Selama ini, ADHD identik dengan gangguan konsentrasi pada anak-anak. Nyatanya, tidak semua ADHD mengalami gangguan konsentrasi dan kondisi ini pun bisa dialami oleh orang dewasa.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kondisi mental satu ini, simak informasi berikut.
Apa itu ADHD?
Attention-deficit hyperactivity disorder atau ADHD adalah gangguan mental yang membuat seseorang sulit fokus, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif.
Kondisi ini biasanya didiagnosis pertama kali saat anak-anak dan bisa bertahan hingga dewasa. Oleh karena itu, jangan heran jika ada bertemu orang dewasa yang memiliki ADHD.
Berdasarkan gejala utama yang dimilikinya, ADHD bisa dibedakan menjadi tiga subtipe berikut.
- Dominan hiperaktif-impulsif: Memiliki ciri utama berupa hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
- Dominan inatensi: Memiliki ciri utama kesulitan untuk fokus pada berbagai hal yang dilakukan.
- Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi: Memiliki gejala hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan sekaligus.
Apa perbedaan ADHD dan autisme?
Sekilas, ADHD dan autisme mungkin terlihat sama karena keduanya ditandai dengan masalah pada kemampuan untuk fokus.
Meski begitu, keduanya merupakan kondisi yang tidak sama sehingga penanganannya pun berbeda. Perbedaannya bisa terlihat dalam tabel berikut.
Apa saja gejala ADHD?
Menurut laman American Psychiatric Association, secara umum ADHD memiliki gejala kurangnya kemampuan untuk fokus atau memperhatikan, hiperaktif, dan impulsif.
Gejala tersebut bisa lebih bervariasi sesuai dengan subtipe ADHD yang dimiliki.
1. Dominan inatensi
Ketidakmampuan seseorang untuk fokus (inatensi) akan membuatnya melakukan berbagai hal berikut.
- Tidak memperhatikan hal detail atau membuat kesalahan ceroboh pada tugas sekolah atau pekerjaan.
- Tidak mengikuti arahan dan tidak menyelesaikan tugas sekolah atau kantor.
- Kesulitan dalam berkonsentrasi saat mengerjakan tugas atau bermain.
- Menghindari atau tidak menyukai tugas yang melibatkan upaya mental berkelanjutan, seperti menyiapkan laporan atau mengisi formulir.
- Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas atau menjalani keseharian.
- Kesulitan dalam mengatur tugas dan aktivitas.
- Mudah terganggu.
2. Dominan hiperaktif/impulsif
Seseorang, termasuk anak yang hiperaktif atau impulsif (berpikir atau bertindak) karena ADHD, bisa membuatnya berperilaku seperti berikut.
- Sering mengetukkan tangan atau menggeliat di kursi karena gelisah
- Tidak bisa duduk diam, baik di kelas atau ruang kerja.
- Lari atau memanjat di tempat yang tidak seharusnya.
- Tidak bisa bermain atau melakukan aktivitas di waktu luang dengan tenang.
- Selalu “dalam perjalanan”, seakan digerakan oleh motor.
- Terlalu banyak bicara.
- Melakukan interupsi terhadap orang lain, seperti memotong pembicaraan atau menyerobot antrian.
Sementara itu, subtipe kombinasi akan membuat seseorang dengan ADHD merasakan gabungan dari berbagai gejala di atas.
Selain itu, perlu diingat bahwa berbagai gejala ADHD akan timbul di berbagai kondisi. Artinya, anak-anak yang punya masalah inatensi di sekolah, tetapi bisa fokus di rumah belum tentu memiliki ADHD.
Hal yang sama juga berlaku pada anak-anak yang aktif di beberapa kondisi saja. Sebab, pada dasarnya anak-anak memang punya energi lebih banyak dari orang dewasa sehingga cenderung lebih aktif.
Oleh karena itu, konsultasilah ke dokter jika Anda memiliki kekhawatiran tertentu, alih-alih melakukan self-diagnosis.
Penyebab ADHD
Sampai saat ini, penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, berbagai kondisi berikut dinilai bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami Attention-deficit hyperactivity disorder.
- Genetik atau keturunan.
- Cedera otak.
- Paparan lingkungan dalam masa kandungan atau usia dini.
- Penggunaan alkohol dan tembakau saat kehamilan.
- Kelahiran bayi prematur.
- Berat badan lahir rendah (BBLR).
- Sering bermain video game.
- Anak yang kurang perhatian dari orang tua.
Meski begitu, punya salah satu atau beberapa faktor risiko di atas tidak selalu membuat Anda memiliki ADHD.