backup og meta

Paradoxical Breathing, Kelainan Otot Dada yang Bikin Anda Sulit Bernapas Lega

Paradoxical Breathing, Kelainan Otot Dada yang Bikin Anda Sulit Bernapas Lega

Proses bernapas melibatkan gerakan otot diafragma yang menekan ke bawah untuk membuat paru-paru mengembang sehingga memungkinkan udara dari luar terhirup masuk ke dalam. Namun, kelainan otot bisa membuat diafragma dan paru justru bekerja sebaliknya. Kondisi ini disebut paradoxical breathing atau pernapasan paradoksal. Pernapasan paradoksal menjadi salah satu penyebab sesak napas yang mungkin tidak Anda sadari.

Apa itu pernapasan paradoksal?

Menurut Journal of Neurology, Neurosurgery, & Psychiatry, pernapasan paradoksal atau paradoxical breathing adalah gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh kelainan fungsi kontraksi otot diafragma.

Normalnya, otot diafragma harus menekan ke bawah agar Anda bisa bernapas. Namun, kondisi ini menyebabkan otot diafragma malah terdorong naik sehingga paru-paru tidak dapat mengembang.

Akibatnya, seseorang yang mengalami kondisi ini tidak dapat bernapas lega untuk menghirup oksigen sebanyak yang tubuhnya perlukan. Pernapasan paradoksal juga menyebabkan tubuh tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida sebanyak mestinya. Hal ini dapat menjadi penyebab sesak napas dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.

Tanda dan gejala pernapasan paradoksal

Tanda dan gejala pernapasan paradoksal adalah:

  • Bernapas sangat pendek
  • Mudah merasa pusing dan lemas
  • Mudah mengantuk dan tidur terlalu lama
  • Mudah merasa lelah
  • Bangun tidur dalam keadaan lelah
  • Sering terbangun saat malam hari
  • Denyut jantung sangat cepat
  • Lemah, letih, lesu, lunglai (performa aktivitas fisik yang rendah)
  • Bernapas sangat cepat
  • Mengalami sensasi nyeri dan tekanan pada area sekitar dada dan perut

Apa penyebab sesak napas khas pernapasan paradoksal?

Pada dasarnya gangguan pernapasan paradoksal disebabkan oleh kelainan otot diagframa dan merupakan jenis gangguan yang sulit untuk dikenali.

Meski begitu, ada beberapa gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan kondisi ini. Kondisi-kondisi tersebut biasanya dapat diketahui setelah menjalani diagnosis untuk mencari tahu penyebab sesak napas.

Beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab pernapasan paradoksal, misalnya:

1. Obstruction sleep apnea

Obstruction sleep apnea (OSA) dapat menjadi penyebab sesak napas akibat pernapasan paradoksal. Kondisi ini merupakan gangguan pernapasan saat tidur yang menyebabkan seseorang bisa berhenti bernapas atau bernapas pendek selama tidur. Kondisi ini mengganggu aliran masuk oksigen dan aliran keluar karbon dioksida. Lama kelamaan, dinding dada dapat mengembang ke dalam, bukannya ke luar.

2. Mengalami trauma atau luka serius pada dinding diagframa

Mengalami kecelakaan dapat menyebabkan kerusakan pada area diagframa. Kerusakan seperti tulang rusuk dan dinding dada bagian dalam terlepas bisa membuat diafragma berhenti berkontraksi dengan normal ketika menghirup udara sehingga memicu paradoxical breathing.

3. Gangguan saraf

Saraf phrenic merupakan saraf yang berperan dalam mengatur gerakan diagframa dan otot lainnya pada bagian dada atau torso. Kerusakan saraf pada bagian tersebut dapat menyebabkan perubahan kontraksi otot ketika bernapas. Kondisi tersebut juga berkaitan dengan penyakit yang merusak saraf secara perlalhan seperti komplikasi trauma pada dada, kanker paru, multiple sclerosis, distrofi otot, dan sindrom Guillain-Barre.

4. Otot pernapasan melemah

Gangguan otot penyangga sistem pernapasan seperti pada penyakit multiple sclerosis dan penyakit Lou Gehrig dapat menjadi penyebab sesak napas akibat paradoxical breathing.

5. Defisiensi mineral

Kekurangan kalium, magnesium, dan kalsium dapat memengaruhi pola pernapasan melalui gangguan sistem saraf pusat yang mengatur proses pernapasan.

Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan kondisi ini?

Sebagian besar kasus dari pernapasan paradoksal ditangani dengan mengobati kondisi yang jadi penyebabnya. Paradoxical breathing akibat kekurangan mineral akan membaik ketika tubuh sudah mendapatkan asupan mineral yang mencukupi.

Pada kasus pernapasan paradoksal yang disebabkan oleh trauma pada dada, mungkin diperlukan tindakan pembedahan untuk memperbaiki sambungan otot dan tulang rusuk yang terlepas atau mengalami kerusakan. Namun pada kasus yang disebabkan oleh gangguan penyakit kronis dan gangguan saraf kemungkinan besar penanganan dan proses penyembuhannya lebih sulit.

Penanganan untuk mengatasi gejala sesak napas akibat paradoxical breathing juga meliputi:

  • Penggunaan alat bantu napas seperti masker oksigen
  • Penggunaan trakeotomi dengan membuat saluran napas baru
  • Mengganti elektrolit yang hilang dengan cairan intravena
  • Melakukan terapi pada gangguan sleep apnea
  • Menghilangkan sumbatan atau benda asing lain yang menyebabkan gangguan kontraksi dan sumbatan saluran napas.

Banyak dari penyebab pernapasan paradoksal tidak dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup. Meski demikian, gangguan tersebut dapat diminimalisir dengan cara:

  • Menjaga pola makan yang sehat dengan nutrisi seimbang
  • Menjaga berat badan dalam batas yang sehat, hal ini diperlukan untuk mencegah gangguan tidur apnea
  • Mengurangi kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
  • Memperkuat otot penopang bagian perut (core muscles) sekitar diagframa.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

How the Lungs Work – National Heart, Lung, and Blood Institute. (2019). Retrieved June 18, 2020, from https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/how-lungs-work

Marcus, C. (2001). Sleep-disordered Breathing in Children. American Journal Of Respiratory And Critical Care Medicine, 164(1), 16-30. https://doi.org/10.1164/ajrccm.164.1.2008171

 

Versi Terbaru

05/03/2021

Ditulis oleh Kemal Al Fajar

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ilham Aulia Fahmy


Artikel Terkait

Torakotomi

Sleep Apnea pada Anak, Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Tanggal diperbarui 05/03/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan