Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton televisi tak hanya berdampak negatif pada prestasi dan kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga perkembangan perilakunya di masa depan.
Keseringan nonton film kekerasan menumbuhkan sikap psikopatik pada anak
Studi Guntarto tahun 2000 menunjukkan bahwa anak yang telalu banyak nonton film dan tayangan televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi sosok anak yang sulit berkonsentrasi dan kurang perhatian pada lingkungan sekitar. Studi lain yang dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan. Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.
“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa depan, sementara orang-orang yang terlalu sering menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di jurnal Pediatric.
Para peneliti menemukan bahwa anak yang lebih sering menonton TV akan melakukan tindakan kriminal saat dewasa. Faktanya, setiap jam yang dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari, risiko mereka melakukan perbuatan kriminal akan meningkat sebesar 30 persen.
Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin, New Zealand. Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV mereka setiap 2 tahun sekali. Peneliti lalu membandingkan informasi yang telah mereka dapat dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun, termasuk perampokan bersenjata, pembunuhan, serangan yang membahayakan, pemerkosaan, menyerang orang dengan binatang, dan vandalisme dengan kekerasan telah dicatat secara terpisah. Para peneliti menemukan adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur 21-26 tahun.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar