backup og meta

Dermatitis Herpetiformis

Dermatitis Herpetiformis

Kondisi autoimun juga dapat menyerang kulit seperti dermatitis herpetiformis. Jenis dermatitis ini bisa menimbulkan ruam, gatal, dan iritasi kulit. Penyebabnya berkaitan dengan penyakit celiac.

Apa itu dermatitis herpetiformis?

Dermatitis herpetiformis adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan peradangan kulit. Penyakit ini memunculkan ruam kemerahan seperti luka bakar yang melepuh, mirip dengan lesi atau luka akibat infeksi virus herpes zoster.

Ruam yang muncul biasanya terasa sangat gatal hingga dibutuhkan pengobatan untuk mengatasinya.

Pengobatan umumnya merupakan kombinasi antara perubahan gaya hidup dengan penggunaan obat untuk mengurangi keparahan gejala.

Dibandingkan jenis dermatitis lainnya, dermatitis herpetiformis sebenarnya tergolong langka.

Kumpulan gejalanya banyak dialami oleh orang dewasa berusia 30 – 40 tahun, dengan jumlah penderita laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Seberapa umum kondisi ini?

Penyakit ini juga lebih umum ditemukan pada orang-orang yang mengidap penyakit celiac. Menurut Celiac Disease Foundation, sekitar 10 – 15% orang yang terdampak oleh dermatitis jenis ini juga mengalami penyakit celiac.

Tanda dan gejala dermatitis herpetiformis

Kemunculan dermatitis jenis ini ditandai dengan rasa terbakar yang menyengat pada permukaan kulit. Setelah itu, barulah bintik-bintik kemerahan mulai muncul satu per satu.

Gejala umum dari dermatitis herpetiformis adalah sebagai berikut.

  • Bintik-bintik kemerahan yang mengumpul.
  • Luka yang melepuh mirip luka bakar (lesi).
  • Luka mirip gigitan serangga.
  • Rasa gatal yang tak tertahankan.
  • Rasa panas seperti terbakar.

Bintik kemerahan dan luka lepuh dapat muncul di berbagai bagian tubuh, mulai dari kepala dan wajah, lengan bawah, lutut, hingga punggung dan bokong.

Akan tetapi, gejala biasanya tidak langsung muncul pada kedua sisi tubuh.

Luka lepuh biasanya akan mengerak dan menjadi borok dalam 1 – 2 minggu.

Bagian yang terkelupas kemudian akan meninggalkan bekas keunguan, yang diikuti dengan munculnya kumpulan bintik-bintik kemerahan baru pada bagian tubuh lainnya.

Beberapa penderita dermatitis herpetiformis yang mengidap penyakit celiac mungkin juga akan menunjukkan gejala lain. Salah satunya adalah kecacatan permanen pada lapisan email gigi.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Dermatitis ini dapat diobati bila gejalanya masih ringan.

Jika tidak ditangani dengan baik, gejala justru bisa bertambah parah karena kulit terus-menerus digaruk atau mengalami cedera saat melakukan aktivitas fisik.

Apabila hal ini terjadi, kulit akan lebih rentan terkena infeksi bakteri, virus, dan jamur.

Kulit juga kehilangan lapisan pelindungnya sehingga lebih mudah mengalami iritasi akibat paparan berbagai zat dari lingkungan.

Bahkan dalam beberapa kasus, dapat terjadi komplikasi dermatitis berupa infeksi virus herpes.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami beberapa gejala yang telah disebutkan di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter.

Penyebab dermatitis herpetiformis

mengenal gangguan autoimun

Dermatitis herpetiformis disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.

Pada faktor internal, terdapat dua gen yang diturunkan orangtua yang diduga berkaitan dengan munculnya dermatitis herpetiformis dan penyakit celiac.

Warisan gen tersebut muncul pada anak yang lahir dalam bentuk gangguan autoimun.

Penyakit ini menyebabkan pelepasan antibodi immunoglobulin A (IgA) dalam jumlah banyak. IgA lantas menumpuk pada pembuluh darah di dalam kulit.

Sementara itu, faktor eksternal yang turut berperan adalah konsumsi gluten. Gluten adalah sejenis protein yang ditemukan dalam makanan bertepung.

Penderita penyakit celiac tidak bisa mengonsumsi gluten karena dapat merusak jaringan usus halusnya.

Konsumsi gluten diduga turut memperburuk penumpukan IgA pada darah dan memicu reaksi sistem imun yang berlebihan.

Hal ini lantas menyebabkan penyumbatan pada jaringan kulit dan memicu terbentuknya luka lepuh pada kulit.

Beberapa studi terdahulu pun menunjukkan bahwa dengan mengurangi asupan gluten, gejala dermatitis herpetiformis dapat berkurang.

Dari sinilah para ahli menyimpulkan bahwa konsumsi gluten berkaitan dengan kemunculan dermatitis herpetiformis.

Faktor risiko dermatitis herpetiformis

Ada beragam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena dermatitis herpetiformis. Namun, penyakit ini cenderung terjadi pada orang-orang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat medis berikut.

  • Penyakit celiac atau intoleransi gluten.
  • Keturunan Eropa.
  • Diabetes tipe 1.
  • Sindrom Down atau sindrom Turner.
  • Penyakit kelenjar tiroid.
  • Sindrom Sjogren.
  • Kolitis.

Walaupun Anda tidak memiliki faktor-faktor di atas, bukan berarti Anda terbebas dari risiko penyakit ini. Anda dapat mendeteksi dermatitis ini sedini mungkin dengan mengenali gejalanya.

Diagnosis dermatitis herpetiformis

Dalam tahap awal diagnosis, dokter akan bertanya mengenai gejala yang pernah Anda alami.

Dokter juga akan memeriksa riwayat kesehatan Anda dan apakah sebelumnya pernah mengalami penyakit kulit lainnya atau tidak.

Gejala dermatitis herpetiformis bisa saja salah dikenali sebagai dermatitis atopik (eksim), dermatitis kontak, atau psoriasis.

Oleh karena itu, biasanya dokter akan meminta Anda untuk menjalani beberapa tes.

Tes yang digunakan untuk mendiagnosis dermatitis herpetiformis adalah.

  • Biopsi kulit. Pemeriksaan sampel kulit dengan mikroskop untuk mendeteksi adanya IgA pada jaringan kulit.
  • Tes darah. Pemeriksaan sampel darah untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi IgA pada darah.
  • Skin patch test. Tes uji tempel dilakukan untuk mengetahui apakah ada jenis alergen tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan pada kulit.

Proses diagnosis pada penderita penyakit celiac mungkin juga disertai dengan biopsi pada usus atau saluran pencernaan. Hal ini bertujuan untuk melihat kerusakan yang terjadi pada bagian usus.

Pengobatan dermatitis herpetiformis

Tacrolimus salep untuk eksim

Pengobatan tidak dapat menyembuhkan dermatitis herpetiformis secara tuntas.

Meski begitu, langkah ini berguna untuk meringankan gejala, mencegah kekambuhan, serta mencegah luka lepuh bertambah parah.

Proses pengobatan tergantung dari tingkat keparahan penyakit.

Pengobatan mungkin perlu melibatkan konsumsi obat-obatan, penggunaan pelembab dan salep, diet gluten, serta perawatan kulit dengan berendam menggunakan air hangat.

Dokter mungkin akan meresepkan dapsone untuk mengatasi rasa gatal dengan cepat, tapi obat ini hanya boleh dikonsumsi untuk sementara. Obat biasanya bereaksi dalam 48 – 72 jam setelah dikonsumsi.

Penderita yang tidak bisa mengonsumsi dapsone karena kondisi medis tertentu dapat mengonsumsi alternatif berupa sulfapyridine atau sulfasalazine. Namun, keduanya mungkin tidak seefektif dapsone.

Selain itu, krim atau salep kortikosteroid, losion calamine, dan antihistamin juga dapat mengurangi peradangan serta mengendalikan gejala ruam kemerahan yang melepuh.

Pastikan Anda sudah berdiskusi dengan dokter sebelum menggunakan obat apa pun.

Pada akhirnya, cara terbaik untuk mengatasi dermatitis herpetiformis adalah dengan menghindari segala macam makanan mengandung gluten. Cara ini terbukti ampuh memperbaiki kulit yang rusak akibat luka lepuh.

Perawatan rumahan dermatitis herpetiformis

Di bawah ini adalah perbaikan gaya hidup dan pengobatan rumahan untuk membantu meringankan gejala.

  • Menghindari makanan yang mengandung gluten.
  • Menghindari aktivitas yang membuat tubuh banyak berkeringat.
  • Mandi secara rutin untuk mengurangi risiko infeksi.
  • Mencuci pakaian, handuk, dan seprai secara teratur.
  • Melakukan pemeriksaan rutin sesuai anjuran dokter.
  • Menggunakan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
  • Menghubungi dokter jika lepuhan pada kulit memburuk atau muncul luka baru selama pengobatan.

Dermatitis herpetiformis merupakan peradangan kulit yang berkaitan dengan penyakit celiac.

Anda bisa mengatasi gejalanya dengan obat-obatan, tapi cara terbaik mencegahnya adalah dengan menghindari makanan mengandung gluten.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Dermatitis Herpetiformis (For Health Care Professionals) | NIDDK. (2020). Retrieved 30 September 2020, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/digestive-diseases/dermatitis-herpetiformis/health-care-professionals

Antiga, E., Maglie, R., Quintarelli, L., Verdelli, A., Bonciani, D., Bonciolini, V., & Caproni, M. (2019). Dermatitis Herpetiformis: Novel Perspectives. Frontiers In Immunology, 10. doi: 10.3389/fimmu.2019.01290

Dermatitis Herpetiformis. (2020) Retrieved 7 February 2023, from https://rarediseases.org/rare-diseases/dermatitis-herpetiformis/

Dermatitis Herpetiformis. (2020). Retrieved 7 Februariy2023, from https://celiac.org/about-celiac-disease/related-conditions/dermatitis-herpetiformis/

Versi Terbaru

07/02/2023

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Ragam Perawatan untuk Meredakan Kulit Gatal Akibat Dermatitis Kontak

Dermatitis Stasis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/02/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan