backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

5 Penyebab Nyeri Sendi pada Anak dan Tanda Harus Segera ke Dokter

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 15/02/2022

    5 Penyebab Nyeri Sendi pada Anak dan Tanda Harus Segera ke Dokter

    Nyeri sendi bukan hanya keluhan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Terutama anak yang aktif bergerak, ia kerap terjatuh dan mengalami cedera pada sendi atau ototnya. Namun, nyeri pada sendi dan otot bisa juga jadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut penjelasan lengkap seputar penyebab nyeri sendi pada anak.

    Berbagai penyebab nyeri sendi pada anak

    Biasanya, rasa nyeri pada sendi muncul karena masalah umum yang tidak parah. Namun, pada sebagian kasus, kondisi ini bisa menjadi tanda penyakit tertentu.

    Umumnya, nyeri sendi hadir dengan gejala lain seperti, sakit kepala atau sakit perut.

    Berikut penyebab nyeri sendi pada anak dari yang ringan sampai tanda masalah tertentu. 

    1. Growing pain

    Nyeri sendi atau otot akibat kelelahan beraktivitas, umumnya akan pulih dengan cepat. Kondisi ini tidak berbahaya dan sangat umum terjadi pada anak. 

    Berdasarkan penelitian dari Clinical And Experimental Rheumatology, lebih dari 30 persen anak sekolah mengalami nyeri sendi kronis. 

    Penyebab yang paling umum adalah growing pain atau rasa nyeri yang timbul di bagian tungkai kaki. 

    Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus growing pain paling sering terjadi pada anak usia prasekolah sekitar 3-4 tahun dan usia sekolah (8-12 tahun).

    Anak yang mengalami growing pain akan merasakan gejala seperti berikut.

  • Nyeri pada paha bagian depan, betis, dan belakang lutut.
  • Rasa nyeri sering muncul saat malam hari dan bisa membangunkan tidur.
  • Rasa nyeri bisa hilang timbul dan menghilang sendiri saat pagi.
  • Sakit perut dan kepala.
  • Biasanya, dokter tidak melakukan pemeriksaan khusus untuk membuat diagnosis growing pain.

    Bila memiliki riwayat penyakit sendi dari keluarga, kemungkinan dokter akan melakukan pemeriksaan darah dan rontgen tulang untuk mendeteksi penyakit peradangan sendi.

    2. Juvenile idiopathic arthritis

    Tahukah Anda kalau penyakit rematik juga bisa menyerang anak-anak di bawah usia 17 tahun?

    Mengutip dari Kids Health, nyeri sendi pada anak bisa menjadi tanda penyakit juvenile idiopathic arthritis

    Anak dengan kondisi ini sering mengeluhkan nyeri pada tubuhnya sehingga membuat si kecil lemah dan tidak bergerak dengan bebas.

    Peradangan pada sendi anak bisa menimbulkan gejala yang beragam. Jadi, tidak semua anak mengalami gejala yang sama.

    Namun, secara umum, gejala anak mengalami juvenile idiopathic arthritis yaitu:

    • sendi yang meradang akan memerah,
    • bengkak, dan
    • terasa sakit jika tersentuh.

    Bila mengalami gejala tersebut, segera memeriksa kesehatan anak secepat mungkin kepada dokter. 

    Selain untuk meringankan gejala, pengobatan lebih awal juga bisa mencegah kerusakan lebih parah pada sendi dan tulang anak yang sedang tumbuh.

    cara mengatasi gangguan pencernaan pada anak

    3. Lupus

    Lupus atau systemic lupus erythematosus adalah gangguan autoimun yang memengaruhi hampir seluruh organ tubuh. 

    Kondisi ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan infeksi malah menyerang se-sel sehat di dalam tubuh.

    Mengutip dari Kids Health, anak dengan kondisi ini biasanya akan mengalami gejala berikut.

    • Tangan atau kaki yang nyeri, kaku, bahkan membengkak di pagi hari.
    • Tubuh terasa lelah walau sudah beristirahat dengan cukup.
    • Demam dan ruam sekitar hidung.
    • Ruam semakin parah saat terpapar sinar matahari.

    Lupus sering terjadi karena faktor genetik dari keluarga. Bila anak mengalami nyeri sendi bersamaan dengan gejala lupus, segera konsultasikan ke dokter.

    4. Penyakit Lyme 

    Lyme disease adalah infeksi bakteri Borrelia burgdorferi akibat gigitan kutu. Serangga ini bisa menyebabkan infeksi bakteri sehingga menimbulkan penyakit Lyme.  

    Kutu biasanya hidup di area berumput atau hutan daerah tertentu dan mengisap darah tikus dan rusa.

    Bila anak terinfeksi gigitan kutu ini, akan mengalami gejala:

    • ruam melingkar yang memerah,
    • kelelahan,
    • demam atau justru kedinginan,
    • nyeri sendi dan otot, dan
    • kelumpuhan pada wajah.

    Ruam pada kulit biasanya akan muncul dalam waktu tiga minggu setelah tergigit oleh kutu.

    Meski gejalanya beragam, kadang nyeri sendi menjadi gejala yang paling awal yang anak rasakan.

    5. Leukimia

    Adanya sel kanker pada sumsum tulang belakang juga bisa menjadi penyebab nyeri sendi pada anak. 

    Sel kanker yang berkembang di sumsum bisa menyerang dan merusak produksi sel darah. Kondisi ini umum menyerang anak-anak, di antara penyakit kanker lainnya.

    Selain nyeri pada tubuh, penyakit leukimia bisa menimbulkan gejala lain, seperti:

    • tubuh mudah memar dan berdarah,
    • mudah terinfeksi dan mengalami demam terus-menerus,
    • tubuh kelelahan, 
    • kesulitan bernapas, 
    • pembengkakan kelenjar getah bening, dan 
    • sakit perut.

    Perawatan nyeri sendi pada anak tergantung pada gejala dan diagnosis dokter.

    Bila mengalami nyeri sendi bersamaan dengan gejala leukimia, segera konsultasi ke dokter.

    adenoidektomi

    Hal yang perlu orangtua lakukan saat anak nyeri sendi

    Keluhan nyeri pada sendi anak, sebaiknya tidak boleh orangtua sepelekan. Segera konsultasi ke dokter bila nyeri sendi hadir bersamaan dengan kondisi:

    • sendi kemerahan dan membengkak,
    • nyeri tidak kunjung hilang,
    • demam pada anak
    • penurunan berat badan, serta 
    • kelemahan otot.

    Segera lakukan pemeriksaan ke dokter sehingga petugas medis bisa akan membantu ayah dan ibu untuk menentukan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 15/02/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan