Bagi beberapa orang, merokok mungkin membuat pikiran terasa lebih tenang. Namun, hal tersebut hanyalah sementara. Selebihnya, merokok adalah kebiasaan yang bisa merusak tubuh manusia, salah satunya menyebabkan PPOK.
PPOK akan menghambat sirkulasi paru-paru. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memengaruhi fungsi organ lain karena mereka membutuhkan oksigen untuk bekerja.
Apa itu PPOK?
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang alias kronis.
Penyakit ini biasanya menyebabkan seseorang kesulitan bernapas karena saluran paru-paru yang tersumbat.
PPOK bersifat progresif, artinya penyakit ini akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa PPOK terdiri dari dua jenis utama, yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Beberapa orang bisa hanya memiliki salah satunya, tetapi ada juga yang memiliki keduanya.
Berikut adalah penjelasan mengenai dua jenis utama penyakit paru obstruktif kronis.
1. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah peradangan jangka panjang pada bronkus, yakni saluran yang berfungsi menyalurkan udara dari tenggorokan ke paru-paru.
Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-paru menjadi merah, bengkak, dan dipenuhi lendir.
Lendir inilah yang menyebabkan penyumbatan saluran pernapasan sehingga pasien mengalami sesak napas.
2. Emfisema
Emfisema merupakan penyakit pernapasan yang menyebabkan kerusakan kantong udara (alveolus) pada paru-paru.
Kerusakan ini membuat jumlah alveolus semakin sedikit, padahal kantong ini berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Akibat kondisi tersebut, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan karbon dioksida juga sulit keluar. Inilah mengapa sesak napas merupakan salah satu gejala utama emfisema.
Tanda dan gejala PPOK
WHO menyebutkan bahwa gejala utama PPOK adalah sesak napas, batuk kronis (kadang disertai dahak), dan mudah lelah.
Selain itu, pasien PPOK mungkin juga mengalami ciri-ciri lain seperti berikut.
- Sering mengalami infeksi pernapasan, seperti flu dan pilek.
- Dada terasa tertekan oleh sesuatu.
- Penurunan berat badan.
- Mengi.
Pada awalnya, Anda mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Inilah mengapa PPOK sering kali tidak disadari.
Sebagai penyakit progresif, gejala PPOK memang bisa saja baru muncul setelah bersarang lama dalam tubuh Anda. Pada tahap ini, Anda perlu segera menerima pengobatan.
Eksaserbasi PPOK
Gejala PPOK yang memburuk secara tiba-tiba disebut eksaserbasi akut atau flare-up. Selain menimbulkan sesak napas, kondisi ini juga bisa menimbulkan kecemasan, susah tidur, dan pengurangan produktivitas.
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan eksaserbasi, salah satunya infeksi bakteri. Polusi udara dan iritan lingkungan lainnya juga bisa memicu flare-up penyakit paru obstruktif kronis.
Mengetahui pemicu eksaserbasi dan berusaha menghindarinya akan sangat membantu mengurangi jumlah episode flare-up dan kunjungan ke rumah sakit.
Kapan sebaiknya ke dokter?
Jika penyakit paru-paru ini sudah menimbulkan gejala seperti berikut, pastikan Anda segera mengunjungi rumah sakit.
- Kesulitan mengatur napas atau berbicara.
- Kadar oksigen dalam darah yang rendah. Kondisi ini ditandai dengan bibir atau kuku yang membiru atau abu-abu.
- Tingkat kewaspadaan menurun.
- Jantung berdetak sangat cepat.
- Anjuran pengobatan untuk gejala yang memburuk tidak bekerja.
Setiap orang bisa memiliki gejala berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, konsultasi dokter adalah pilihan tepat untuk menjawab keraguan.
Penyebab penyakit paru obstruktif kronis
Penyumbatan atau kerusakan jaringan paru-paru adalah penyebab PPOK. Kondisi ini bisa terjadi ketika Anda menghirup berbagai iritan berikut secara berkala.
- Asap rokok (baik secara aktif maupun pasif).
- Asap, gas, uap, atau bahan kimia.
- Debu.
- Polusi dalam ruangan, seperti bahan bakar padat yang digunakan memasak.
- Polusi luar ruangan.
- Infeksi pernapasan bawah yang sering terjadi selama masa kanak-kanak
Faktor risiko PPOK
Merokok meningkatkan risiko PPOK, begitu pula faktor-faktor berikut ini.
- Berusia 65–74 tahun.
- Pernah merokok sebelumnya.
- Memiliki riwayat asma.
- Bekerja atau tinggal di tempat dengan risiko polusi tinggi.
- Memiliki anggota keluarga yang mengidap penyakit paru obstruktif kronis.
Risiko komplikasi PPOK
Apabila tidak menerima penanganan yang tepat, berikut adalah berbagai risiko komplikasi yang bisa ditimbulkan dari penyakit paru obstruktif kronis.
- Gangguan jantung, seperti aritmia (detak jantung tidak teratur) hingga gagal jantung.
- Tekanan darah tinggi pada pembuluh darah yang memasok darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut hipertensi paru.
- Infeksi pernapasan, seperti pilek, flu, atau bahkan pneumonia. Infeksi ini bisa membuat gejala PPOK memburuk.
Diagnosis PPOK
Dokter akan mendiagnosis PPOK berdasarkan tanda dan gejala, riwayat medis dan keluarga, serta hasil tes Anda. Dokter mungkin juga bertanya apakah Anda merokok atau pernah mengalami kontak dengan iritan.
Untuk menegakkan hasil diagnosis, berikut adalah beberapa tes yang bisa dilakukan.
- Tes fungsi paru menggunakan spirometri untuk mengukur seberapa banyak udara yang Anda embuskan dan seberapa cepat Anda bisa membuang napas.
- Rontgen atau CT scan dada untuk mengetahui kondisi dada, termasuk jantung, paru-paru, dan pembuluh darah.
- Tes darah untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Hasil tes ini bisa menunjukkan seberapa parah PPOK sehingga dokter dapat menentukan pengobatan yang dibutuhkan.
Pengobatan penyakit paru obstruktif kronis
Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit paru obstruktif kronis.
Namun, pengobatan PPOK berikut bisa diberikan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan mencegah komplikasi sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga.
1. Obat-obatan
Dokter bisa memberikan bronkodilator untuk mengendurkan otot paru-paru sekaligus memperlebar saluran udara sehingga pasien PPOK lebih mudah bernapas.
Beberapa pasien mungkin juga menerima kombinasi bronkodilator dan kortikosteroid inhalasi untuk mengurangi peradangan.
2. Vaksin
Mendapatkan vaksin secara rutin setiap tahun merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah perburukan kondisi dan gejala PPOK.
Vaksin flu dan pneumokokus merupakan dua jenis vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah penyakit ini.
3. Terapi oksigen
Jika sesak napas karena penyakit paru obstruktif kronis sudah cukup parah, dokter biasanya memberikan terapi oksigen.
Tujuan utama pengobatan ini adalah mengembalikan kadar oksigen normal di dalam tubuh. Terapi oksigen bisa dilakukan di rumah maupun rumah sakit.
4. Operasi
Apabila gejala PPOK tidak kunjung membaik dengan berbagai pengobatan di atas, operasi merupakan pilihan terakhir.
Bullectomy, bedah reduksi volume paru (BRVP), dan transplantasi paru merupakan metode yang kerap dipakai dalam operasi penanganan penyakit paru obstruktif kronis.
BRVP dilakukan dengan cara mengangkat bagian paru-paru yang rusak. Sementara itu, bulektomi adalah operasi pengangkatan alveolus yang rusak.
Bagaimana cara mencegah PPOK kambuh?
Selain menjalani pengobatan dari dokter, Anda bisa melakukan kebiasaan berikut untuk mencegah penyakit paru obstruktif kronis sekaligus kekambuhannya.
- Berhenti merokok dan hindari iritan.
- Gunakan pelembap udara atau air humidifier.
- Jaga pola makan dan olahraga secara rutin.
- Dapatkan vaksin.
Selain itu, pastikan menyimpan nomor telepon dokter, rumah sakit, dan seseorang yang bisa membawa Anda ke rumah sakit untuk berjaga-jaga terhadap kondisi darurat.
PPOK memang termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan perawatan yang tepat, Anda tetap bisa memiliki kualitas hidup yang baik.
Kesimpulan
- PPOK adalah penyakit kronis pada paru-paru yang menyebabkan sesak napas karena saluran pernapasan yang tersumbat.
- Merokok, baik aktif maupun pasif merupakan penyebab utama PPOK.
- Sesak napas, batuk kronis (berkepanjangan), dan mudah lelah merupakan gejala utama penyakit paru obstruktif kronis.
- PPOK memang tidak bisa disembuhkan. Pengobatan untuk pasien penyakit ini dilakukan untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi.