Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) tentu membutuhkan pengobatan khusus. Salah satu penanganan untuk pasien PPOK biasanya dilakukan dengan prosedur bullectomy atau bulektomi. Namun, tidak semua pasien PPOK disarankan menjalani prosedur ini. Siapa saja yang membutuhkan bulektomi dan seperti apa prosedurnya? Berikut informasi lengkap yang perlu Anda tahu.
Apa itu bullectomy?
Bulektomi (bullectomy) adalah operasi yang dilakukan untuk mengobati pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Operasi ini mengangkat bagian kantung udara (alveolus) yang rusak pada paru-paru.
Pada kondisi paru-paru yang sehat, alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran udara yang membantu mengalirkan oksigen dari paru-paru ke pembuluh darah.
Namun, kondisi alveolus yang rusak atau disebut juga dengan emfisema akan membentuk bula yang memenuhi ruang di paru-paru.
Bula ini tidak dapat menyerap oksigen dan meneruskannya ke dalam pembuluh darah sehingga menghambat proses pernapasan di paru-paru.
Semakin banyak alveolus yang rusak, semakin banyak pula bula yang terbentuk.
Akibatnya, bula bisa menekan jaringan lain di sekitar paru-paru sehingga menghambat aliran darah ke bagian paru-paru lain yang masih berfungsi.
Hal tersebut semakin menghambat fungsi paru-paru dalam menyerap oksigen dan memperparah gejala PPOK, salah satunya pasien dengan sesak napas yang serius.
Melalui bulektomi, bula yang mengganggu pernapasan di paru-paru akan diangkat. Alhasil, bagian paru-paru yang masih sehat bisa menjalankan fungsi pernapasannya dengan lebih optimal.
Kapan perlu melakukan bulektomi?
Tidak semua pasien PPOK harus menjalani operasi paru-paru ini. Menurut American Thoraic Society, bullectomy hanya efektif untuk pasien dengan kerusakan alveolus di bagian atas paru-paru.
Dokter juga akan mempertimbangkan melakukan bulektomi ketika ukuran bula di paru-paru cukup besar, yakni menempati 20-30% ruang di dalam paru.
Kondisi ini bisa lebih cepat memengaruhi bagian paru-paru lain yang masih berfungsi dengan normal.
Di samping itu, bullectomy tidak dapat dilakukan apabila ukuran bula di paru-paru terlalu kecil, misalnya kurang dari 1 sentimeter (cm).
Dokter akan menentukkan apakah operasi ini perlu dilakukan dengan memeriksa kondisi paru-paru melalui berbagai pemeriksaan medis.
Nah, Anda sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter lebih lanjut jika mengalami gejala PPOK seperti di bawah ini:
- nyeri pada dada,
- dada terasa penuh dan sesak,
- semakin sering mengalami batuk berdahak,
- ujung-ujung jari membiru (sianosis),
- merasa lebih mudah lelah,
- bengkak pada kaki, lengan, dan pergelangan sendi.
Selain PPOK, bulektomi juga bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit seperti:
- sarkoidosis (peradangan di kulit, mata, dan paru),
- sindrom Ehlers-Danlos (pelemahan fungsi jaringan kulit, sendi, dan pembuluh darah di paru-paru),
- emfisema akibat komplikasi HIV, dan
- sindrom Marfan (pelemahan jaringan di paru-paru).
Apa yang perlu dipersiapkan sebelum operasi?
Sebelum menjalani bullectomy, Anda perlu mengikuti sejumlah pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi kesehatan Anda cukup prima untuk melakukan operasi.
Pemeriksaan medis juga membantu dokter merencanakan tindakan operasi sehingga pelaksanaannya bisa berjalan lancar dan minim risiko.
Berdasarkan pemeriksaan dokter dapat mengetahui letak dan ukuran bula sekaligus dampak yang diakibatkannya pada bagian paru-paru lain.
Berikut ini adalah jenis-jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum operasi bulektomi.
- X-ray untuk mengambil gambar bagian paru-paru
- CT Scan untuk memperoleh gambar paru-paru yang lebih detail.
- Angiografi untuk melihat pembuluh darah dan mengukur seberapa baik fungsinya.