Radang usus buntu (apendisitis) merupakan penyakit yang menyerang sistem pencernaan. Pada kebanyakan kasus, penyakit ini bisa diobati dengan antibiotik. Bila kambuh kembali, operasi usus buntu (appendektomi) menjadi cara yang tepat untuk mengatasinya.
Apa itu operasi usus buntu (appendektomi)?
Operasi usus buntu adalah operasi pembedahan untuk mengangkat apendiks yang bermasalah. Apendiks merupakan kantong kecil berbentuk tabung yang menempel di usus besar, lokasinya di sisi kanan bawah perut.
Appendektomi telah menjadi andalan pengobatan radang usus buntu akut sejak 1889. Appendektomi termasuk prosedur operasi darurat. Dokter dapat menganjurkan operasi ini jika kondisi Anda tidak membaik, atau ketika makin parah setelah berobat.
Sejauh ini apendiks diketahui dapat mempercepat pemulihan diare, peradangan, serta infeksi pada usus kecil dan besar. Akan tetapi, tubuh juga tetap dapat berfungsi normal apabila usus buntu dibuang atau diangkat.
Apa yang menyebabkan usus buntu harus diangkat?
Kebanyakan pasien yang mengalami radang usus buntu harus menjalani appendektomi, terutama bila radang usus buntu telah pecah atau membentuk abses.
Perlu diketahui, penyebab usus buntu meradang di antaranya karena penyumbatan dari benda asing atau kotoran. Sumbatan ini akhirnya menjadi tempat ideal bagi bakteri berkembang biak hingga menyebabkan infeksi dan pembentukan kantong nanah (abses).
Usus buntu yang tersumbat dan meradang dapat menyebabkan rasa sakit di bagian kanan bawah perut, sakit perut saat batuk atau berjalan. Gejala usus buntu lain yang menyertai adalah demam, diare, mual, dan muntah.
Jika tidak segera diangkat, usus buntu yang bengkak atau terinfeksi bisa pecah dan menyebabkan komplikasi yang lebih parah.
Tanpa adanya intervensi bedah, radang usus buntu pecah sangat berisiko menyebabkan perforasi (perlubangan) usus. Perforasi usus adalah kondisi yang dapat mengancam nyawa.
Seperti apa prosedur appendektomi?
Metode operasi usus buntu (appendektomi) ada dua pilihan. Pertama adalah operasi apendektomi terbuka yang menjadi prosedur standar untuk mengangkat usus buntu.
Kemudian, ada apendektomi laparoskopi sebagai alternatif prosedur bedah yang lebih baru dan minim risiko. Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu pilihan appendektomi.
Operasi usus buntu terbuka (open appendectomy surgery)
Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan pada sisi kanan bawah perut Anda. Luka atau sayatan yang dibuat umumnya sepanjang 4 – 10 sentimeter (cm).
Sebelumnya, Anda akan lebih dulu dibius total agar tidak merasakan sakit sama sekali. Selama operasi berlangsung, Anda akan tertidur pulas alias tidak sadarkan diri.
Setelah Anda tidak sadarkan diri dan sayatan dibuat, dokter bedah akan memotong usus buntu yang menempel di usus besar dan dikeluarkan dari tubuh. Bekas potongan kemudian akan dijahit dengan staples medis khusus dan sayatan juga akan ditutup dengan jahitan.
Selama operasi, dokter juga membersihkan rongga perut Anda jika usus buntu telanjur pecah dan infeksi telah menyebar ke organ lain.
Operasi usus buntu laparoskopi (laparoscopic appendectomy)
Sama seperti operasi apendisektomi terbuka, Anda juga akan dibius terlebih dahulu agar tidak merasakan sakit. Setelah itu, dokter memulai operasi dengan membuat 1 – 3 sayatan kecil di perut kanan bagian bawah Anda.
Salah satu dari sayatan tersebut nantinya akan menjadi pintu masuknya selang laparoskopi. Alat ini dilengkapi dengan pisau medis khusus dan kamera video kecil.
Lewat kamera yang terpasang di laparoskopi, dokter bedah dapat melacak lokasi usus buntu dan memonitor isi dalam perut Anda di layar TV.
Nantinya, dokter akan mengikat dan memotong usus buntu yang akan dikeluarkan melalui alat laparoskopi. Sesudahnya, bekas sayatan akan ditutup dengan staples atau jahitan.
Selama proses laparoskopi, dokter dapat memutuskan untuk melakukan operasi usus buntu terbuka jika memang diperlukan. Biasanya ini dilakukan bila usus buntu Anda pecah dan infeksinya telah menyebar ke organ tubuh lain.
Pemeriksaan dan persiapan sebelum operasi usus buntu
Seperti prosedur medis lainnya, Anda perlu periksa ke dokter sebelum menjalani operasi. Pemeriksaan dan konsultasi bertujuan untuk memastikan apakah radang usus buntu itu perlu dioperasi atau tidak, dan jika ya, kapan harus dilakukan.
Saat konsultasi, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda dan melakukan beberapa pemeriksaan fisik. Selama pemeriksaan, biasanya dokter akan menekan perut kanan bawah untuk menentukan sumber nyeri perut Anda.
Dokter juga dapat menjalankan tes darah dan USG (ultrasonografi) untuk memastikan gejala tersebut adalah akibat usus buntu. Jika keputusannya adalah operasi, Anda mungkin akan disarankan untuk menjalani tes alergi obat bius sebelum jadwalnya diresmikan.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, memiliki alergi obat tertentu, atau sedang menggunakan obat-obatan lain (resep, nonresep, herbal, vitamin, jamu, dst).
Anda kemudian akan diwajibkan untuk berpuasa makan dan minum setidaknya 8 jam sebelum operasi usus buntu dilakukan. Puasa ini dilakukan untuk mengurangi risiko aspirasi, kondisi isi perut masuk yang ke paru-paru. Perut yang kosong juga memudahkan dokter untuk melihat rongga perut.
Apa saja risiko dari operasi usus buntu?
Risiko komplikasi operasi usus buntu tersebut umumnya rendah. Beberapa kemungkinan risiko yang bisa terjadi setelah operasi adalah:
- perdarahan,
- infeksi pada organ di sekitar usus buntu atau di luka jahitan, serta
- penyumbatan usus besar.
Bila Anda ingin menjalani operasi dengan risiko komplikasi dan luka setelah operasi yang lebih sedikit, maka Anda bisa memilih operasi apendektomi laparoskopi. Durasi opname, waktu penyembuhan, dan risiko infeksinya juga lebih kecil ketimbang operasi terbuka.
Meski demikian, jenis operasi tetap harus ditentukan oleh kondisi Anda. Bila usus buntu sudah mengalami infeksi atau pecah, biasanya operasi apendektomi terbukalah yang akan dilakukan.
Perawatan dan pemulihan setelah operasi
Segera setelah operasi, Anda akan dibawa ke ruang pemulihan. Dokter akan mengawasi organ vital seperti detak jantung dan pernapasan Anda. Setelah tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan stabil, Anda akan dipindah ke kamar rawat inap biasa.
Waktu pemulihan tiap orang setelah operasi berbeda-beda. Ini tergantung dari kondisi, tingkat keparahan infeksi, dan apakah usus buntunya pecah atau tidak. Menurut American College of Surgeons, jika apendiks tidak pecah, pasien biasanya dapat pulang dalam 1 – 2 hari setelah operasi.
Beberapa jam setelah operasi, Anda mungkin diperbolehkan minum cairan. Sehabis itu, Anda juga mungkin diperbolehkan makan makanan padat, belajar duduk, dan berjalan kembali pelan-pelan.
Anda mungkin butuh diopname lebih lama jika usus buntu mengalami infeksi parah hingga pecah. Dokter akan meresepkan Anda obat antibiotik dengan dosis kuat sambil terus mengawasi kondisi Anda untuk melihat adanya tanda-tanda komplikasi.
Selama masa pemulihan operasi usus buntu, dokter akan memberikan daftar aktivitas apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan setelah operasi.
Biasanya Anda akan dilarang beraktivitas berat seperti nge-gym atau mengangkat benda berat. Larangan aktivitas biasanya berlaku hingga 14 hari setelah operasi usus buntu selesai.
[embed-health-tool-bmr]