu tubuh dan pernapasan) sudah berfungsi lebih cepat sebelum fungsi kesadaran kembali.
Jenis kondisi vegetatif
- Kondisi vegetatif berlanjut atau persistent vegetative state, yaitu jenis yang terjadi lebih dari 4 minggu.
- Kondisi vegetatif permanen, yaitu jenis yang terjadi lebih dari 6 bulan jika disebabkan oleh cedera otak non-traumatis atau lebih dari 12 bulan jika disebabkan oleh cedera otak traumatis.
Apa perbedaan antara kondisi vegetatif dan koma?
Dilansir dari Model Systems Knowledge Translation Center, koma adalah kondisi ketika pasien sepenuhnya tidak sadarkan diri yang ditandai dengan mata tertutup.
Sementara pada vegetative state, meski tidak sadarkan diri, mata pasien terkadang bisa terbuka seperti sedang sadar atau terjaga.
Anggota tubuh pasien mungkin juga akan terlihat bergerak, menggeretakkan gigi, meronta-ronta, dan gerakan wajah (seperti tersenyum atau menguap).
Namun, gerakan tersebut bukan gerakan yang disengaja, melainkan terjadi sebagai refleks otomatis tubuh.
Apa saja gejala kondisi vegetatif?
Berbeda dari gangguan kesadaran lainnya, seseorang dalam kondisi vegetatif dapat mengalami gejala berikut ini.
- Memiliki rutinitas tidur yang ditandai dengan mata yang terbuka dan tertutup.
- Membuat suara, seperti menguap atau kesakitan, terutama saat ada otot yang tegang.
- Terlihat menangis, tersenyum, atau membuat ekspresi wajah lainnya tanpa sebab yang pasti.
- Mata melihat ke arah seseorang atau benda tertentu.
- Tidak bisa mengikuti perintah atau instruksi dari orang lain.
- Terkejut saat mendengar suara keras.
- Tidak bisa berbicara atau melakukan komunikasi lainnya.
- Tidak mampu melakukan gerakan apa pun.
Apa penyebab kondisi vegetatif?
Vegetative state terjadi ketika serebrum (bagian otak yang mengendalikan perilaku dan pikiran) tidak aktif secara normal, sedangkan hipotalamus dan batang otak (bagian otak yang mengendalikan fungsi vital) masih bisa berfungsi dengan baik.
Penyebab kondisi ini, yaitu kerusakan pada otak akibat cedera atau penyakit yang menyebabkan pasien tidak sadarkan diri dan tidak mampu merespons kondisi di sekitarnya.
Berikut beberapa jenis kerusakan otak yang bisa menyebabkan vegetative state.
1. Cedera otak traumatis
Cedera otak traumatis disebabkan oleh benturan atau pukulan keras di kepala atau tubuh yang menimbulkan trauma pada kepala.
Kondisi ini dapat terjadi akibat terjatuh, kecelakaan, atau kekerasan. Kerusakan otak yang parah bisa menyebabkan memar, kerusakan jaringan, perdarahan, kondisi vegetatif, koma, hingga kematian.
2. Cedera otak non-traumatis
Cedera otak non-traumatis merupakan jenis kerusakan jaringan otak yang terjadi akibat penyakit atau kondisi dalam tubuh, bukan disebabkan oleh benturan atau pukulan.
Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan otak ini, yaitu kekurangan oksigen, gangguan metabolisme, aneurisma, serangan jantung, dan hampir tenggelam.
3. Kerusakan otak progresif
Kerusakan otak progresif merupakan kerusakan pada jaringan otak yang terjadi secara bertahap dan bertambah parah seiring waktu.
Kondisi ini dapat terjadi akibat beberapa kondisi berikut.
- Penyakit degeneratif, seperti penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.
- Gangguan metabolisme, seperti sindrom Wernicke-Korsakoff.
- Kelainan bawaan sistem saraf yang parah, seperti, tumor otak.
Bagaimana dokter mendiagnosis kondisi vegetatif?
Gangguan kesadaran pada pasien umumnya hanya dapat didiagnosis dengan serangkaian pemeriksaan untuk menentukan tingkat kesadaran dan kelemahan tubuhnya.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi berikut ini.
- Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu tes khusus untuk mengukur tingkat kesadaran dengan melihat kemampuan membuka mata, respons verbal, dan pergerakan tubuh. Hasil tes rendah dengan nilai 3 dari 8 bisa menandakan koma atau kondisi vegetatif.
- JFK Coma Recovery Scale-Revised (CRS-R), dengan menggunakan 23 item berbeda untuk mengukur respons pasien.
- Pemindaian otak, seperti magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT scan), dengan menghasilkan gambar kondisi otak untuk mendeteksi adanya perubahan atau kelainan pada otak.
Selain melalui pemeriksaan di atas, dokter juga harus memastikan kriteria tertentu untuk mendiagnosis kondisi vegetatif permanen karena bisa menimbulkan risiko jika terjadi kesalahan.
Kondisi vegetatif pada pasien bisa dipastikan jika terdapat kriteria berikut ini.
- Penyebab cedera otak telah diketahui.
- Bukan disebabkan oleh penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan lainnya.
- Bukan disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh.
- Tidak dipicu oleh suatu kondisi di otak yang dapat disembuhkan, seperti tumor otak.
- Pemeriksaan dilakukan oleh ahli yang telah berpengalaman dalam mendeteksi gangguan kesadaran yang berkepanjangan.
Sementara untuk kondisi vegetatif permanen, diagnosis baru bisa dipastikan jika telah memenuhi kriteria berikut.
- Ada semua kriteria di atas.
- Gejala gangguan kesadaran telah terjadi setidaknya selama 6 bulan dan belum ada tanda kesembuhan.