Pernahkah Anda melihat seseorang yang sering berkedip atau menggerakkan bahu tanpa sadar? Bila ya, bisa jadi ini merupakan tanda dari gangguan tic. Meskipun kerap dianggap sepele, gangguan ini bisa memengaruhi rasa percaya diri dan kenyamanan penderitanya.
Sebenarnya, apa yang menyebabkan gangguan ini dan bagaimana cara mengatasinya? Ketahui info lengkapnya di bawah ini.
Apa itu gangguan tic?
Gangguan tic atau tic disorder adalah gerakan atau suara yang muncul tiba-tiba, terjadi dengan cepat, dan dilakukan berulang-ulang.
Penderita kondisi ini biasanya tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk melakukan hal-hal tersebut karena terjadi secara tidak sadar.
Gangguan tic bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun, anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit saraf satu ini.
Melansir dari Kids Health, tic yang melibatkan gerakan disebut tic motorik (motor tics), sedangkan yang melibatkan suara disebut tic vokal (vocal tics).
Gangguan ini pun bisa bersifat sederhana atau kompleks, tergantung pada tingkat keparahannya. Tic motorik sederhana biasanya hanya melibatkan satu kelompok otot.
Sementara tic motorik kompleks melibatkan beberapa kelompok otot dan terkadang tampak seperti gerakan yang disengaja.
Gangguan ini bisa muncul dan menghilang serta cenderung memburuk saat seseorang mengalami stres atau mengalami kecemasan.
Tahukah Anda?
Gangguan tic sering terjadi pada anak-anak mulai usia 4 tahun. Namun, kondisi ini paling banyak terjadi pada anak usia 5–10 tahun. Gangguan ini pun lebih sering menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan.
Apa saja jenis gangguan tic?
Ada beberapa jenis gangguan atau penyakit tic yang dapat terjadi, berikut adalah penjelasannya.
- Gangguan sementara. Ini adalah jenis gangguan yang paling umum terjadi. Biasanya, gangguan ini hanya dialami kurang dari satu tahun.
- Gangguan kronis (persistent). Ini adalah gangguan yang kurang umum terjadi bila dibandingkan dengan gangguan sementara. Penderita biasanya memiliki motor tics atau vocal tics (tidak keduanya) selama lebih dari satu tahun.
- Sindrom Tourette. Ini merupakan jenis yang lebih jarang terjadi. Penderita sindrom Tourette bisa mengalami beberapa tic motorik serta setidaknya satu tic vokal yang terjadi selama lebih dari satu tahun.
Apa saja gejala tic yang dapat terjadi?
Pada dasarnya, gejala kondisi ini terbagi menjadi dua yaitu tic motorik dan vokal. Berikut adalah penjelasannya.
1. Motor tics
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, motor tics biasanya melibatkan gerakan tubuh. Tic motorik sederhana biasanya menunjukkan gejala seperti berikut ini.
- Mata sering berkedip, mata berputar, atau gerakan mata lainnya.
- Wajah meringis atau ekspresi tertentu.
- Mengangkat bahu.
- Menganggukan atau menolehkan kepala secara tiba-tiba.
Sementara motor tics kompleks akan membuat penderitanya:
- meringis sambil mengangkat bahu dan memutar kepala,
- menyentuh atau mencium benda tertentu,
- melompat, serta
- membungkuk atau memutar tubuh.
2. Vocal tics
Vocal tics biasanya lebih melibatkan suara. Vocal tics sederhana dapat membuat penderitanya mengalami:
- berdeham atau membersihkan tenggorokan secara berulang,
- mengendus atau menghirup udara melalui hidung berulang kali,
- mengeluarkan suara seperti menggonggong, serta
- mengeluarkan suara seperti mengendus atau menggerutu.
Sementara vocal tics yang lebih kompleks ditandai dengan:
- mengulang kata atau kalimat sendiri,
- meniru kata atau kalimat orang lain (echolalia),
- mengucapkan kata-kata kasar atau tidak pantas secara sengaja (koprolalia).
Apa penyebab gangguan tic?
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan tic disorder. Namun, menurut Cleveland Clinic, gangguan ini dapat terjadi karena perubahan pada bagian otak yang mengendalikan gerakan.
Selain itu, gangguan tic merupakan penyakit yang dapat diturunkan.
Jadi, bila salah satu anggota keluarga memiliki riwayat kondisi ini, kemungkinan anak atau keturunannya juga dapat mengalami hal yang sama.
Penyakit tic juga dapat terjadi bersamaan dengan kondisi lain, seperti:
- ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder),
- gangguan kecemasan, serta
- OCD (obsessive-compulsive disorder).
Bagaimana dokter mendiagnosis gangguan ini?
Diagnosis gangguan ini dilakukan berdasarkan gejala yang dialami pasien. Dokter akan melakukan evaluasi berdasarkan hal-hal berikut.
- Riwayat kesehatan dan gejala. Untuk menentukan pola dan durasi gerakan atau ucapan.
- Pemeriksaan fisik dan neurologis. Untuk memastikan tidak ada gangguan lain yang mendasarinya.
- Pemeriksaan penunjang. MRI, CT scan, elektroensefalografi (EEG), atau tes darah dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dengan gejala serupa.
Bila memungkinkan, bawa video penderita yang sedang menunjukkan gejala, sehingga dapat membantu dokter dalam memberikan diagnosis.
Apa pengobatan untuk gangguan tic?
Pada dasarnya, pengobatan gangguan ini perlu disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahannya.
Bila kondisinya tergolong ringan, biasanya tidak memerlukan pengobatan apa pun karena kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya.
Namun, pada kasus yang lebih parah dan mengganggu kehidupan sehari-hari penderita, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kondisi ini.
1. Terapi perilaku
Terapi perilaku bertujuan untuk membantu pasien mengelola gejala dan menggantikan tic dengan perilaku lain yang lebih terkendali.
Jadi, pasien akan belajar mengenali sensasi yang muncul sebelum gejala terjadi dan menggantinya dengan perilaku lain.
Misalnya, jika tic berupa mengangkat bahu, pasien diajarkan untuk meregangkan tangan hingga dorongan gejala mereda.
Selain itu, dokter akan melakukan jenis terapi lain seperti, comprehensive behavioral intervention for tics (CBIT).
Terapi ini mencakup edukasi tentang tic serta teknik relaksasi. CBIT umumnya lebih efektif untuk pasien anak yang lebih besar dalam mengelola gejala mereka.
Selain terapi individu, dokter dapat memberikan bimbingan bagi keluarga agar dapat memberikan dukungan emosional serta memastikan pasien anak mendapatkan bantuan pendidikan yang sesuai.
2. Obat-obatan
Jika gejala cukup mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter mungkin akan merekomendasikan obat-obatan.
Untuk kondisi ringan, obat-obatan yang dapat membantu termasuk clonidine dan guanfacine.
Dokter juga akan merekomendasikan obat-obatan untuk membantu mengendalikan ADHD dan kecemasan yang dapat menyertai gangguan tic.
Untuk kondisi yang lebih parah, obat-obatan neuroleptik, seperti aripiprazole dan olanzapine, mungkin akan dokter berikan.
Obat-obatan ini bekerja dengan mengubah efek neurotransmitter yang mengendalikan gerakan tubuh.
Itu beberapa informasi seputar gangguan tic yang dapat terjadi.
Gangguan ini mungkin terdengar sepele, tetapi bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari bagi yang mengalaminya, terutama jika gejalanya cukup parah.
Meskipun belum ada pengobatan yang benar-benar dapat menyembuhkan gangguan ini, terapi perilaku dan obat-obatan dapat membantu mengelola gejala agar tidak terlalu mengganggu.
Oleh karena itu, jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, berkonsultasilah kepada dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Gangguan tic adalah kondisi yang ditandai dengan gerakan atau suara tiba-tiba yang terjadi berulang tanpa disadari.
- Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi diduga berkaitan dengan perubahan pada otak dan faktor keturunan.
- Gejalanya dapat berupa gerakan tubuh (motorik) atau suara (vokal), yang bisa bersifat sederhana atau kompleks.
- Penanganan kondisi ini bergantung pada tingkat keparahannya. Terapi perilaku seperti CBIT dapat membantu pasien mengelola gejala dan menggantinya dengan perilaku lain yang lebih terkendali. Jika kondisi ini mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan tertentu.
[embed-health-tool-bmi]