backup og meta

Diffuse Axonal Injury

Diffuse Axonal Injury

Saat seseorang mengalami kecelakaan atau trauma, terutama yang melibatkan kepala, terkadang dampaknya bisa lebih serius dari apa yang dilihat secara langsung. Salah satu dampak yang mungkin tidak begitu dikenal secara umum adalah diffuse axonal injury atau cedera aksonal difus.

Bagi beberapa orang, istilah ini mungkin terdengar asing. Lantas sebenarnya, apa itu diffuse axonal injury (DAI)? Ketahui informasi lengkapnya melalui ulasan di bawah ini. 

Apa itu diffuse axonal injury

Diffuse axonal injury adalah jenis cedera otak yang menyebabkan robekan pada serabut saraf penghubung otak yang disebut dengan akson. 

Ini adalah kondisi yang termasuk dalam kategori diffuse brain injury, di mana kerusakan terjadi pada akson akibat otak bergeser dengan cepat.

Kondisi ini sering terlihat pada cedera kepala atau otak traumatis seperti kecelakaan berkecepatan tinggi.

Ketika otak bergerak dengan tiba-tiba di dalam tengkorak, jaringan otak dapat mengalami pergeseran yang menyebabkan akson-akson terputus atau rusak.

Akson sendiri merupakan bagian penting dari sel saraf yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal di antara area otak yang berbeda.

Kerusakan pada akson ini dapat mengganggu komunikasi antarbagian otak, yang sering kali menyebabkan gangguan kesadaran, termasuk koma, serta masalah neurologis lainnya.

Terdapat dua jenis diffuse axonal injury, yaitu: 

  • closed brain injury (cedera otak tertutup), terjadi tanpa tusukan pada tengkorak, seperti perdarahan intrakranial atau gegar otak. 
  • penetrating brain injury (cedera otak tembus), terjadi karena tusukan di tengkorak, seperti luka tembak atau tusukan dari benda tajam. 

Apa gejala diffuse axonal injury

cara pasien koma makan

Penyakit DAI atau diffuse axonal injury biasanya dapat membuat pasien hilang kesadaran hingga koma

Selain itu, pasien dengan DAI mungkin akan menunjukkan gejala yang mirip dengan gegar otak, yang meliputi: 

  • sakit kepala,
  • pusing, 
  • mual, 
  • muntah, 
  • kelelahan, 
  • gangguan tidur, dan 
  • masalah keseimbangan. 

Apa penyebab diffuse axonal injury?

Melansir Journal of Trauma and Injury, penyebab paling umum dari penyakit DAI adalah kecelakaan berkecepatan tinggi.

Kecelakan ini berisiko tinggi menyebabkan rotasi cepat atau gerakan tiba-tiba pada otak di dalam tengkorak. 

Gerakan yang tiba-tiba dan cepat inilah yang menyebabkan robekan pada sel saraf penghubung otak yang panjang atau akson. 

Selain itu, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan diffuse axonal injury, di antaranya: 

  • jatuh dari ketinggian, 
  • cedera olahraga, 
  • shaken baby syndrome
  • kekerasan fisik atau penyerangan, serta
  • cedera akibat ledakan. 

Pada dasarnya, penyebab penyakit DAI berkaitan dengan gerakan kencang yang tiba-tiba, sehingga menyebabkan jaringan otak meregang, dan kemudian merusak akson. 

Apakah diffuse axonal injury bisa sembuh?

Pada dasarnya, kesembuhan penyakit DAI bergantung pada sejumlah faktor. Bila cedera yang dialami tergolong ringan, pasien mungkin dapat sembuh, sedangkan penyakit DAI yang berat bisa menyebabkan dampak yang permanen hingga kematian. 

Bagaimana dokter mendiagnosis diffuse axonal injury?

cedera kepala

Pada tahapan awal, dokter akan mengevaluasi kondisi pasien dengan melihat tanda-tanda neurologis seperti hilangnya kesadaran, koma, atau perubahan perilaku. 

Pasien dengan DAI sering kali mengalami penurunan kesadaran segera setelah cedera yang bisa berlangsung dari beberapa jam hingga koma yang berkepanjangan.

Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa tes pencitraan, seperti berikut ini. 

1. CT scan 

CT scan sering menjadi langkah awal untuk mendeteksi cedera otak, meskipun DAI mungkin tidak terlihat jelas pada CT scan kepala standar.

Cedera yang lebih parah bisa terlihat dengan adanya perdarahan kecil atau perubahan struktural yang mengindikasikan DAI pada hasil CT scan. 

2. MRI 

MRI lebih akurat dibandingkan CT scan untuk mendeteksi DAI, terutama pada tahap-tahap awal. 

Tes ini dapat melihat kerusakan mikroskopis pada akson serta perubahan di area otak yang mengalami peregangan atau robekan.

3. Evoked potentials 

Tes ini umumnya disebut dengan SSEP, BAER, dan VEP.

Evoked potentials digunakan untuk melihat aktivitas listrik di otak sebagai respons terhadap rangsangan sensorik tertentu, seperti sinyal visual, pendengaran, dan sensorik di otak. 

4. Elektroencefalogram (EEG)

Elektroencefalogram (EEG) adalah tes yang digunakan untuk mengukur aktivitas listrik di otak. 

Meski demikian, tes ini tidak dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis penyakit diffuse axonal injury

Bagaimana cara mengobati diffuse axonal injury?

Pada dasarnya, penanganan penyakit DAI harus dilakukan sesegera mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pembengkakan dalam otak yang dapat menyebabkan kerusakan tambahan. 

Dalam kebanyakan kasus, pemberian steroid dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan pembengkakan di otak. 

Bila cedera yang dialami masih tergolong ringan atau sedang, fase rehabilitasi akan dilakukan setelah pasien stabil dan sadar. 

Ada beberapa fase rehabilitasi yang akan dilakukan pasien untuk mengembalikan fungsi tubuh ke tingkatan maksimal, di antaranya:

  • terapi bicara,
  • terapi fisik, 
  • pelatihan peralatan adaptif
  • terapi okupasi
  • terapi rekreasi, dan
  • konseling. 

Pada dasarnya, mengobati penyakit DAI tergantung pada tingkat keparahannya. Pada kasus yang parah, pasien dengan diffuse axonal injury sering kali tidak dapat pulih atau bertahan hidup. 

Namun, tidak menutup kemungkinan, pasien DAI yang parah dapat sembuh, meski perlu melakukan perawatan yang lama dan tidak berakhir dengan kesembuhan total. 

Akhirnya, pasien dengan penyakit DAI parah bisa mengalami kecacatan permanen atau masalah kesehatan lainnya, seperti kecemasan, depersi, hingga gangguan stres pascatrauma. 

Oleh karena itu, bila Anda melihat ada yang mengalami cedera kepala, terutama bila pasien kehilangan kesadaran, segera hubungi dokter atau tenaga medis lainnya. 

Kesimpulan

  • Diffuse axonal injury (DAI) adalah jenis cedera otak serius akibat pergerakan tiba-tiba dan keras pada otak di dalam tengkorak, seperti pada kecelakaan berkecepatan tinggi.
  • Gejala yang ditimbulkan dapat berupa sakit kepala, pusing, mual, muntah, kehilangan kesadaran, hingga koma.
  • Penanganan DAI tergantung pada tingkat keparahannya. Kasus ringan mungkin sembuh dengan perawatan yang tepat, sedangkan kasus berat dapat menyebabkan dampak permanen atau kematian.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

(N.d.). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://radiopaedia.org/articles/diffuse-axonal-injury-grading-1

Lee, H.-J., Sun, H.-W., Lee, J.-S., Choi, N.-J., Jung, Y.-J., & Hong, S.-K. (2018). Journal of Trauma and Injury, 31(2), 51–57. doi:10.20408/jti.2018.31.2.51

Causes. (2019). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://stanfordhealthcare.org/medical-conditions/brain-and-nerves/acquired-brain-injury/causes.html

Diffuse Axonal Injury – BrainAndSpinalCord.org: Brain Injury Trauma. (2019). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://brainandspinalcord.org/diffuse-axonal-injury/

Traumatic Brain Injury. (n.d.). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/traumatic-brain-injury

An Overview of Diffuse Axonal Injury. (n.d.). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://www.biausa.org/professionals/research/tbi-model-systems/an-overview-of-diffuse-axonal-injury#:~:text=A%20DAI%20is%20caused%20by,regular%20communication%20and%20chemical%20processes.

Traumatic Brain Injury | TBI. (n.d.). Retrieved 27 Agustus 2024, from https://medlineplus.gov/traumaticbraininjury.html

Versi Terbaru

04/09/2024

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Ketahui Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganan Cedera Kepala Berat

Kenapa Orang Lebih Sering 'Menonton' Sebuah Kecelakaan Bukannya Membantu Si Korban?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 04/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan