Sekolah seharusnya menjadi rumah kedua bagi anak untuk berlindung dan mengenyam pendidikan. Namun bagi sebagian besar anak, sekolah malah menjadi salah satu tempat paling menakutkan dalam hidupnya. Menurut laporan UNICEF tahun 2015, 40 persen anak Indonesia mengalami bullying di sekolah. Sementara menurut laporan ICRW (International Center for Research on Women) juga pada tahun yang sama, hampir 84% anak di Indonesia mengalami tindak kekerasan di sekolah yang berakar dari tindakan bullying. Mirisnya, tindak kekerasan ini bisa terjadi tanpa sepengetahuan guru atau pihak berwenang lainnya di sekolah. Pada banyak kasus, anak korban bullying pun tidak berani memberi tahu siapapun tentang kondisi yang dialaminya karena diancam oleh oknum penindas. Akibatnya, pihak sekolah pun kesulitan untuk melacak tindakan tersebut. Apabila pihak sekolah tidak bisa mendeteksi atau tidak mengambil tindakan terhadap kasus bullying, sudah tugas Andalah sebagai orangtua untuk melihat tanda-tanda bullying yang mungkin dialami oleh anak di sekolahnya.
Apakah bullying hanya terjadi di sekolah?
Tidak. Bullying bisa terjadi di mana saja, mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Bullying juga bisa terjadi pada saat anak menggunakan transportasi umum atau bahkan lewat interaksi di sosmed, alias cyberbullying. Bullying di sekolah bisa dilakukan oleh teman sepantara, kakak kelas, atau bahkan oknum pendidik. Tidak menutup kemungkinan juga bullying bisa terjadi dalam lingkungan keluarga dan pertemanan di rumah. Bullying itu sendiri bisa berupa kontak fisik, seperti memukul, mendorong, menjambak, mengambil barang, menendang, mengunci anak dalam ruangan, hingga mengancam memalak uang jajan. Di sisi lain, bullying juga bisa berupa kekerasan verbal, seperti mencemooh, memaki, memberi nama panggilan yang bersifat menjelekkan, mengabaikan, mengucilkan, menyebar gosip atau fitnah, menyebar foto tak senonoh, memanipulasi hubungan pertemanan (korban disuruh ini-itu dengan alasan “teman”), hingga mengirim teror atau ancaman lewat pesan singkat dari hape maupun akun sosial media. Bullying juga bisa berwujud pelecehan seksual, dengan melontarkan komentar-komentar merendahkan atau tindakan kekerasan seksual nyata.
Apa tanda-tandanya jika anak menjadi korban bullying?
Menyadari tanda-tanda awal anak menjadi korban bully memungkinkan orangtua untuk melakukan pertolongan secepat mungkin. Pasalnya, dampak bullying di sekolah bisa membekas permanen pada kepribadian dan kesehatan fisik anak hingga mereka dewasa nanti. Studi yang dilakukan di Eropa, Asia, dan Amerika bahkan melaporkan bahwa anak korban bully berisiko hingga 2,5 kali lebih besar untuk bunuh diri jika dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami bullying di sekolah.
Sebagai orang tua, ada baiknya Anda mengenal tanda atau gejala yang biasanya ditunjukkan korban bully, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah beberapa tanda-tanda peringatan untuk Anda waspadai:
- Sulit tidur (insomnia)
- Sulit berkonsentrasi di kelas atau kegiatan apapun
- Sering membuat alasan untuk bolos sekolah (biasanya ditandai dengan mulai membuat-buat gejala penyakit, seperti pusing, sakit perut, dan sebagainya).
- Tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya, misalnya ekskul sepak bola atau bermain sepulang sekolah
- Tampak gelisah, lesu, muram, putus asa terus-menerus, kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas, menutup diri dari orang-orang sekitar
- Sering mengeluh kehilangan barang atau barang-barangnya rusak. Contohnya buku, pakaian, sepatu, barang elektronik, atau aksesori (jam tangan, gelang, dan sebagainya).
- Nilai di sekolah menurun, enggan mengerjakan PR atau tugas sekolah lainnya, tidak ingin masuk sekolah, dan seterusnya
- Timbul luka memar di wajah, tangan, punggung tiba-tiba tanpa alasan. Bisa juga mengalami cedera di gigi dan bagian tubuh lainnya. Tapi anak mungkin berkilah ia terjatuh dari tangga atau kejedot di sekolah.
Namun memang tidak ada cara mudah untuk benar-benar mengetahui apa benar anak Anda menjadi korban bullying di sekolah. Banyak tanda dan gejala yang ditunjukkan anak korban bullying mirip dengan tipikal perilaku remaja pada umumnya. Banyak pula tanda dan gejala bullying yang mirip dengan masalah kesehatan mental yang sudah lebih dulu ada, misalnya depresi atau gangguan kecemasan. Bullying itu sendiri pun bisa menjadi pemicu timbulnya kedua penyakit mental ini.
Penting untuk memperhatikan jika ada beberapa tanda dan gejala di atas yang terjadi di saat yang bersamaan, jika terjadi tiba-tiba, dan jika perilaku tersebut tergolong ekstrem. Ini mungkin saatnya Anda turun tangan dan melaporkan kecurigaan Anda pada pihak berwenang di sekolah.
Kita perlu meninggalkan persepsi bahwa tindakan bullying tidak berbahaya dan menjadi bagian alami dari proses tumbuh kembang anak. Intimidasi dan penganiayaan harus dianggap sebagai bentuk lain dari stres beracun yang efeknya memiliki potensi besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang.
Cara bertanya pada anak apakah ia menjadi korban bullying di sekolah
Jika Anda mencurigai adanya perubahan sikap dan perilaku anak yang terkait dengan gejala korban bullying seperti di atas, jangan takut untuk datang langsung dan bertanya lembut namun pasti pada anak remaja Anda, seperti “Ada masalah apa, nak di sekolah?” atau “Kamu pernah diganggu sama teman di sekolah?”. Anda sebagai orangtua harus lebih aktif untuk memancing anak curhat karena tidak sedikit korban bullying yang menyembunyikan penderitaan mereka di sekolah dari orangtuanya.
Meskipun tidak ada orangtua yang ingin mendengar “ya” untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini, ada baiknya bersiap untuk itu. Putuskan di awal, bagaimana Anda akan menanggapi jawaban “ya”. Pastikan Anda meyakinkan anak Anda bahwa Anda akan menjaganya, dan Anda hanya ingin yang terbaik untuk hidupnya.
Tentu saja tidak semua remaja akan otomatis mengakui penganiayaan yang ia terima di sekolah, dan “tidak” juga bisa berarti anak Anda membutuhkan bantuan untuk masalah kesehatan mental tertentu. Itu sebabnya para ahli sangat menyarankan Anda mempertimbangkan mendapatkan penilaian profesional terhadap kondisi anak Anda dengan dokter anak atau psikolog untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Dalam kasus anak korban bullying, jangan takut untuk berbuat salah demi kewaspadaan. Bekerja sama dengan orang-orang profesional untuk membantu anak remaja Anda adalah cara terbaik untuk memastikan ia memiliki masa depan yang sehat.
Jika Anda mencurigai anak atau kerabat keluarga Anda mengalami tindak bullying, laporkan ke nomor 021-57903020 atau 5703303, hotline Pengaduan Bullying KEMENDIKBUD di 0811-976-929, melalui e-mail ke [email protected], atau mengakses website http://ult.kemdikbud.go.id/
[embed-health-tool-vaccination-tool]