backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Populasi Berisiko Hepatitis, Waspadai Penularan Infeksi!

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 13/10/2022

    Populasi Berisiko Hepatitis, Waspadai Penularan Infeksi!

    Tidak semua orang yang mengalami penyakit hepatitis menunjukkan gejala yang mudah dideteksi. Namun, ada populasi yang berisiko tinggi terkena hepatitis. Mengetahui dan mewaspadai siapa saja yang rentan terinfeksi dapat mencegah penularan virus hepatitis.

    Lantas, siapa saja orang yang berisiko terkena penyakit liver ini?

    Siapa saja populasi berisiko hepatitis?

    Hepatitis merupakan penyakit peradangan organ hati yang bisa disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A, B, C, D, dan E.

    Pelacakan (tracing) infeksi virus ini bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan dari orang terinfeksi kepada orang yang sehat.

    Tidak hanya satu jenis hepatitis, pelacakan bisa menghambat penularan banyak virus hepatitis yang umumnya terjadi cukup cepat.

    Berikut ini orang yang berisiko terkena hepatitis.

    1. Orang yang tidak mendapatkan vaksin hepatitis

    hamil dengan hepatitis

    Pemberian vaksin hepatitis merupakan salah satu cara mencegah penularan virus dan meminimalisasi risiko komplikasi yang terjadi.

    Sampai saat ini, vaksin untuk hepatitis yang tersedia di Indonesia adalah vaksin hepatitis A dan vaksin hepatitis B.

    Pasalnya, kedua jenis hepatitis ini adalah yang paling cepat menular, sementara vaksin hepatitis C masih dalam tahap penelitian.

    Menurut WHO, vaksin hepatitis yang tersedia saat ini dapat mencegah penularan sebesar 98 – 100%.

    Vaksin hepatitis ini diberikan dalam jenjang usia yang bervariasi, biasanya dimulai sejak beberapa 12 jam setelah lahir hingga dewasa.

    Mengingat pentingnya vaksin ini untuk mencegah penularan, tak heran bila Anda yang belum divaksin termasuk populasi berisiko hepatitis. 

    2. Orang yang menggunakan jarum suntik bergantian

    Salah satu media penularan yang menyebabkan orang berisiko terkena hepatitis adalah penggunaan jarum suntik.

    Sebagai peralatan medis, jarum suntik harus digunakan dengan cara yang tepat, tidak bergantian, dan dibuang ke tempat khusus.

    Jarum suntik yang Anda gunakan bergantian dapat meningkatkan risiko pertukaran darah dengan pengguna sebelumnya. 

    Kontak dengan darah pada jarum suntik ini dapat terjadi pada:

    • tenaga medis yang menangani pasien,
    • orang terdekat yang merawat pasien, dan
    • orang yang melakukan injeksi ilegal seperti malpraktik dan penyalahgunaan obat-obatan.

    Bila orang tersebut ternyata menderita penyakit hepatitis B, Anda bisa tergolong dalam populasi berisiko hepatitis.

    3. Orang yang melakukan hubungan seksual tidak aman

    Hubungan intim yang tidak aman dapat membuat Anda menjadi orang yang berisiko terkena hepatitis.

    Pasalnya, hubungan intim dapat meningkatkan risiko penularan pasangan, terutama pada kasus hepatitis C.

    Ciri-ciri hubungan intim yang tidak aman dapat meliputi:

    • hubungan intim tanpa kondom,
    • seks oral,
    • hubungan seks anal (melalui anus),
    • aktivitas seksual anak di bawah umur, dan
    • gonta-ganti pasangan dalam berhubungan seksual.

    Kondisi ini dapat memicu penularan apabila Anda atau pasangan mengalami penyakit hepatitis.

    Risiko semakin tinggi bila Anda sering berganti-ganti pasangan tanpa mengetahui kondisi kesehatan setiap pasangan Anda.

    4. Orang dengan penyakit HIV/AIDS

    Penularan hepatitis D melalui jarum tidak steril

    Studi dalam jurnal Plos One (2022) menyebutkan dengan jelas bahwa pasien HIV/AIDS termasuk sebagai orang yang berisiko terkena hepatitis.

    Tak hanya itu, seseorang yang mengidap HIV sekaligus penyakit hati lebih berisiko mengalami hepatitis kronis dan menularkan virus ini lewat hubungan intim atau kontak melalui darah.

    Pasalnya, pasien HIV lebih rentan terhadap penggunaan jarum suntik secara bergantian, yang merupakan salah satu media penularan hepatitis.

    Selain itu, tingkat kekebalan tubuh pasien HIV yang cukup rendah juga mengakibatkan mereka masuk dalam populasi berisiko hepatitis.

    Tak heran bila pasien HIV biasanya perlu mengikuti pemeriksaan hepatitis untuk mendeteksi adanya kemungkinan terinfeksi.

    Selanjutnya, hasil pemeriksaan ini akan digunakan untuk menentukan penanganan yang tepat guna mencegah kondisi kedua penyakit agar tidak menjadi komplikasi hepatitis.

    Risiko hepatitis pada pasien HIV

    Mengutip dari situs CDC, sebanyak 21% pasien HIV dewasa terdeteksi positif terinfeksi penyakit hepatitis C pada tahun 2009.

    5. Orang yang tinggal di permukiman yang tidak higienis

    Faktor lingkungan pun menentukan apakah Anda termasuk orang yang berisiko terkena hepatitis.

    Salah satu faktor lingkungan yang sangat memengaruhi adalah tingkat kebersihan masyarakat dan sistem sanitasinya.

    Faktor risiko lingkungan yang terkait dengan hepatitis adalah sebagai berikut.

    • Air yang tidak aman untuk minum atau mencuci produk.
    • Kurangnya pelayanan sanitasi seperti kamar mandi atau tempat cuci tangan.
    • Kontak dengan jarum suntik bekas, spuit, atau benda lain yang mungkin terkontaminasi darah yang terinfeksi virus hepatitis.

    Dengan mengetahui populasi berisiko hepatitis ini, Anda dapat lebih berhati-hati agar terhindar dari penyakit hepatitis.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 13/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan