backup og meta

4 Penyebab Hot Flashes pada Pria dan Cara Mengatasinya

4 Penyebab Hot Flashes pada Pria dan Cara Mengatasinya

Anda mungkin berpikir bahwa hot flashes hanya akan dialami oleh wanita yang memasuki masa menopause. Namun, tahukah Anda bahwa pria juga bisa merasakan hal yang sama? Lantas, apa penyebab hot flashes pada pria? Yuk, cari tahu melalui ulasan berikut ini!

Apa itu hot flashes?

Hot flashes adalah timbulnya sensasi panas dan gerah yang berasal dari dalam tubuh. Sensasi ini biasanya dirasakan di wajah, leher, dan dada.

Panas akibat hot flashes berasal dari dalam tubuh. Ini berbeda dengan sensasi yang dirasakan saat Anda kegerahan atau kepanasan setelah beraktivitas di bawah terik matahari.

Kondisi ini biasa terjadi pada wanita menopause, tetapi beberapa pria juga bisa mengalaminya.

Hot flashes pada wanita berhubungan dengan penurunan hormon estrogen, sedangkan kondisi yang terjadi pada pria terkait dengan gangguan hormon testosteron atau kondisi medis tertentu.

Ciri-ciri hot flashes pada pria

Ciri utama hot flashes adalah sensasi panas atau kegerahan yang muncul bukan karena faktor cuaca panas dan setelah bergerak terlalu aktif.

Beberapa tanda dan gejala lain dari hot flashes pada pria adalah sebagai berikut.

  • Sensasi panas mendadak, terutama di wajah, leher, dan dada.
  • Keringat berlebihan yang bisa terjadi bahkan di ruangan bersuhu dingin.
  • Kulit memerah, terutama di area wajah dan leher.
  • Detak jantung meningkat dan dada terasa berdebar (palpitasi).
  • Rasa dingin dan menggigil setelah berkeringat yang membuat tubuh tidak nyaman.
  • Gangguan tidur, terutama saat sensasi panas muncul pada malam hari.

Penyebab hot flashes pada pria

penyebab sering migrain

Hot flashes pada wanita disebabkan oleh perubahan hormon setelah memasuki usia lanjut. Lain halnya dengan penyebab hot flashes pada pria yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Berikut ini adalah beberapa penyebab utama dari sensasi panas atau gerah yang pria alami.

1. Andropause

Salah satu penyebab utama hot flashes pada pria adalah andropause. Menopause pada pria ini biasanya terjadi pada usia 40–55 tahun.

Anda mungkin menganggap bahwa hot flashes sebagai keringatan biasa. Ini tidak salah karena kondisi ini memang ditandai dengan banyak berkeringat, terlebih pada malam hari.

Keringatan yang wajar bisa segera hilang setelah Anda mendinginkan tubuh dengan kipas atau AC. Namun, keringatan yang menjadi gejala hot flashes tidak mudah hilang.

Kondisi tersebut juga bisa disertai dengan insomnia, penurunan berat badan, hingga kebotakan. Semua kondisi ini merupakan ciri-ciri andropause pada pria.

2. Pengobatan kanker prostat

Hot flashes pada pria juga bisa disebabkan oleh efek samping pengobatan kanker prostat yang disebut terapi deprivasi androgen atau androgen deprivation therapy (ADT).

Terapi ini bekerja dengan menghambat produksi testosteron yang memicu pertumbuhan sel-sel kanker dalam prostat. 

Meski cukup ampuh memblokir sel-sel kanker, hot flashes adalah salah satu efek samping yang harus Anda hadapi setelah menjalani perawatan ini.

Penelitian dalam Asian Journal of Andrology (2012) menyebutkan bahwa lebih dari 80% pasien kanker prostat yang menjalani ADT mengalami efek samping hot flashes.

3. Faktor gaya hidup

Hot flashes pada pria umumnya muncul disertai gejala lain, meliputi disfungsi ereksi, penurunan gairah seks, dan perubahan suasana hati yang drastis (mood swing).

Gejala-gejala tersebut bermunculan ketika Anda sedang stres karena berhenti merokok, cemas berlebihan, hingga mengalami depresi. 

Makin baik Anda mengendalikan stres dan emosi, maka makin mudah Anda mengatasi sensasi panas dan gerah yang mengganggu aktivitas sehari-hari.

4. Testosteron rendah

Faktor hormonal memang menjadi penyebab hot flashes yang paling umum. Namun pada pria, hot flashes cukup jarang disebabkan oleh kadar testosteron rendah di dalam tubuh.

Para ahli menduga bahwa kondisi ini berhubungan dengan bagian otak bernama hipotalamus, yang mengatur produksi testosteron.

Ketika kadar testosteron berkurang, sistem saraf mengirimkan sinyal yang membuat pembuluh darah di kulit melebar. Akibatnya, suhu tubuh meningkat dan membuat kulit kemerahan.

Untuk mendinginkan diri, tubuh akan mengeluarkan keringat untuk mengeluarkan panas. Pada saat inilah Anda mengalami gejala hot flashes.

Cara mengatasi hot flashes pada pria

tes kesehatan sebelum menikah pria

Umumnya, perubahan gaya hidup sudah cukup untuk mengatasi hot flashes pada pria. Namun, pengobatan medis mungkin diperlukan untuk menangani kondisi tertentu.

1. Perubahan gaya hidup

Gunakan pakaian yang ringan serta tidur di ruangan yang bersuhu sejuk dapat membuat tubuh tetap terasa nyaman meski hot flashes terjadi.

Selain itu, mengadopsi gaya hidup sehat berikut ini juga akan membantu mengurangi frekuensi gejala hot flashes pada kemudian hari.

  • Menghindari pemicu sensasi panas dari dalam tubuh, seperti makanan pedas, minuman berkafein, dan alkohol.
  • Mengelola stres dengan teknik relaksasi, seperti meditasi dan latihan pernapasan.
  • Berolahraga secara teratur untuk menjaga keseimbangan hormon.
  • Berhenti merokok.

2. Terapi hormon

Jika kondisi Anda diduga disebabkan oleh testosteron rendah, dokter akan merekomendasikan tes darah terlebih dahulu untuk memeriksa kadar hormon di dalam tubuh Anda.

Selanjutnya, dokter mungkin bisa memberikan Anda terapi hormon. Terapi ini perlu dilakukan di bawah pengawasan medis untuk meminimalkan timbulnya efek samping.

Selain itu, beberapa obat-obatan, seperti obat antidepresan, juga dapat membantu mengurangi frekuensi dan keparahan gejala hot flashes pada pria.

Dengan penanganan yang tepat, kondisi ini dapat dikelola sehingga tidak mengganggu kualitas hidup Anda. Konsultasikan dengan dokter bila gejala berlanjut atau makin parah.

Kesimpulan

  • Hot flashes pada pria dapat terjadi akibat testosteron rendah, andropause, efek samping pengobatan kanker prostat, hingga gaya hidup tidak sehat.
  • Gejala utama dari hot flashes, meliputi sensasi panas mendadak, keringat berlebih, kulit kemerahan, hingga gangguan tidur.
  • Kombinasi perubahan gaya hidup dan terapi hormon di bawah pengawasan dokter akan membantu mengurangi frekuensi serta keparahan gejala yang terjadi.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hot flashes in men: An update. (2021). Harvard Health. Retrieved December 10, 2024, from https://www.health.harvard.edu/mens-health/hot-flashes-in-men-an-update

Understanding aging and testosterone. (2022). Mayo Clinic. Retrieved December 10, 2024, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/mens-health/in-depth/male-menopause/art-20048056

The ‘male menopause’. (2018). NHS UK. Retrieved December 10, 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/male-menopause/

Lugo, T., & Tetrokalashvili, M. (2022). Hot Flashes. StatPearls Publishing. Retrieved December 10, 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539827/

Jones, J. M., Kohli, M., & Loprinzi, C. L. (2012). Androgen deprivation therapy-associated vasomotor symptoms. Asian Journal of Andrology, 14(2), 193-197. https://doi.org/10.1038/aja.2011.101

Versi Terbaru

10/12/2024

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Gloria Permata Usodo

Diperbarui oleh: Satria Aji Purwoko


Artikel Terkait

Urologis, Dokter Spesialis yang Menangani Masalah Urologi

Gairah Kian Menurun, Perlukah Pria Lanjut Usia Minum Suplemen Testosteron?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Gloria Permata Usodo

General Practitioner · Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Wijaya


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 15 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan