backup og meta

5 Perubahan pada Pasutri setelah Punya Anak

5 Perubahan pada Pasutri setelah Punya Anak

Di balik kebahagiaan momen memiliki anak, terdapat berbagai perubahan yang dapat terjadi pada pasangan suami istri (pasutri). Perubahan ini dapat mencakup aspek komunikasi, keintiman, hingga pembagian peran dalam rumah tangga. Apa saja perubahan pada suami dan istri setelah punya anak? Temukan jawabannya dalam ulasan berikut ini. 

Berbagai perubahan pada pasutri setelah punya anak

pilih kasih terhadap anak

Kehadiran bayi baru lahir ke dunia tentu membawa kebahagiaan tersendiri bagi pasangan suami istri. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, keduanya akan menghadapi masa transisi yang besar.

Pasalnya, selain harus menjaga buah hati, pasangan ini harus beradaptasi menjadi orangtua. Terlebih lagi jika Anda dan pasangan adalah orangtua baru. Perubahan besar dalam hidup pun tak terhindarkan.

Mulai dari perubahan fisik dan emosional hingga perubahan dalam dinamika hubungan suami istri, segala sesuatunya akan terasa berbeda.

Apalagi, hal-hal yang sebelumnya biasa dilakukan bersama kini harus disesuaikan dengan kebutuhan bayiBerikut adalah beberapa perubahan pasutri setelah punya anak yang mungkin dapat terjadi. 

1. Merasa frustrasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pasangan suami istri yang baru memiliki anak akan menghadapi perubahan besar dalam hidup mereka. 

Tak jarang, perubahan ini dapat membuat keduanya merasa frustrasi. Pasalnya, jika sebelumnya pasangan Anda masih memiliki waktu untuk mendengarkan cerita, kini ia sering tertidur karena kelelahan merawat bayi di rumah. 

Selain itu, pembagian tugas rumah tangga yang tidak seimbang dapat membuat salah satu pasangan merasa terbebani, yang pada gilirannya menimbulkan rasa frustrasi hingga bisa menjadi keluarga toxic

2. Masalah komunikasi

Munculnya konflik-konflik kecil pada awal masa transisi ini sering kali terjadi karena kurangnya komunikasi antara keduanya. 

Kehadiran bayi sering kali membawa perubahan signifikan dalam rutinitas sehari-hari, terutama bagi istri. Hal ini membuat istri merasa lebih sibuk dan kelelahan. 

Akibatnya, pasangan sering kali merasa tidak memiliki waktu untuk berbicara satu sama lain.

Padahal, pada masa ini, suami dan istri sering merasa kewalahan dengan tanggung jawab dan perubahan baru yang dihadapi, sehingga dukungan satu sama lain menjadi sangat penting.

3. Perbedaan gaya pengasuhan

Melansir dari Tavistock Institute of Medical Psychology, perbedaan dalam pola asuh sering kali muncul sebagai salah satu masalah yang memicu perubahan pada pasangan suami istri setelah memiliki anak. 

Pasalnya, masing-masing orangtua membawa nilai-nilai, kebiasaan, dan pola asuh yang mereka pelajari dari orangtua mereka sendiri. 

Salah satu aspek yang sering menjadi sumber perbedaan adalah peran ayah dalam pengasuhan anak.

Ayah sering kali dianggap lebih fokus pada mencari nafkah, sedangkan ibu lebih banyak berperan dalam mengasuh anak.

4. Masalah keuangan

Memiliki bayi baru pasti juga dapat menyebabkan perubahan terkait keuangan dalam keluarga.

Dengan hadirnya buah hati, tentu prioritas keuangan bisa bergeser, misalnya tabungan untuk masa depan hingga kebutuhan lainnya. 

Bahkan, pengeluaran yang tak terduga pun dapat menambah tekanan pada keuangan keluarga, terutama bagi keluarga yang belum sepenuhnya siap secara finansial. 

Masalah seperti ini bisa memicu konflik dalam rumah tangga yang dapat menyebabkan stres dan perubahan dalam hubungan suami istri. 

5. Penurunan keintiman

Setelah memiliki anak, frekuensi hubungan intim mungkin berkurang, terutama bagi istri yang baru melahirkan dan harus menyesuaikan diri dengan peran barunya.

Kelelahan fisik dan mental dari pengasuhan anak, ditambah dengan waktu tidur yang terbatas, bisa memengaruhi keinginan untuk berhubungan intim.

Bagi istri yang baru melahirkan, tubuhnya sedang dalam proses pemulihan, yang bisa memengaruhi kenyamanan dan hasrat dalam hubungan intim. 

Proses ini membutuhkan pengertian dan kesabaran dari kedua pihak agar keluarga bahagia dan harmonis tetap terjaga.

Tips menjaga hubungan tetap harmonis meski sudah punya anak

punya pasangan ocd

Meski kehadiran buah hati dapat membawa perubahan besar bagi Anda dan pasangan, menjaga hubungan tetap harmonis adalah langkah penting yang perlu dilakukan setelah punya anak.

Untuk membantu menjaga keharmonisan tersebut, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan.

1. Jaga komunikasi

Hal utama dalam menghadapi perubahan pada suami dan istri setelah punya anak adalah menjaga komunikasi tetap sehat. 

Sebaiknya selalu luangkan waktu untuk berbicara berdua. Hindari untuk memojokkan, mengkritik, atau menyalahkan pasangan. 

Ada baiknya, untuk saling mendengarkan dan berbicara tentang keluhan, kebutuhan, dan harapan masing-masing. 

2. Luangkan waktu berdua

Meski anak merupakan prioritas utama, Anda juga perlu menghabiskan waktu bersama pasangan. 

Cobalah untuk menyisihkan waktu untuk berjalan-jalan berdua, misalnya sekadar menonton film atau melakukan kegiatan bersama pasangan yang menyenangkan lainnya. 

Ini merupakan hal penting agar hubungan tetap terjaga dan tidak terfokus pada perubahan hidup setelah punya anak. 

3. Berbagi peran

Ketika anggota keluarga baru lahir, Anda dan pasangan mungkin perlu meninjau kembali peranan dalam rumah tangga

Memiliki anak berarti Anda dan pasangan harus berbagi tanggung jawab. Jangan ragu untuk saling meminta bantuan dalam mengurus anak maupun dalam pekerjaan rumah tangga.

Dengan begitu, tidak akan ada pihak yang terbebani karena pekerjaannya jauh lebih berat dan banyak. 

4. Merawat diri

Untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, merawat diri merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. 

Sebagai orangtua, penting untuk memberikan waktu untuk diri sendiri, meskipun hanya sebentar.

Ini bisa berarti melakukan kegiatan yang Anda nikmati, seperti berolahraga atau sekadar menikmati waktu tenang.

Selain itu, jangan lupa berolahraga secara teratur untuk memastikan tubuh tetap sehat setelah melahirkan. 

5. Menjaga keintiman

Kebanyakan orangtua baru akan mengalami fase kehilangan keintiman seksual. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal, termasuk kurang tidur karena secara bergiliran merawat buah hati. 

Selain itu, istri pun butuh waktu untuk pulih setelah melahirkan. Padahal, menjaga keintiman tidak hanya dapat dilakukan dengan melakukan hubungan intim.

Anda juga dapat melakukan cara lain agar keintiman tetap terjaga, misalnya berpegangan tangan atau berpelukan.

Anda juga bisa menggunakan kata-kata sebagai pengganti sentuhan fisik untuk mengekspresikan perasaan Anda, misalnya dengan “Aku mencintaimu”.

6. Menyusun rencana keuangan

Mengingat kebutuhan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Anda dan pasangan mungkin dapat menyusun kembali rencana keuangan rumah tangga.

Anda dan pasangan mungkin dapat memilih lagi mana yang harus menjadi prioritas dan bukan. Dengan begitu, keuangan keluarga kecil Anda pun dapat tetap stabil dan tidak menimbulkan masalah dalam rumah tangga. 

Anda bisa membuat rencana anggaran untuk melihat mana kebutuhan yang prioritas. Pasalnya, masalah keuangan memang bisa jadi pemicu stres.

Yang perlu diingat, perubahan setelah punya anak adalah hal yang normal dialami setiap pasangan. 

Dengan kerja sama yang baik serta dukungan dari kedua belah pihak, maka Anda dan pasangan dapat menghadapi perubahan ini, tanpa kehilangan keharmonisan. 

Namun, jika perubahan setelah memiliki anak ini mengganggu keharmonisan rumah tangga Anda dalam jangka panjang, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional konseling pernikahan

Kesimpulan

  • Di balik kebahagiaan momen memiliki anak bagi pasangan suami istri (pasutri), terdapat berbagai perubahan yang dapat terjadi setelah memiliki anak.
  • Beberapa perubahan yang mungkin dialami pasangan adalah merasa frustrasi, timbul masalah komunikasi, perbedaan gaya pengasuhan, masalah keuangan, dan penurunan keintiman. 
  • Untuk menjaga hubungan suami istri tetap harmonis, Anda dan pasangan dapat melakukan beberapa hal, seperti menjaga komunikasi, luangkan waktu berdua, berbagi peran, merawat diri, menjaga keintiman, hingga menyusun rencana keuangan. 

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

New Baby, New Relationship Problems? (n.d.). Retrieved 25 November 2024, from https://www.raq.org.au/blog/new-baby-new-relationship-problems

How to Resolve Relationship Problems After Having Kids. (2022). Retrieved 25 November 2024, from https://www.relationshipsnsw.org.au/blog/relationship-problems-parents/

NCT (National Childbirth Trust). (2024). Changes in your relationships after having a baby: NCT. Retrieved 25 November 2024, from https://www.nct.org.uk/information/life-parent/support-change/changes-your-relationships-after-having-baby

Carolinapataky. (2024). 7 Marriage Issues After a Baby and How to Fix Them. Retrieved 25 November 2024, from https://www.lovediscovery.org/post/marriage-issues-after-a-baby

Uclahealth. (2022). Family dynamics: How relationships change after having a baby. Retrieved 25 November 2024, from https://www.uclahealth.org/news/article/family-dynamics-how-relationships-change-after-having-a-baby

Relationships after having a baby. (N.d.). Retrieved 25 November 2024, from https://www.nhs.uk/conditions/baby/support-and-services/relationships-after-having-a-baby/

Relationships after having a baby – for dads and partners. (n.d.). Retrieved 25 November 2024, from https://www.tommys.org/pregnancy-information/dads-and-partners/relationships-after-having-baby

Relationships, T. (n.d.). Your relationship after parenthood. Retrieved 25 November 2024, from https://tavistockrelationships.org/blogs-and-resources/relationship-after-parenthood

Versi Terbaru

03/12/2024

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Cara Menghadapi Masalah Keluarga agar Konflik Cepat Berakhir

Peran Orangtua dalam Mendukung Kecerdasan Anak SIAP


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui kemarin

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan